Feromon

1.2K 149 6
                                    

Jeongwoo hari ini akan menghindari kedua sahabatnya tersebut. Dia berangkat menggunakan bus dan tidak menunggu Haruto. Biasanya dia akan berangkat dengan Haruto, lalu pulang bersama Junghwan.

Saat memasuki bus tiba-tiba saja semua mata menunju ke arahnya. Jeongwoo yang sedikit tidak nyaman langsung mencari tempat duduk dan memasang earphone miliknya. Dia menyamankan tempat seraya menatap keluar jendela.

Bus mulai melaju dan saat itu Jeongwoo melihat mobil Haruto yang sudah mengarah ke rumahnya. Dia langsung mengalihkan pandangan saat rasa bersalah muncul.

"Salah Junghwan karena berteman dengan Doyoung," gumam Jeongwoo.

Di tempat lain Haruto baru saja sampai di tempat tinggal Jeongwoo dan dia mengetahui bahwa Jeongwoo sudah pergi lebih dahulu. Dia berusaha menelepon Jeongwoo, tapi ponsel anak itu tidak aktif atau mungkin Haruto sudah di blok.

Haruto segera menghubungi Junghwan dan tidak ada jawaban sama sekali. Dia menebak bahwa sahabatnya penyuka donat tersebut masih terlelap karena kelas Junghwan di mulai siang hari.

"Ck, kebiasaan sapi," decaknya. Haruto langsung melajukan mobilnya ke kampus dan berharap bisa bertemu dengan Jeongwoo.

Setelah 40 menit mengendara, Haruto melihat Jeongwoo tengah berjalan ke arah kampus dengan langkah riang yang mana membuat pemuda tersebut langsung tersenyum kecil. Melihat tingkah Jeongwoo berhasil meredam kekesalannya.

Haruto menepikan mobil dan menjalankan pelan, menyejajarkan dengan langkah Jeongwoo. Kedatangan mobil tersebut membuat pemuda bermata serigala itu sadar dan refleks mempercepat langkahnya.

"Pergi!" seru Jeongwoo, tapi Haruto malah membalas dengan membuka jendela mobil, lalu menaikkan satu alis.

"Berhenti dan naik," jawab Haruto yang tidak sesuai dengan arahan Haruto.

Jeongwoo memutar bola mata malas dan langsung berlari walau tetap saja Haruto mengikuti langkahnya. Pemuda tersebut akhirnya memasuki gang dan hal itu membuat Haruto dengan terpaksa berhenti mengikuti Jeongwoo karena tidak boleh parkir di pinggir jalan.

Haruto mempercepat mobilnya dan langsung pergi ke pintu kelas yang akan Jeongwoo masuki. Dia berdiri di belakang pintu untuk mengagetkan sahabatnya tersebut. Tidak lama suara Jeongwoo terdengar memasuki gendang telinga Haruto.

"Kerja di bar mau enggak?" tawar salah satu teman Jeongwoo.

"Enak nggak? Kalau enak mau," jawab teman Jeongwoo.

"Rasain aja beberapa hari di sana. Gue ke kelas dulu, ya." Teman Jeongwoo itu pun pergi ke arah lain dan Jeongwoo langsung masuk ke kelas. Beberapa langkah memasuki kelas tiba-tiba dia tersentak saat seseorang memeluknya dari belakang.

Detak jantung Jeongwoo seketika melambat dan juga rasa nyaman muncul, tapi dengan segera dia menampiknya.

"Apaan sih, Haruto!" pekiknya seraya melepaskan pelukan pemuda jangkung tersebut.

"Kok tahu ini aku?" tanya Haruto.

"Feromonku itu udah familiar buat aku," jawabnya seraya melepaskan pelukan tersebut, tapi Haruto malah mengeratkannya.

"Nanti ada yang lihat, Haruto!"

"Bukan masalah."

Jeongwoo terus berusaha, tapi tenaganya tidak lebih kuat dari Haruto. Dengan terpaksa dia berhenti memberontak dan memberikan jari tengah pada CCTV kelas. Beruntung kelas masih diisi beberapa orang yang tidak peduli dengan keberadaan mereka.

"Woo, kok feromon kamu wangi banget? Kayak omega," cetus Haruto.

"Gila!" Jeongwoo merinding saat merasakan nafas Haruto di lehernya. Dia ingin melawan, tapi kuasa enigma membuatnya merasa rendah.

Haruto memejamkan mata mencium feromon Jeongwoo. Tidak lama ponsel Haruto berdering dan mau tidak mau dia harus melepaskan pelukan tersebut. Jeongwoo langsung melepaskan diri dari Haruto, lalu pergi ke bangkunya dengan jantung berdebar.

"Telat," kata Haruto pada orang di seberang telepon. Dia ingin pergi ke bangku Jeongwoo, tapi sahabatnya memberi tanda agar Haruto pergi.

Jeongwoo memikirkan kejadian barusan yang dilakukan oleh Haruto. Bahkan sepanjang kelas fokusnya benar-benar pecah karena ucapan Haruto mengenai feromonnya. Dia tahu jika feromonnya memang unik karena turunan dari ibunya.

Namun, mendengar pengakuan tentang feromonnya dari sang sahabat jelas membuat semua terasa berbeda.

Asyik dengan pikiran hingga membuat Jeongwoo tidak sadar bahwa kelas berakhir. Sadar-sadar saat dosen mengucapkan salam dan semua mahasiswa bersiap-siap keluar kelas.

Jeongwoo langsung keluar dan pergi dari lingkungan kampus. Dia tidak mau terlihat oleh Haruto maupun Junghwan hari ini. Jeongwoo masih kesal perihal Doyoung kemarin, rasanya dia ingin memukul Junghwan karena memiliki teman seperti itu.

Namun, belum juga keinginannya terealisasikan tiba-tiba saja Junghwan memanggil namanya dari belakang. Jeongwoo menoleh dan refleks berlari untuk menghindari sahabatnya.

Junghwan dan Jeongwoo terus saling kejar hingga Jeongwoo kelelahan dan berhenti. Di saat itu Junghwan datang, lalu memeluk lehernya dengan kedua tangan.

"Mau ke mana kamu?" tanya Junghwan dengan nafas normal berbeda dengan Jeongwoo yang sudah ngos-ngosan.

"Malas lihat kamu, Junghwan. Rasanya aku mau mukul kamu," jawabnya jujur.

"Ya sudah sini pukul saja, tapi jangan lari," balas Junghwan seraya membalikkan badan.

Jeongwoo menatap Junghwan, lalu memicingkan mata tajam.

"Katanya mau mukul," ujar Junghwan.

"Nggak jadi, aku buka omega yang dikit-dikit marah atau ngambek," jawabnya yang mana mengundang kekehan dari sahabatnya tersebut.

"Manis banget sih," kata Junghwan seraya mencubit ujung hidung hidung Jeongwoo.

"Pukul saja aku atau mau apa?"

Jeongwoo membuat pose berpikir yang mana membuat Junghwan gemas. Pemuda bermata serigala itu merasa bahagia dengan perhatian lebih dari kedua sahabatnya. Bahkan feromon Jeongwoo kini berubah menyenangkan.

"Aku nggak suka sama Doyoung. Dia menyebalkan, terus suka bilang aneh-aneh. Jangan temanan sama dia, bisa?"

"Itu tidak mungkin, Jeongwoo. Aku satu organisasi dengan Doyoung. Bagaimana dengan hal lain?" tawarnya. Penawaran itu membuat feromon Jeongwoo yang awalnya terasa menyenangkan kini berubah menjadi kekecewaan.

"Sudahlah, aku harus pergi. Aku akan bekerja hari ini." Jeongwoo menghempaskan tangan Junghwan yang masih di bahunya.

"Kerja di mana?" tanya Junghwan.

"Bukan urusanmu." Jeongwoo langsung meninggalkan Junghwan dan sahabatnya tersebut mengekor di belakang seperti anak ayam.

Junghwan terus membujuk sahabatnya tersebut, tapi tidak ada hasil. Malah kini mata Jeongwoo tertuju pada salah satu omega cantik yang mana hal tersebut membuat Junghwan menyebar aura tidak enak.

"Kamu kenapa sih,  Hwan? Kendalikan feromonmu," cetus Jeongwoo.

Two MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang