Mereka Marah

1.1K 124 19
                                    

Haruto dan Junghwan yang mengetahui Jeongwoo bekerja di bar tiba-tiba merasa kesal apalagi setelah tahu bahwa alpha itu juga memberi kenikmatan pada omega bebas.

Kesal, sesak, marah, dan kecewa menyatu menjadi satu hingga membuat keduanya memilih untuk menghindar beberapa saat.

"Gimana caranya Jeongwoo berubah, ya? Aku kadang bingung memikirkan mate Jeongwoo," cetus Junghwan.

"Untuk apa kamu memikirkan mate Jeongwoo, bukankah itu tidak penting? Lagipula ada omega yang mau dengan alpha seperti Jeongwoo?" balas Haruto, tapi terdengar tidak enak di telinga Junghwan seolah sahabatnya menolak keras Jeongwoo memiliki mate.

"Kamu ada masalah?" tanya Junghwan.

"Tidak, aku akan ke kelas," jawabnya padahal Junghwan tahu jika Haruto tidak memiliki kelas hari ini.

Tanpa menunggu jawaban dari Junghwan, Haruto langsung bangkit dan pergi dari sana. Di sepanjang perjalanan menuju parkiran dia mengepalkan tangan hingga tanpa sadar Haruto menabrak seorang omega.

"Ah, maaf. Apa kamu terluka?" tanya Haruto seraya menolong omega tersebut.

"Tidak apa-apa — akh!" Omega itu tiba-tiba mengerang sakit saat ingin bangkit dan Haruto dengan cepat langsung membopong gadi tersebut menuju UKS.

Beberapa omega menatap dengan tatapan iri saat melihat Haruto membopong omega karena Haruto tidak pernah mau berurusan dengan alpha atau omega kecuali Jeongwoo serta Junghwan.

Sesampainya di UKS Haruto langsung mengobati luka omega tersebut.

"Apa kamu bisa mengantarkan aku pulang?" tanya omega itu yang mana membuahkan tatapan tanya dari Haruto.

"Apa wajib?" balas tanya Haruto.

"Kakiku sangat sakit dan aku pikir perlu bantuanmu, tapi jika merepotkan tidak perlu," jawabnya.

Haruto yang merasa tidak enak akhirnya pun memilih mengantarkan omega cantik yang diketahui namanya adalah Winter. Setelah mengobati Winter, Haruto langsung mengantarkan omega itu pulang.

Di perjalanan pulang Haruto juga tidak bertanya apa-apa bahkan terlihat tidak tertarik dengan Winter, padahal gadis itu terus mengajaknya bicara hingga mungkin tenggorokannya sakit.

"Berhentilah mengoceh telingaku sakit," sarkas Haruto yang mana membuat Winter diam.

Haruto melirik Winter yang terdiam, dari sikapnya Haruto bisa menebak bahwa Winter itu omega penurut. Pasti banyak alpha yang menginginkan dan Haruto bukan salah satunya.

Setelah satu jam akhirnya mereka sampai di rumah Winter.

"Bisa aku meminta nomor ponselmu?" tanya Winter.

"Untuk?"

"Siapa tahu kakiku belum membaik nanti dan aku bisa minta tolong padamu, aku tinggal sendiri di sini," jelasnya.

Haruto dengan berat hati akhirnya memberikan nomor ponselnya pada Winter. Gadis itu pun keluar dan Haruto langsung melanjutkan perjalanannya ke apartemen.

Di perjalanan pulang otaknya terus saja tertuju pada Jeongwoo. Haruto takut jika Jeongwoo kembali ke bar.

"Kenapa aku mikir? Jeongwoo saja tidak peduli dengan dirinya," batin Haruto berusaha cuek.

Di tempat lain Jeongwoo baru saja keluar kelas. Dia melihat ke arah parkiran yang luas, tapi tidak terlihat ada tanda-tanda Haruto maupun Junghwan. Jeongwoo menarik nafas, lalu memesan taksi.

Saat tengah menunggu taksi tiba-tiba ada alpha lain yang mendekat ke arahnya dan menawarkan tumpangan untuk Jeongwoo.

"Maaf, aku tidak kenal denganmu," tolak Jeongwoo.

"Baiklah bagaimana jika kita berkenalan, namaku Jeno," jawabnya seraya tersenyum manis hingga matanya menyipit. Jeongwoo yang melihat itu mata Jeno sebenarnya sangat tertarik apalagi alpha itu terlihat sangat manis.

Jeongwoo pergi mengabaikan Jeno, tapi alpha itu tetap mengejarnya.

"Apa kamu tidak ada pekerjaan? Bisakah kamu pergi dan tidak mengikutiku?" tanya Jeongwoo dengan nada kesal.

"Aku hanya ingin berkenalan," jawab Jeno.

Jeongwoo membalik badan dan Jeno langsung berhenti hingga keduanya terpaut jarak yang cukup dekat.

"Bisa kamu mundur?" ujar Jeongwoo dan Jeno langsung mundur beberapa langkah.

"Pertama aku tidak kenal kamu dan kamu siapa? Kenapa kamu tiba-tiba menggangguku?" cerca Jeongwoo.

Jeno ingin menjawab, tapi tiba-tiba Junghwan menarik pergelangan tangan Jeongwoo dari belakang hingga membuat sahabatnya itu hampir jatuh. Junghwan melingkarkan tangannya pada pinggang ramping milik Jeongwoo dan mengeluarkan feromonnya.

"Oh, aku pamit dulu ya, Jeongwoo. Kita akan bertemu lagi," kata Jeno dengan senyuman ramah.

Junghwan menatap Jeno seperti ingin membunuh alpha tersebut.

"Kenapa dia biasa saja dengan feromonku," batin Junghwan.

Jeongwoo langsung menghempaskan tangan Junghwan di pinggangnya dengan kasar.

"Biasa saja, jangan kaya gitu," kata Jeongwoo.

"Yuk, pulang!" Junghwan langsung menarik pergelangan tangan Jeongwoo tanpa memedulikan protesan dari lelaki manis di sampingnya.

"Aku sudah pesan taksi, sebentar lagi sampai. Kamu pergi saja, Junghwan," tolak Jeongwoo seraya menghempaskan cekalan tangan Junghwan.

Seketika Junghwan mengeluarkan feromon tidak suka yang mana membuat Jeongwoo tidak nyaman. Dari dulu sebenarnya Jeongwoo bingung kenapa feromom Haruto dan Junghwan sangat menusuk bahkan bisa membuatnya lemas.

Namun, Jeongwoo menolak untuk menyerah dan memilih untuk melawan Junghwan walau dia tahu sahabatnya tengah marah.

"Mau kamu mengeluarkan feromon seperti apapun, aku tidak akan peduli," kata Jeongwoo seraya membalikkan badan.

Jeongwoo pergi begitu saja dan Junghwan hanya menatap dari kejauhan. Junghwan ingin sekali mengejar Jeongwoo, tapi dia tidak mau semakin tersulut emosi. Dia hanya memerhatikan Jeongwoo hingga alpha itu masuk ke dalam taksi yang sudah di pesan.

Sepanjang perjalanan pulang Jeongwoo terus memikirkan tindakan Junghwan baru saja. Dia harus bertanya pada Haruto mungkin saja lelaki berdarah Jepang itu tahu sesuatu. Jeongwoo langsung meminta sopir taksi tersebut pergi ke alamat Haruto.

Setelah 25 menit perjalanan kini Jeongwoo sampai di apartemen Haruto. Dia tidak perlu memencet bel karena dia tahu pin akses ke dalam apartemen Haruto serta Junghwan.

Saat dia masuk aroma Haruto tercium dari dalam kamar, tapi aroma itu tercium sangat pekat. Jeongwoo refleks menutup mata dan pergi ke kamar sahabatnya.

Saat dia membuka pintu kamar Haruto, terlihat temannya tengah mengerang di tempat tidur.

"Haruto, rut kamu datang?" tanya Jeongwoo dan Haruto refleks membuka selimutnya.

"J-Jeongwoo, kenapa kamu di sini?" tanya Haruto.

Jeongwoo mendekat ke arah Haruto tanpa rasa takut sekali pun sedangkan Haruto tengah mati-matian menahan diri karena dia enigma dan sangat mungkin untuk mengubah Jeongwoo menjadi omega saat itu juga.

"Kamu sudah minum supresanmu? Apa perlu kamu menggunakan omega, aku memiliki kenalan omega cantik banyak," tanya Haruto yang berisi tawaran gila.

"Aku tidak ingin menggunakan omega mana pun, Jeongwoo," jawab Haruto.

"Kenapa? Padahal jika menggunakan omega maka rutmu tidak akan menyakitkan. Memang seperti apa tipe omegamu, nanti aku carikan." Jeongwoo terus mendesak Haruto tanpa sadar jika mata sahabatnya itu mulai menggelap karena nafsu.

"Bagaimana jika kamu saja yang menampung spermaku?" cetus Haruto yang mana membuat Jeongwoo terkejut.

.
.
.

Ini belum aku revisi sama sekali, aku revisi kalau cerita udah dapat beberapa part lagi.

Btw kalian kangen ga sama aku yg kiyowok ini >///<

Two MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang