Jeongwoo mengerang kecil saat merasakan sakit di are lehernya. Tadi malam hampir saja dia menjadi tempat penampungan sperma, tapi untung saja Haruto masih memiliki sedikit kesadaran walau pun kini lehernya penuh bercak merah hasil karya sahabatnya.
Dia bersiap-siap untuk ke kampus, lalu langsung pergi bekerja. Saat tengah mengecek beberapa keperluannya tiba-tiba ponselnya berdering ada pesan masuk dari Junghwan. Lelaki penyuka donat itu bilang jika akan menjemputnya beberapa menit lagi.
Secepat kilat Jeongwoo langsung masuk ke kamar mandi. Tidak butuh lama Junghwan akhirnya datang, dia beberapa memencet bel, tapi tidak ada jawaban. Junghwan akhirnya masuk begitu saja dan terkejut melihat sahabatnya keluar kamar dengan memakai baju mandi.
"Kenapa lehermu?" tanya Junghwan.
"Bahas nanti saja, aku siap-siap dulu," jawab Jeongwoo seraya masuk lagi ke dalam kamar. Jeongwoo lupa jika Junghwan tahu pin apartemennya makanya dia keluar kamar dengan kondisi baru selesai mandi.
Selama menunggu Jeongwoo selesai bersiap-siap, otak Junghwan tidak henti memikirkan leher sahabatnya yang sudah berubah merah. Banyak kemungkinan-kemungkinan muncul diotaknya yang mana membuat Junghwan kesal sendiri.
Tidak berselang lama Jeongwoo keluar dengan menggunakan crop top kemeja berwarna putih dengan kerah yang menutupi bagian leher serta lengannya panjang. Pakaiannya dipadukan dengan celana kemeja warna biru muda.
"Kenapa pakai itu?" tanya Junghwan karena kemeja Jeongwoo tersebut sangat menggoda apalagi jika pemuda bermata serigala tersebut menaikkan tangannya pas perut ramping miliknya akan terpampang.
"Buat nutupin leher, kamu lihat, kan? Itu gara-gara temenmu," jelasnya yang mana membuat Junghwan mengernyitkan dahi bingung.
"Bersikaplah seperti alpha, Jeongwoo," ujarnya.
"Kenapa? Pakaianku menggoda? Tidak masalah lagipula yang tergoda juga omega, bukan alpha. Sudahlah jika kamu mengajakku berdebat aku pergi sendiri saja," kesal Jeongwoo.
Saat Jeongwoo melangkah keluar apartemen, dengan cepat Junghwan menggapai pergelangan tangannya dan memberi isyarat agar Jeongwoo ikut dirinya.
Jeongwoo yang tidak karena Junghwan mencengkram pergelangan tangannya dengan erat berusaha melepaskan diri. Dia tidak ingin meminta secara terang-terangan untuk dilepaskan setelah mendengar kata-kata temannya yang meminta bertingkah seperti alpha.
Memang seperti apa alpha di mata Junghwan, entahlah Jeongwoo tidak mengerti.
"Bisa enggak jangan gerak terus tanganmu?" tanya Junghwan seraya mengehentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Jeongwoo.
"Lagian kenapa kamu memegang-megang kayak gini, nanti dikira pacaran," jawabnya dengan raut wajah tidak nyaman. Apalagi kini semua orang melihat ke arah mereka berdua.
Bagaimana tidak, karena posisi mereka adalah sama-sama alpha. Foromon Jeongwoo yang menguap karena tidak nyaman bercampur dengan milik Junghwan walau milik yang lebih muda dominan dan feromon Jeongwoo manis, tapi tetap saja itu terlihat aneh.
Junghwan langsung melepaskan pegangan tangannya dan berjalan cepat ke mobil. Jeongwoo langsung berlari mengejar hingga kini bajunya naik ke atas menampakkan perut ratanya yang memiliki abs.
"Junghwan, kamu marah?!" teriak Jeongwoo.
"Untuk apa?" balas jawab Junghwan seraya menoleh ke belakang, tapi tiba-tiba tatapan terhenti dan seketika kilatan biru terlihat hingga membuat Jeongwoo ketakutan.
"Ada yang salah?" Jeongwoo bertanya dengan wajah ketakutan.
"Bajumu." Setelah mengatakan itu Junghwan langsung pergi begitu saja.
Kini keduanya sudah sampai di kampus. Junghwan lebih dulu mengantarkan Jeongwoo ke gedungnya, lalu pergi ke gedungnya sendiri.
Di tengah-tengah perjalanan menuju kelas Junghwan dicegat oleh omega cantik yang menjadi salah pujaan di kampusnya. Dengan malu-malu gadis tersebut memberikan sebuah coklat pada Junghwan.
"Gue enggak suka perempuan. Sorry, lo makan sendiri aja," kata Junghwan, lalu dia berlalu pergi.
"Kalau kita mate?" Kata-kata gadis tersebut membuat langkah Junghwan terhenti.
"Tinggal gue ubah, Karina," balas Junghwan yang mana membuat omega itu terdiam mencerna perkataan Junghwan.
Lelaki jangkung itu pergi begitu saja. Junghwan memang sering dikejar oleh omega cantik dan berkelas, tapi dia selalu menghindar dengan banyak alasan. Namun, kali ini dia sedikit muak dengan para gadis tersebut.
Di tempat lain Jeongwoo baru saja memasuki kelas. Dia menempati bangku depan dosen. Bukan karena dia rajin, hanya saja tinggal tempat tersebut yang kosong. Jika bisa memilih dia lebih suka di belakang.
"Woo, tumben berangkat kesiangan," cetus salah satu teman Jeongwoo, yaitu Haechan.
Dengan senyum canggung dia hanya membalas dengan jawaban singkat bahwa dia kesiangan padahal Jeongwoo sebenarnya sibuk berdebat dengan Junghwan tadi, lalu juga terjebak macet.
Saat ada beberapa mahasiswa lain masuk mereka tengah membicarakan tentang omega cantik yang ditolak. Mereka juga bilang jika itu dari fakultas kedokteran, Jeongwoo menduga itu adalah Junghwan.
"Mukamu serius banget, Woo. Btw tugas tugas udah kelar?" Pertanyaan Haechan sukses membuat kedua bola mata Jeongwoo melebar. Dia lupa karena kemarin ke apartemen Haruto dan hampir saja kelewatan.
.
.
."Ini semua gara-gara kamu pokoknya!" Haruto meringis ngilu saat Jeongwoo tidak henti menyalahkan dirinya karena temannya dimarahin oleh dosen.
"Iya, Woo. Maaf ya, nanti aku bantu ngerjain," jawabnya, tapi malah Jeongwoo hanya membalas dengan dengusan kecil.
Posisi mereka sedang di gedung fakultas Haruto. Saat tengah asyik berdebat tiba-tiba ada teman Haruto datang. Mereka semua adalah sesama enigma. Sebenarnya enigma sangat langka, tapi kebetulan di fakultas itu ada 30 enigma setahu Haruto. Sesama enigma memang bisa merasakan aura yang lain.
Selain itu enigma hanya bergaul dengan enigma untuk alasan keamanan.
"Aman lo?" tanya salah satu teman Haruto, yaitu Soobin.
"Maksudnya?" balas tanya Haruto.
"Lupain. Jeongwoo, tumben ke sini." Soobin mengalihkan pandangan pada Jeongwoo yang mana membuat Haruto mendelik tidak suka.
"Iya, gara-gara Junghwan pulang dadakan ada acara. Ya, akhirnya nyasar di sini sama Haruto," jawabnya.
Enigma di sana terlihat tertarik dengan Jeongwoo yang mana hal itu membuat Haruto mengeluarkan aura tidak suka.
"Biasa aja, Haruto. Gue enggak bakal rebut kok. Yuk, gaes pergi. Biarin Haruto sendiri." Soobin memberikan kepada beberapa temannya untuk pergi dari sana.
Jeongwoo melihat kepergian mereka dengan tatapan bingung. Kenapa mereka seolah menghindari sesuatu.
"Pulang yuk!" ajak Haruto.
"Kamu dulu saja. Aku mau langsung ke tempat kerja," tolaknya dan seketika raut wajah Haruto berubah dingin.
"Kalau tidak kerja di sana apa tidak bisa?" tanya Haruto.
"Apaan sih, Haruto. Kerjaanku gampang kok tinggal muasin aja. Sudahlah aku pergi dulu." Jeongwoo langsung bangkit meninggalkan Haruto yang masih sibuk mengatur feromonnya.
Di tengah kekesalannya tiba-tiba ada seorang omega cantik datang menemuinya. Haruto yang melihat hal itu semakin kesal.
"Gue bilang apa. Gue enggak suka lo, Winter. Stop ganggu gue dan gue suka cowok. Jelas?"
Haruto langsung bangkit dan pergi begitu saja. Mungkin dia harus segera mengubah Jeongwoo secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Mate
FanficPersahabatan, cinta, dan mate adalah segala sesuatu yang tidak dapat kita tebak. Begitu pula dengan takdir Haruto yang jatuh hati pada sahabatnya yang memiliki status Alpha. Tidak begitu jauh, Junghwan pun merasa hal yang sama, yaitu menyadari telah...