Kavita dan cita-citanya

6 0 0
                                    

Kavita yang sudah sebal dengan ulah Sena, gadis itu berlari keluar, rambut coklat yang tergerai bergoyang kesana kemari, dengan baju berwarna sage, jangan tinggalkan pita yang tertempel di sebelah kiri rambut Kavita.

Laksmi yang melihat itu langsung mengejar, gadis itu hanya mengikat rambut kuncir kuda dengan setelan berwarna putih dan celana coklat selutut tidak lupa dengan sneaker putihnya.

Desi yang melihat Kavita berada di tangga depan restoran dengan kedua tangan menopang dagu dan pipi yang di gembung kan.

"Kavita kenapa sih, kok tiba-tiba marah gini"

"Emang salah ya, kalo Kavita punya cita-cita jadi ustadzah dan hafidz Qur'an, emang itu bukan cita cita ya aunty"

Laksmi ikut duduk di samping ank kecil itu sambil menghadap kearahnya " kata siapa itu bukan cita-cita, hm? Ujarnya sambil membenarkan rambut Kavita yang sedikit berantakan.

Posisi Kavita masih seperti semula, lalu gadis itu menegakkan kepalanya dan menghadap kearah Desi.

"Kata aunty Mita itu bukan cita-cita, emng kalau punya cita-cita harus dokter, perawat atau polwan gitu ya aunty, kata dia kalu punya cita-cita tuh yang tinggi, emang cita-cita ku kurang tinggi ya?"

Lagi-lagi pertanyaan itu membuatnya menghela nafas, jangan pernah sekali-kali ngomong sesuatu yang membuat gadis itu langsung terdiam, akan rumit dan seperti ini jadinya.

"Cita-cita kamu gak salah, itu bagus, karena cita-cita kamu bisa membahagiakan ayah sama bunda diatas sana" ujar Desi sambil menunjuk keatas langit.

"Aunty kalau boleh aku tahu, cita cita kamu apa sih?" Tanya Kavita pada remaja di sebelahnya.

"Cita-cita aku ya, aku ingin jadi penulis jika Kamu bertanya kenapa aku ingin menjadi sosok itu, karena dengan cara itu aku bisa mengungkapkan sesuatu yang tak pernah terucapkan oleh kata-kata, melalui bait aksara aku bisa menggambarkan bagaimana diriku yang sesungguhnya, aku juga bisa menulis sesuatu yang tidak pernah aku dapatkan di dunia ini, aku menulis sebuah alur cerita yang aku ciptakan  dengan bahagia walau kenyataannya tidak seperti itu." ujarnya, Lalu mengusap pelan rambut anak kecil yang berada disampingnya."

"Nanti  kalau beneran jadi penulis jadiin namaku sebagai tokoh pendukung yang selalu ada di setiap cerita mu, jadikan aku sosok anak kecil yang hebat, anak kecil kuat, anak kecil yang tidak pernah rapuh dalam menghadapi segala hal bisakan"

Desi tersenyum simpul lalu, "doain ya,"

"Mau masuk apa jalan jalan di sini aja, tuh tukang jajan di pinggir " tunjuk Laksmi kearah penjual makanan yang berada tidak jauh dari restoran.

"Kita jalan-jalan aja yuk, sambil cari angin" ajak Kavita

Desi yang mengeluarkan ponsel dari saku celananya Gadis itu mengirim pesan, Sen, gue sama Kavita lagi jalan-jalan di pinggiran jalan dekat restoran nanti kalau Lo udah keluar chat gue aja"

Setelah nya ia menggandeng tangan Kavita , keceriaannya kembali terpancar dari wajahnya

Kavita yang menunjukkan banyaknya makanan, namun sering kali Desi melarang ketika anak itu itu ingin memakan makanan yang menggunakan saus.

"Udah kenyang, mending kita balik ke mobil aja yuk, Sen."

***
Sena yang menerima pesan itu hanya membaca saja, laki-laki itu tidak perlu bertanya, karena sudah di pastikan aman.

"Kavita gak jadi masuk Sen" tanya Mita pada laki-laki di depannya.

"Dia gak mau, masuk. Udah gak usah di pikirin anak nya juga lagi jalan-jalan sama Laksmi."

Satu Hari Bersamanya (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang