3- Aluna

0 0 0
                                    

Angin riuh dan suara petir beriringan membuat atmosfir semakin sendu. Sesekali udara dingin menyentuh kulit putihku. Merangkul kesenduan yang sedari tadi kurasakan. Hasrat pilu menggebu-gebu, menyeruak memenuhi ruangan berukuran 3×3 meter ini.

Hujan deras dengan wangi tanah basah mengisi kekosongan peti asa di rongga dada.

Aku sangat suka hujan, batinku.
Sembari menatap nanar ke arah luar, ku seret kursi yang yang berada di dalam kamarku mendekati jendela.

Menatap kosong rerumputan basah di luaran. Dengan tangan yang menopang dagu, tak sadar bayang bayang orang yang aku cintai muncul dalam pikiranku.

Hal hal kecil yang kami lakukan bersama, mendengarkan musik, bercerita, tertawa. Terdengar biasa, tapi hal yang tak bisa ku ulang.

Dadaku mulai terasa sesak kembali saat membayangkannya, mata yang sembab mulai berdenyut dan aku kembali terisak.

Terdengar ketukan pintu yang tak menghentikan tangisanku, aku tak bisa berhenti meski kini mama berada dibelakangku sembari mengusap kepalaku dan menawarkan makan. Aku ingin berhenti menangis ma...

Sudah seminggu aku disini, rasanya sangat senang. Tapi bayang-bayang hal menyakitkan terasa kembali. Ingin rasanya menyudahi, tapi mungkin ini adalah bentuk angin rumah memelukku. Bentuk hujan merindukanku.

Aku Aluna Sagita,
Si manusia serakah yang setiap hari merayu Tuhan, memintanyaagar kembali padaku.

Jika ia tak bisa kembali kesini, biar aku saja yang kembali ke masa dimana kedua netra masih saling menatap tanpa ada kegelisahan.

Jika waktu bisa diputar kembali, mungkin aku akan segera berlari. Tak peduli seberapa jauh jaraknya, aku akan menemuinya. Merentangkan kedua tanganku dan mendekapnya erat.

Aku bersumpah! kali ini aku tidak akan melepaskannya, bahkan jika takdir mengharuskan ia mati dipelukanku, tak akan kubiarkan satu jemarinya lepas dari genggamanku.

Tak akan kubiarkan netranya menangis lagi, tak akan kubiarkan rasa rindunya berperan sendiri, tak akan kubiarkan dia kesepian menginginkan hadirku.

Akan ku temani dia, bersamanya kemanapun ia mau.

Akan ku jamin kebahagiaannya. Tak akan ku biarkan siapapun menyakitinya, penggal aku jika aku melukainya.

Jika aku kembali ke masa itu, aku akan memperbaiki semuanya. Mengisi hal-hal kosong yang terlewatkan.

Aku akan pura-pura lupa.

Aku ingin kembali mengenalnya.

Dimasa ini, dia telah membuatku jatuh cinta berkali-kali hanya karena melihatnya tertawa, tersenyum, menautkan alis.

Bahkan dengan melihat caranya berjalan saja aku sudah menganguminya.

Aku jatuh suka padanya dengan segala kesederhanaannya. Biarkan aku jatuh sekali lagi ya Tuhan?

Dan maaf karena pernah menjauhinya.

Kini hanya sisa rasa sesal dan rindu yang menyatu padu menyerukan namanya untuk kembali kehadapanku.

Kumohon... Aku ingin memperbaiki semuanya...

Ku alihkan pandangan ke langit-langit kamarku.

Berbisik,
"Jika benar waktu bisa ku ulangi, maka kamu adalah alasanku untuk kembali."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alunan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang