Lost

420 69 21
                                    






Setelah kejadian itu, Jaemin tak bisa tidur, ia terus memikirkan Winter dan  sangat merindukan sahabatnya itu. Jaemin terus termenung di kamarnya, ia tak berani menampakkan wajahnya di depan sahabatnya itu setelah apa yang ia lakukan.

Tapi ia sangat merindukan gadis itu, sehari saja ia tidak bertemu atau bercengkrama dengan Winter ia gelisah, ia menyadarinya kali ini kalau Winter benar-benar mengendalikan hidupnya. Jaemin mulai memikirkan apa yang sebenarnya yang terjadi pada hatinya.

Apa mungkin Winter telah berhasil menggeser Minju dalam hatinya ?

Jaemin terus bergulat dengan perasaannya, ia harus membuktikannya perasaannya kali ini. Antara Minju atau Wintee, walau sebenarnya Jaemin sudah tau jawabannya tapi ia harus benar-benar meyakinkan dirinya atas perasaannya.

Jaemin bersiap dan mengambil kunci mobilnya, ia menuju ke mansion keluarga Kim, saat sampai Jaemin terus menunggu di dalam mobilnya tanpa berniat untuk turun.

Dewi fortuna sedang berada di pihaknya saat ia melihat Winter keluar dari mobil yang mengantarnya, setelah mobil itu pergi, Jaemin memperhatikan Winter yang  berjalan menuju ke gerbang rumahnya.

Melihat hal itu dengan gerakan cepat Jaemin turun dari mobil dan menghampiri Winter. Saat Winter akan masuk Jaemin dengan cepat menarik tangannya, yang membuat gadis itu kaget.

"Win" panggil Jaemin sambil terus memegang tangan Winter

Winter tak menjawab ia hanya menatap Jaemin datar lebih seperti melihat orang asing

"Win ayo bicara" pinta Jaemin

Namun Winter menghempaskan tangan Jaemin dan berniat berjalan masuk ke rumahnya, walaupun Jaemin kembali menahannya.

"Win, kenapa kau pergi, aku mohon, aku minta maaf, jangan seperti ini"

Winter kembali menghempaskan tangan Jaemin lalu mulai membuka mulutnya.

"Semua sudah jelas Jaemin, seperti keinginanmu, aku sudah keluar dari apartementmu jadi tolong jangan ganggu aku lagi, dan ahh satu lagi aku akan membayar semua sewa selama 3 tahun ini"

"Tidak Win, bukan begitu, aku tidak bermaksud mengatakan hal itu, aku mabuk, aku tidak sadar Win, Maafkan aku"

"Karena kau mengatakannya saat mabuk itu lebih bisa di percaya Jaemin, aku tidak menyangka kau menganggap ku seperti jalang di luar sana"

"Tidak Win, bukan begitu, aku tidak pernah menganggapmu begitu, aku mohon maafkan aku, aku-- aku hanya sedang kalut, maafkan aku Winter"

Winter memutar bola matanya malas, ia lalu menatap Jaemin dengan tatapan dingin.

"Aku memaafkan mu, kau puas? jadi jangan ganggu aku lagi, anggap saja kita tidak pernah saling mengenal" ujar Winter lalu berjalan menjauh dari Jaemin

"Win, tidak jangan begini, maaf, aku minta maaf" Ujar Jaemin mencoba membujuk namun Winter tetap berjalan menuju gerbang rumahnya.

"Aku tidak bisa kalau kau tidak bersama ku Winter!!" teriak Jaemin yang membuat Winter berhenti melangkah.

"Jebal, jangan seperti ini, aku tidak bisa tanpamu" ujar Jaemin lagi

Winter berbalik dan menatap Jaemin namun ia tak berekspresi apapun.

"Hentikan omong kosongmu Jaemin, berhenti lah berbicara seakan-akan kau kekasihku, berhentilah memanfaat ku sebagai pelampiasan mu, orang yang kau cintai sudah kembali, pergilah dengannya dan anggap saja kau tidak pernah mengenalku"

Winter berniat kembali berjalan menuju ke gerbang mansionnya namun kembali terhenti kala Jaemin kembali berteriak.

"Aku tidak bisa!!"

Friend of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang