Salah Siapa?

164 20 11
                                    

haloo, maaf lama sekali...
happy reading y'all!


𓆩♡𓆪


Kini sepasang kekasih tengah duduk terdiam di dalam sebuah mobil. Si dominan mengisi kursi pengemudi sedangkan sang submisif mengisi kursi penumpang tepat disebelah kemudi mobil.

Tak ada yang bersuara selain helaan nafas yang mengisi keheningan diantara keduanya.

"Maaf..."

Renjun tak kuasa dengan keheningan itu sehingga ia menjadi sosok yang pertama kali membuka suara.

Jaemin masih tak bergeming di sebelahnya. Lelaki Leo itu masih memfokuskan arah pandangnya pada apa yang ada di depan mereka.

Stir mobil ia remat kuat-kuat guna melampiaskan amarahnya.

Jaemin itu...

Sedikit tempramental.

Atau banyak?

Jaemin menghembuskan nafas panjang sebelum melirik tajam kekasih kecilnya itu.

"Kenapa minta maaf?"

"Aku salah udah sinisin Minju, jadi aku minta maaf, supaya kamu engga marah lagi. Maafin Renjun ya Jaemin?" permintaan maaf itu Renjun iringi dengan senyum manisnya yang selalu berhasil menenangkan Jaemin.

Terbukti, Jaemin mulai terlihat tenang dan mengarahnya tangannya untuk mengelus lembut rambut Renjun.

Sebelum...

"Akh!"

Rambut Renjun ia cengkram dengan erat. Dan kepala kekasihnya itu dibenturkan tanpa perasaan ke depan. Tentu, kepala itu berbenturan dengan bagian depan mobil yang keras.

Hanya sekali. Jaemin membenturkan kepala Renjun sekali. Sebelum kembali mengelus lembut bekas benturan yang memerah. Untung benturannya tak terlalu keras, sehingga kening Renjun tak sampai mengeluarkan darah.

Renjun masih mencoba mengerti situasi.

Apa ini hukuman yang ia dapatkan dari tindakan yang tidak ia lakukan?

Atau malah Jaemin menghukumnya karena ia mengakui kesalahan yang sebenarnya sama sekali tak ia perbuat?

"Kalau Lo gak salah kenapa minta maaf bego? Heran gue kenapa Lo dapet beasiswa kalau otak Lo aja se tolol itu." cerca Jaemin.

Renjun mengerutkan keningnya, sementara tangan Jaemin sibuk mengelus-elus bekas benturan di kening Renjun. Mengelusnya penuh kasih, seolah-olah elusannya dapat membantu menyembuhkan sakit Renjun. Padahal, kenyataannya luka itu Renjun dapat darinya sendiri.

"Aku salah apalagi?" tanya Renjun tak mengerti.

Jaemin mendengus pelan. Ia mulai kesal lagi dan menarik tangannya menjauhi kening Renjun.

"Minju bohong kan? Gue yakin, orang lemah gak punya kuasa kayak Lo gak mungkin berani nyentuh Minju sejangkal pun."

Akhirnya Renjun mendapatkan jawaban dari kebingungannya itu.

Jadi Jaemin...

"Gue percaya sama Lo Renjun, tapi gue kesel Lo gak membela diri Lo sendiri. Pacar Lo siapa sih? Kayak gak punya backingan aja." sinis Jaemin.

Renjun tersenyum tipis. Tapi ia masih bingung soal tamparan itu. Ingin membuka mulut tapi keburu Jaemin memotongnya.

"Soal tamparan itu, gue lagi kesel dan bingung mau lampiasin ke siapa. Lo tau kan, Lo samsak gue kalau lagi emosi? Dan Lo juga gak pernah keberatan tentang itu kan? Renjun sayang?"

Sayang.

Renjun Sayang.

Katakanlah Renjun bodoh, karena memang itu kenyataannya.

Bukannya marah akan ucapan Jaemin barusan. Ia malah semakin melebarkan senyumnya.

Renjun, kamu belum gila kan?

Renjun dengan segera menghempaskan tubuhnya ke arah Jaemin dan memeluk lelaki itu dengan erat.

"Aku gak punya siapa-siapa lagi selain kamu. Aku mau ngelakuin apapun buat kamu, tapi apa aku boleh minta? Kalau kamu lagi marah, chat aja aku suruh ke toilet atau kemana pun yang gak banyak orang. Jujur, aku malu atas kejadian itu, tapi aku gak marah sama sekali kok. Aku seneng kalau bisa bantu kamu ngeradain emosi kamu, walaupun itu dengan cara yang salah dan kasar."

Kalimat itu keluar begitu saja dari bilah si manis.

Jaemin tersenyum tipis.

Renjun.

Hanya Renjun yang bisa bertahan menerima semua sifat tempramentalnya. Hanya Renjun yang tak pernah mempermasalahkan kekerasan Jaemin yang selalu main tangan ketika emosi melandanya.

Hanya Renjun.

Jadi, kamu mau menyalahkan siapa dalam hubungan tidak sehat ini?

Renjun hanya punya Jaemin. Tak salah, jika ia berusaha mempertahankan Jaemin disisinya meski dengan mengorbankan dirinya yang kerap jadi samsak amarah Jaemin.

Dan Jaemin. Ia hanya tak pandai mengontrol emosi dan tangannya yang kerap gatal ingin melukai seseorang. Dan Renjunlah seseorang itu.

Jaemin membalas pelukan itu tak kalah eratnya.

"Makasih. Makasih udah mau bertahan, sayang. Gue janji, lain kali gak bakal ngelakuinnya di depan umum lagi. Jaemin janji."

Renjun semakin mengembangkan senyumnya dalam pelukan Jaemin.

Rasanya, Renjun rela terluka tiap hari, jika setelahnya ia akan diberikan pelukan penuh ketenangan ini.

Renjun selalu damai jika ia bersama dengan Jaemin.

Dan apa kalian tau?

Jaemin pun merasakan hal yang sama.

Jadi, kamu mau menyalahkan siapa dalam hubungan tidak sehat ini?












tbc...

AMARE (JAEMREN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang