Naungan batin

180 26 1
                                    

Disaat ku menangis
Di tepi tembok rumahku
Hanya anganan dan gurauan ku andaikan
Terpaan segala musabab ku dapatkan.

Tak terarahkan dan semakin membuat bungkam
Prihatin pada batin tak terjaga oleh usik
Bisik andaian terancam pikiran
Akar kebenaran seakan usai.

Tak terkira bila menyakiti
Oh... Ku bergurau setiap saat
Mengandai akan kemudahan yang ku dapat
Semak akal telah hilang tak berarah.

Hati canggung di kerumunan
Bila salah sakit di dada
Jika benar seakan terpikir
Ego terlempar oleh kesesuatuan.

Banyak seakan bisa
Sendiri menjadi landak
Sulit terkadang menyimpan pilu
Dipendam semakin rasa sesak di dada.

Mulut hanyalah suatu bagian tubuh
Bukan melainkan yang harus dijaga
Menerka segala yang belum sudah.

Ter over oleh perkataan
Seakan terhenti sesaat di kesudahan teriakan ancaman
Naungan batin seakan semakin terparah oleh keadaan
Dipersulit oleh alurnya jalan
Sampai aku mencari suatu kemudahan
Dan takkan pernah berhenti mencoba.

Sebuah perasaan, yang harus ditulis.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang