Junghwan menatap proposal di tangannya, Karina datang ke tempat tinggalnya dan memberitahu jika mereka ada acara dadakan. Walau pun dia kesal dengan gadis tersebut, tapi tetap saja meladeninya.
"Desa ini terkena tanah longsor pagi tadi dan beberapa anggota menyarankan untuk kita ke sana, mengingat banyak orang tua anak-anak yang berasa dari sana, Junghwan," jelas Karina.
"Nanti kita rapat bagaimana? Kita bahas di kafe saja jam delapan malam," ujarnya dan Karina menyetujui usul dari Junghwan.
Angin berhembus pelan menerbangkan beberapa helai rambut gadis cantik itu. Junghwan menatap sekilas, lalu mengulurkan tangan membenarkan rambut Karina yang tampak menganggu.
"Ah, maaf aku rasa rambutmu mengganggu." Junghwan langsung meminta maaf saat Karina menoleh tidak lupa wajahnya kini sedikit memerah karena tersipu.
"Aku senang," jawab Karina.
Junghwan menatap Karina sekilas, lalu mengedikkan bahu acuh. Setelah pembicaraan singkat itu Karina langsung berpamitan pulang dan Junghwan langsung memperbolehkannya.
Pemuda tampan itu mengantarkan Karina sampai mobil. Posisi mereka awalnya di taman samping rumah keluarga So.
"Nanti jangan lupa ya, Junghwan," kata Karina dengan senyum malu-malu.
"Tentu." Mendengar jawaban dari Junghwan membuat Karina semakin senang, gadis tersebut langsung masuk ke dalam mobil, lalu pergi.
Saat membalik badan tiba-tiba Junghwan terkejut dengan kehadiran keponakannya yang menggodanya.
"Ih..., Om Junghwan, punya cewek ya," goda salah satu keponakan Junghwan yang mana membuatnya tertawa kecil.
"Kalian masih kecil bisa-bisanya ngerti cewek," jawab Junghwan seraya menggelengkan kepala. Dia sangat suka anak kecil dan berharap suatu saat bisa memiliki anak-anak sendiri yang periang serta pintar.
Seketika pikiran Junghwan mengarah pada pemuda manis yang menjabat jadi sahabatnya. Ada sedikit sesak hadir mengingat temannya memiliki status tidak jauh darinya.
"Om, kenapa kok kelihatan sedih?" tanya salah keponakan Junghwan lainnya, tapi pemuda tampan itu tidak menjawab dan malah mengajak keponakannya untuk masuk ke dalam rumah.
Di tempat lain Jeongwoo baru saja selesai ganti baju. Dia sebenarnya bekerja lebih malam lagi, tapi karena ingin memangkas waktu. Pemuda manis itu duduk di bangku seraya menatap layar laptop miliknya.
"Ambis banget deh lo, Woo," cetus rekan kerja Jeongwoo yang hanya ditanggapi dengan senyum canggung dari Jeongwoo.
"Biar nanti kerjanya fokus nggak mikir ke mana-mana," balasnya.
"Oh, begitu. Nanti Kak Jeno ke sini, katanya mau minum-minum sama lo. Kayaknya malam ini lo di booking full sama dia." Jeongwoo yang mendengar informasi tersebut sedikit mengerutkan dahi bingung.
"Mungkin dia nyaman pas cerita sama gue."
Temannya itu langsung melanjutkan pekerjaan, sedangkan Jeongwoo kembali sibuk dengan tugas-tugasnya. Asyik bergelut dengan tugas membuatnya tidak sadar bahwa kini jam menunjukkan pukul setengah sembilan.
Jeongwoo segera membereskan laptopnya, lalu merapikan penampilannya dan pergi ke depan menyambut pengunjung yang datang. Bau feromon menjadi satu padu.
"Feromon siapa sih menyengat banget," keluhnya.
Pemuda bermata serigala itu langsung melakukan pekerjaannya. Beberapa omega datang dan terang-terangan menggoda dia. Jeongwoo jika sempat akan menjawab jika sibuk hanya menanggapi dengan senyuman.
Seorang omega masuk ke area kerja Jeongwoo, lalu memeluknya. Meski tidak nyaman, tapi Jeongwoo tetap diam saja. Bahkan kini dia merasa bahwa omega itu tengah menggosokkan organ intimnya.
"Eum..., apa bisa jika aku memesanmu untuk di ranjang malam ini?" tanya gadis tersebut.
"Maaf, Nona. Alpha itu milikku malam ini," sela seseorang yang mana membuat Jeongwoo menoleh.
Senyuman manis seperti anjing Samoyed itu membuat gadis cantik tersebut berdecak tidak suka.
"Hebat langsung pergi," cetus Jeongwoo seraya melihat kepergian omega tersebut.
"Hal biasa, gue langganan di sini," katanya seraya memberi kode pada Jeongwoo untuk membuatkan dia minuman.
"Oh, katanya malam ini mau gue temenin. Mau cerita emang?"
Jangan tanya bagaimana Jeongwoo tahu Jeno karena tadi sebelum bekerja manager memberitahunya dan dia merasa cukup familiar dengan sosok tersebut.
"Maunya sih hal lain, tapi takutnya lo syok jadi pelan-pelan aja," jawab Jeno diiringi tawa kecil.
Jeongwoo tampak bingung dengan jawaban Jeno, tapi di sisi lain dia tidak ada keinginan untuk bertanya. Hubungan keduanya saat ini tidak lebih dari pelanggan dan pelayan.
"Kita ke sofa atas saja, gue duduk aja berdua!" ajak Jeno.
Pemuda bermata serigala itu langsung menurut tidak lupa dia membawa beberapa botol minuman yang Jeno minta. Setibanya di lantai dua Jeno langsung meminta dia untuk ikut minum.
"Sorry, gue lagi kerja. Lo aja yang minum," tolaknya.
"Cemen banget masa satu botol doang enggak bisa," ejek Jeno dan seketika jiwa alpha Jeongwoo terluka.
Melihat kilatan ketidaksukaan di mata Jeongwoo membuat Jeno menyeringai kecil.
"Oke, gue minum." Jeongwoo meraih satu botol yang memiliki kadar alkohol tinggi, lalu menenggaknya tanpa menggunakan gelas.
"Pelan-pelan, Jeongwoo. Enggak akan gue rebut kok. Sini kita cheers dulu sebentar," kata Jeno seraya memajukan satu botol dan Jeongwoo langsung menyambutnya.
Jeongwoo merasa sedikit mabuk saat sudah menghabiskan hampir setengah botol. Dia berusaha untuk mempertahankan kewarasan dengan meletakkan botol alkohol itu di atas meja.
"Gue pikir alpha kayak lo tahan mabuk," ejek Jeno.
"Ck, berhenti lo ngomel," jawabnya seraya memegang kepala karena pusing.
Jeno mengambil botol milik Jeongwoo, lalu menyodorkannya lagi. Pemuda bermata serigala itu langsung merebutnya dan menenggaknya hingga hampir habis. Jeno meringis melihat hal tersebut.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan Jeno langsung memeluk Jeongwoo, lalu menguarkan feromonnya pada pemuda yang lebih muda. Beberapa pelanggan memilih menyingkir saat aroma Jeno mulai menguar.
"Lo masih kuat?" tanya Jeno.
"Lo kenapa membaui gue?" balas tanya Jeongwoo seraya mendorong Jeno hingga pemuda itu mundur beberapa langkah.
Dengan sisa kesadarannya Jeongwoo akhirnya berdiri dan menunjuk ke arah Jeno yang kini menyeringai seram.
"Feromon lo manis banget, Woo. kayaknya nih gue tebak orang tua lo sama-sama omega," cetus Jeno.
"Sialan!" umpah Jeongwoo.
Jeno ingin mendekat, lalu memeluk Jeongwoo. Belum lama pelukan itu berlangsung tiba-tiba mendorong Jeno hingga jatuh.
"Jauh-jauh lo dari mate gue!" seru orang yang baru datang.
"Mate? Oh, enigma? Posisi kita sama," balas Jeno dengan senyum menyeramkan.
"H-haruto?" gumam Jeongwoo sebelum seluruh kesadarannya hilang.
Jeno maju beberapa langkah dan Haruto langsung menendang hingga Jeno terpental ke belakang lagi. Mata Haruto berubah warna karena marah.
"Jauhin mate gue atau gue bikin keluarga lo menderita semua!" ancamnya, lalu Haruto segera membawa Jeongwoo pergi dengan menggendong pemuda itu ala bridal style.
Feromon Jeno yang tertinggal membuat Haruto kesal. Dia langsung meletakkan Jeongwoo di kursi penumpang, lalu memeluknya tidak lupa menghilangkan feromon Jeno yang tertinggal.
"Sialan! Gue bisa rut di sini dan berakhir nidurin lo, Woo. Feromon lo manis banget," bisiknya tidak lupa tangannya kini masuk ke dalam kemeja kerja Jeongwoo dan mengelus perut rata milik sahabatnya.
Saat tangan Haruto ingin membuka kemeja Jeongwoo tiba-tiba ada yang mengetuk jendela mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Mate
FanfictionPersahabatan, cinta, dan mate adalah segala sesuatu yang tidak dapat kita tebak. Begitu pula dengan takdir Haruto yang jatuh hati pada sahabatnya yang memiliki status Alpha. Tidak begitu jauh, Junghwan pun merasa hal yang sama, yaitu menyadari telah...