Hujan yang sedari tadi mengguyur bumi, perlahan sudah mulai mereda. Ku Langkahkan kakiku menelusuri jalanan yang berlobang mewadahi air genangan yang kotor itu. Tepat di sisi sebelah kanan, terdapat gang menuju rumahku.
Ah... akhirnya aku bisa mengakhiri perjalanan ini, tak sabar untuk merebahkan badanku yang sedari tadi sudah pegal membawa tas yang sangat berat. Hufftt
Dengan semangat, ku buka pagar kecil berwarna hijau sembari melihat sekeliling. sungguh menyegarkan rasanya melihat tanaman-tanaman mama yang tumbuh subur di pekarangan rumah.
Tok tok tok
Ku ketuk pintu yang bercorak persegi panjang berwarna merah.
"Assalamualaikum.." seru kuDari dalam terdengar "wa'alaikumsalam"
Pintu terbuka, ku melihat wanita setengah abad tersenyum dan langsung memelukku.
"Alhamdulillah teteh pulang...ayo masuk masuk"
Ku balas dengan tawa kecil.
"Teh, tadi pulang gak ada yang ngamuk-ngamuk kan?" Tanya mama,
"ha?" Aku tidak tau apa maksudnya,'iya, sekarang disini lagi gak aman... Mang Rahman ngamuk-ngamuk lagi,"
Aku tertegun mendengarnya, bagaimana tidak? Mang Rahman dikenal sebagai seorang yang dulunya mempunyai 'ilmu'. Tapi suatu ketika, ia ingin meningkatkan ilmunya ke level yang lebih tinggi. Entah bagaimana, mungkin karena jiwanya tidak kuat untuk ilmu tersebut, ia menjadi gila dan sering meracaukan mantra-mantra aneh saat 'penyakitnya' sedang kambuh.
"Lah bukannya bulan kemaren udah sembuh?' ujarku,
"Iya, tapi udah semingguan ini dia kambuh lagi. 2 hari lalu juga dia telanjang keliling kampung sambil ngomong gak jelas"
Aku tersentak
"Makannya tadi kamu liat kan ga ada warga yang keluar kan? Itu karena dia. Kami takut, makannya kami semua ngunci pintu rumah. Aduh... Makannya kemaren pas kamu bilang mau pulang ke sini mama bener-bener khawatir banget.." sambungnya.
Ah shit. Batinku,
"Kenapa mama ga ngasih tau?"
Apakah dalam kondisi seperti ini aku berhak kesal? Bagaimana jika tadi dijalan Aku bertemu dengan mang Rahman? Bagaimana jika tadi aku seorang olehnya??
Mama memegang tanganku dengan mata yang sendu ia menjawab, "mama takut kamu ga pulang"
"Aduh mama... Teteh kan bakalan pulang sebulan sekali, ga bakal ngga..."
Ahh tidak tau aku parno.
"Maafin mama ya..." Ia menatap mataku dengan nada sendunya, aku tidak tega. Ya mama hanya tidak ingin aku takut untuk pulang.
Dengan tawa yang ku buat, aku membalas "hahah ma.. ngapain minta maaf. Lagian santai aja gasih. Dirumah kita bakalan aman. Lagian kenapa gak dimasukin ke RSJ aja?"
"Nah itu dia teh, sebenernya dia udah sembuh. Tapi ya sekarang dia kambuh lagi. Ini udah seminggu sejak kejadian itu, tapi warga masih parno"
Aku mengangguk dengan tatapan yang tajam menatap mama.
Kasian mama dirumah sendirian, untung saja aku disini akan sebulan full. Ya, aku sebulan ini aku mengambil work from home (wfh). Sebenarnya ada beberapa target yang harus aku capai untuk wfh. Tapi tak apa, siapa tau aku naik jabatan kan? Haha. Sebulan ini aku akan makan masakan mama, bertemu mama setiap hari, ahhh... Aku rindu hal-hal kecil bersama mama.
Mama adalah ibu sekaligus ayah untukku. Selama 21 tahun hidupku, aku tak pernah merasakan sosok ayah.
Aku tak peduli juga, aku sudah berdamai dengan apa yang sudah Tuhan takdirkan untukku, mama saja sudah cukup.Aku bisa membelikan mama apa saja yang ia mau. Tak perlu sosok orang yang meninggalkan kami itu.
Jika aku menangis, itu bukan karena menginginkan ayah. Aku hanya menangis karena kenapa ia menikahi mama lalu meninggalkannya? Bajingan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alunan Hujan
Storie d'amoreAku adalah seorang manusia serakah, setiap hari merayu Tuhan untuk menghadirkanmu kembali untukku. Jika kamu tak bisa kembali kesini, biar aku saja yang kembali ke masa dimana kedua netra masih saling menatap tanpa ada kegelisahan. Maaf karena perna...