Rasa?

11 0 0
                                    

Sena cowok dengan berbagai kesibukannya, bahkan dia rela mengantar jemput ceweknya agar tetap bersamanya, namun hari ini rasanya berbeda dari hari-hari biasanya. Dengan perasaan kecewa dan marah ia harus memutuskan gadis itu.

"Kalau emang Lo bahagianya sama dia, gue lepasin lo sekarang. Semoga bahagia dengan pilihan Lo sendiri, gue pamitya" ucapnya untuk yang terakhir kali. Lalu ia meninggalkan gadis itu dan kembali ke sekolah untuk berlari paskibra.

Gadis itu hanya menatap nanar punggung milik Sena, disaat-saat seperti ini cowok itu sangat membutuhkan Kavita, untuk menghibur dirinya. Anak kecil itu selalu membuatnya tersenyum dengan ke absurdan yang di luar nalar manusia.

Napa Lo Sen, kusut amat tu muka?" Tanya Akmal pada temannya itu.

"Gue putus sama Mita, karena gue lihat dia di bonceng cowok lain. Lagian juga kayaknya emang udah gak suka sama gue

"Gak usah galau juga kali Sen, gue yakin masih ada cewek di luar sana yang suka sama Lo lebih dalem dari Mita"

"Jangan sok tau Lo" ucapnya, lalu bangkit menuju parkiran motor untuk pulang, karena latihan udah selesai semua anak paskibraka di perbolehkan untuk pulang.

Cowok mengendarai motor dengan pikiran kalut, ia tidak menyadari bahwa lampu jalan berubah menjadi lampu merah

"Kalo naik motor jangan bengong dek bahaya" tegur pengendara motor lain yang tepat berada di sebelahnya dengan motor yang sama namun hanya warna yang membedakan.

Setibanya ia di rumah bukannya tenang malah membuat emosi cowok itu bertambah, "ngapain kalian pulang, ujung-ujungnya berantem, pusing tau gak. Gak kasian apa sama tetangga sebelah yang selalu dengerin kalian berdebat gak ada habisnya" Sindirnya, kemudian ia melangkahkan kakinya kearah kamar dengan dentuman pintu yang cukup keras.

Padahal baru saja ia merasakan kehangatan sebuah keluarga dan rangkulan kedua orang tua, tapi sekarang mereka mengulang kesalahan yang sama.

Kamu lihat Sena jadi kurang ajar! gara-gara kamu, gara-gara kamu gak pernah mau urus dia dari kecil! kamu itu sibuk banget sama kerjaan, sampai kamu lupa kalo punya anak!"

"Kamu juga sibuk kerja, mas! Kamu gak pernah pulang! Padahal kerjaan kamu gak banyak! Kenapa harus nyalahin aku! Aku capek di salahin terus sama kamu!"

"Harusnya kamu lebih ngerti! Sebagai seorang ibu harusnya kamu lebih paham! Dia anak kamu sendiri, Anggun!"

"Udah nyonya tuan, kasihan den Sena, selalu denger nyonya dan tuan berantem waktu pulang ke rumah" lerai sang ART pada dua majikannya.

Pertengkaran dua orang dewasa itu seketika berhenti.

"Udah puas, berantemnya, gak dilanjutin aja sampek pagi" celetuk anak laki-laki yang baru saja turun dari kamarnya

"Den, Aden gak boleh gitu, mau gimanapun dia orang tua, aden. Aden mau makan kan, ayok ke dapur bibi udah siapin makanan kesukaan aden" ucap bi Mirna sambil menuntun majikan mudanya kearah dapur.

"Aden, masih banyak pikiran ya? mau cerita sama bibi? Gimana pacar Aden yang kemarin kayaknya gak pernah main ke rumah, den kalo bibi boleh peringatin sekali lagi jangan sama cewek kemarin ya, kelihatannya gak tulus sama Aden" peringat sang art,

Satu Hari Bersamanya (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang