36. Hold It In

22 0 0
                                    

"Bang, gue mau nanya sesuatu,"

Fajar yang baru keluar dari kamarnya untuk segera bergegas ke kampus di hadang oleh Irzan yang loncat begitu saja di atas sofa.

"Bang Dika pernah tinggal di daerah Tangerang, Karawaci tempat kita dulu?"

Fajar mengerutkan keningnya. Ia membenarkan sampiran tas nya dan bersandar pada tembok di belakangnya.

"Ga tau gue. Kita ga ada pernah nyangkut gituan. Kalau pun emang pernah se daerah dulu, harusnya gue sama Dika juga udah kenal lama dong,"

"Iya juga sih. Eh bang, lu tau Bang Dika punya sepupu juga? Dia berapa bersaudara?"

"Setahu gue, ada sepupu, tapi gue juga ga tau. Dika mah anak tunggal, zan. Lo kenapa sih nanyain si Dika mulu sampe silsilah keluarganya juga, kenapa ga lu absen kemaren bagian keluarganya?"

"Ya kali gue seniat itu, bang?"

"Jadi gini, bang, lo tau ga-"

"Apa? Lo mau ngajak gue ghibah? Ahh males, gue mau ke kampus," Fajar hendak pergi namun Irzan kembali menahannya.

"Dengerin dulu, bang, aelah lu sensitif banget sih. Gue mau cerita, bentar, beneran sebentar," Irzan menyakinkan kakaknya dengan mengacungkan tangannya di udara. Fajar diam sejenak ia mengecek jam yang melingkar di tangan kirinya. "Okay, ga lebih dari sepuluh menit tapi,"

"Engga ini mah sebentar doang,"

Irzan mencari posisi nyaman nya di hadapan sang Kakak. Ia duduk di ujung sofa dengan kaki nya yang bertumpu pada kaki lain.

"Lo inget sama Rekha, ga? Rekha, temen kecil gue, yang dulu jadi temen gue sama lu juga bang, waktu kita masih di Karawaci,"

Fajar memutar memori di kepalanya. Mengingat kenangan beberapa tahun silam. "Rekha yang anaknya agak tomboy kan? Yang tinggal di komplek sebelah kita, yang elit?"

Irzan menjentikkan jari nya pertanda ucapan Fajar benar seratus persen. "Kemarin, di acaranya bang Dika sama Kak Ceca, gue liat dia Bang. Gue ga salah liat karena beberapa kali mastiin walau emang gayanya udah beda sih, sekarang lebih ke feminin, cantik, Bang. Yang gue bingung, kenapa dia bisa ada di sana? Mungkin ga sih Rekha ada hubungan keluarga sama Bang Dika?"

"Gue juga dari kemarin selama acara, ngerasa kaya ada yang merhatiin mulu, zan. Waktu gue noleh dia buang muka. Apa bener Rekha ya? Gue juga berasa ga asing, sih,"

"Dia cinta pertama lo, kan? Makannya lo segini banget? Kali aja emang cuma tamu, zan. Anak koleganya orangtua Dika atau Ceca."

"Tapi feeling gue mengatakan lain, Bang. Rekha juga dulu pernah cerita kalau dia punya abang sepupu yang galak, makanya dia lebih milih maen sama kita waktu kecil itu,"

"Tanya langsung aja sama orang nya. Tanyain ke Dika bukan gue karena gue ga ada sangkut pautnya. Udah, waktu lo udah habis nih, udah lebih semenit. Gue berangkat dulu, Assalamualaikum,"

Fajar segera pamit dan melenggang menuju pintu meninggalkan Irzan yang masih dengan pertanyaan di benaknya.

"Waalaikumsalam,"

Irzan langsung mengambil ponsel. Tangannya sibuk menari di atas sana mencari kontak sobat karib kakak nya itu.

¶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku Dia dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang