Perihal Izin

167 20 9
                                    


hallo, i'm back!

happy reading y'all!








"Jaemin mau makan apa?" tanya si manis dengan apron yang telah melekat sempurna di tubuh bagian depannya.

"Nasi goreng."

Jawaban singkat Renjun dapatkan dan dengan segera ia memasakan Pacarnya itu sesuai dengan keinginan sang Pacar.

"Mau ditambahin udang gak?" tawar Renjun.

"Boleh."

Renjun menganggukkan kepalanya meski ia tahu Jaemin tak menghiraukannya karena lelaki Leo itu sibuk bermain game di ponselnya.

Sesekali dapat Renjun dengar gerutuan singkat dari Jaemin. Mungkin kalah atau hampir saja kalah? entahlah, Renjun tidak paham game yang dimainkan Jaemin.

Ngomong-ngomong setelah percakapan mereka di mobil tadi yang telah menemukan titik terangnya, Jaemin mengantar Renjun pulang ke apartemen milik pacar miskinnya itu.

Kalian heran tidak, kenapa anak miskin, sebatang kara yang sekolah saja karena dapat beasiswa seperti Renjun memiliki apartemen elite?

Tidak perlu heran, selama dia adalah pacar seorang Na Jaemin.

Yaps.

Apartemen ini dibelikan oleh Jaemin sendiri. Katanya sebagai hadiah karena Renjun sudah mampu bertahan bersamanya sejauh ini.

Renjun tanpa Jaemin bukan apa-apa itu benar adanya.

Bukan berarti Renjun mata duitan, hanya karena dia menerima apapun yang diberikan Jaemin termasuk rasa sakitnya. Bukan.

Renjun memang tulus mencintai Jaemin dan ingin bertahan di sisi Jaemin.

Ibarat, dengan Jaemin, ia sakit. Tanpa Jaemin, ia akan lebih sakit lagi.

Bahkan diawal ia diberi apartemen ini, Renjun sempat menolak. Namun naas, ia tidak mampu membayar kosannya dan berakhir di depak dari kosan.

Alhasil, Jaemin dengan bangga kembali menawarkan Renjun apartemen ini. Minusnya, Renjun kehilangan kesempatan mendapat petugas kebersihan untuk apartemennya ini karena sempat menolak. Jadi, ia sendiri yang harus membersihkan apartemen ini. Renjun tak keberatan. Sungguh. Dapat tempat tinggal senyaman ini saja ia telah amat sangat bersyukur.

Tiba-tiba sebuah tangan melingkari pinggangnya. Membuat Renjun agaknya sedikit tersentak kaget.

"Jae- min... ngagetin." cicit Renjun pelan.

Jaemin tak merespon. Ia sedikitnya tergoda melihat Renjun yang mondar-mandir kesana kemari menyiapkan masakannya. Bohong. Jaemin sangat tergoda.

Oh ayolah, tubuh Renjun yang mungil itu termasuk body goals menurut Jaemin.

Pas di pelukannya.

"Lo make sabun apa sih? Kok wanginya enak banget." tanya Jaemin yang asik menciumi tengkuk Renjun.

Sesekali lelaki kelahiran Agustus itu menghirup dalam-dalam tengkuk hingga bahu Renjun yang sedikit terbuka akibat kaos oversize yang lelaki mungil itu kenakan.

"Sabun kayak biasa yang Jaemin beliin buat aku." jawab Renjun yang masih fokus menggoreng bumbu-bumbu nasi gorengnya.

"Jaemin, boleh lepas dulu gak? Renjun susah masaknya." ucap Renjun pelan. Ia takut Jaemin malah marah jika ia langsung melepaskan diri begitu saja.

Jaemin menggeleng ribut.

"Gak! Gue suka wangi Lo. Lagian siapa suruh goda gue duluan."

Kening Renjun berkerut. Kapan ia menggoda Jaemin? Daritadi ia hanya sibuk memasak bukan?

AMARE (JAEMREN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang