Hari ini adalah awal dari segala hal yang pernah ia lewati beberapa tahun lalu, gadis dengan mata bulat, rambut hitam pekat yang selalu ia gerai, memiliki proporsi tubuh yang tinggi nan ideal.
Dengan segala tingkah lakunya, yang terkadang di luar nalar membuat teman-temannya selalu hidup ketika berada didekatnya.
"Woi Pilus, Lo mau bayar uang kas kapan, udah waktunya" ujarnya, ketika ia menagih teman laki-lakinya yang bernama Galang. Tapi memang benar adanya cowok itu hanya memiliki rambut namun tidak panjang.
Galang yang sudah di teriaki sedari tadi hanya tertawa saja, cowok itu langsung menghadap padanya.
"Op sih, mbah." Ucapnya dengan nama panggilan lain.
Suara cempreng nan menggelegar milik Laksmi, hanya di abaikan, gadis itu harus bertindak dengan semestinya agar teman laki-lakinya mau membayar kesepakatan bersama. Yang sudah mereka setujui dari awal.
Suasana kelas yang adem ayem, tenteram Tanpa adanya perdebatan sedikitpun, tapi entahlah bagaimana kelas itu akan berjalan dengan semestinya. Kelas yang semula berisik kini menjadi tenang karena jam pertama mereka sudah di mulai, dengan khidmat sebagian anak menikmati pembelajaran, sebagian juga ada menenggelamkan kepalanya di atas kedua tangan.
"Ra, gue ngantuk sumpah, mana pelajaran matematika lagi, udah gitu kita duduk didepan lagi" keluhnya - gadis yang berada di sebelah nya hanya tertawa lalu mengatakan" Lo doang, Laksmi. Yang ngantuk, lagian Lo aneh giliran pelajaran matematika aja ngantuk, yang lain malah gak ngantuk."
Dengan mata yang hampir terpejam ia berusaha bangun, biar bagaimanapun posisinya berada di bangku paling depan.
Bel istirahat berbunyi nyaring, membuat semua murid berhamburan layaknya laron yang mencari makan, ramai dan riuh begitulah keadaan kantin yang sedang ia tempati bersama Langit.
"Lang, Lo mau beli apa?" Langit yang melihat keadaan kantin pun, seketika keinginan untuk membeli makanan hilang.
"Males banget, rame cuy. Mending balek aja, lagian kita istirahat cuman 15 menit."
Gedung atas dan gedung bawah memang memiliki kantin yang sama, namun terkadang jika kantin diatas ramai maka banyak anak-anak yang memilih untuk membeli jajan di gedung bawah, sembari tebar pesona dengan anak-anak kelas 10.
Suasana koridor yang adem, dan sejuk membuat siapapun ingin berlama-lama di luar dan tak memiliki keinginan untuk masuk kedalam ruangan yang berbentuk persegi nan luas.
***
Tingkah konyol dari seorang Naka mengundang tawa seisi kelas, laki-laki itu sering sekali telat masuk kelas, padahal dirinya sudah berangkat lebih pagi daripada Sena.
"Hei Naka, kamu ini selalu saja telat, ketika jam mapel saya" tegas Bu Egi selaku guru mapel matematika.
"Saya itu gak pernah terlambat, kenapa si, ibu sensi banget kalau lihat saya terlambat" guraunya, agar dirinya tidak terlalu takut. Sebenarnya cowok itu terlalu takut ketika bertemu mapel matematika.
"Gak pernah terlambat sekali" celetuk Septi, tawa teman sekelasnya membuat cowok itu ikut tertawa.
"Ya bener" ujarnya.
"Darimana aja kamu, Naka. Pagi-pagi udah ngelayap aja, kayak burung"
Sena yang berusaha menolong temannya agar tidak terkena hukuman, " udah Bu kasihan anaknya, nanti tambah takut sama, ibu" ujar Sena yang mendapatkan tatapan tajam dari Naka.
"Kamu takut sama saya, Naka" tanya Bu Egi pada anak muridnya yang sedikit pendiam ketika berada di kelas beliau.
"Gak, kata siapa saya takut sama, ibu" elaknya sembari menggerakkan bola mata ke kanan dan kiri agar tidak bertatapan langsung dengan mata gurunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Hari Bersamanya (Revisi)
Short Story"Melalui bait aksara, kutulis kisahku dan kisah mu yang berakhir tanpa kata selesai" Senyum yang membuatku terpikat Perhatian yang membuat siapapun terikat Namun ada dia yang menjadi pengingat "Aku pernah mencintaimu lebih dari dia yang kamu cintai...