0. First

23 7 2
                                    

Ini mungkin hanya cerita biasa yang dapat menghiburmu.
Tapi tidak bagiku, kisah panjang ini tak pernah ku lupa.
Aku harap kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan...

From:  angelic.
....

Jika murid lain berpikir bahwa hari pertama masuk sekolah adalah hal yang penuh semangat, sayangnya tidak sepperti itu bagi Alberta Sonya Rachellya.  Gadis manis satu ini nampak acuh tak acuh saat yang lain melangkah dengan penuh kegembiraan memasuki gerbang sekolah. Entah apa alasan yang tepat untuk itu, hanya saja Lea terlalu malas untuk beradaptasi di lingkungan baru dengan ratusan orang asing yang akan mengisi hari-harinya selama 3 tahun yang akan lama berlalu.

Mungkin juga bukan cuma karena malas beradaptasi atau membuka diri, tapi semua memang tak sesuai ekspektasinya.

Sekolah ini?

Tanyanya dalam hati, masih tak percaya harus bersekolah di SMAN Bhinabakti Bandung. Ini bukan mimpi yang ingin di capainya. Tidak Lea bukan orang kaya yang tidak ingin bersekolah di SMA Negeri hanya saja, Lya masih mengidamkan SMA Jaya sakti Jakarta. Jutaan mimpinya terlanjut ia gantung disana. Tapi apa daya? Inilah takdirnya.

Terlepas dari curahan hati singkat . Lya tetap harus menjalani semuanya entah suka atau tidak, takdir tidak pernah menawarkan yang sempurna.

Tringgggggg!!!

Bunyi bel tersebut membuat Lea bergegas secepat mungkin menyimpan tasnya dikelas. Meski pun Lea tidak senang dengan hari pertama ini, tapi harinya tidak boleh berantakan.

Dapat hukuman di hari pertama? Diteriaki guru melalui mic?
Ohhh tidak itu tidak ada dalam kamusnya.

"Welcome to school new students, and say hi to you seniors!!" Ucap guru wanita itu dari atas podium sana. Dari gelagatnya saja sudah dapat Lya tebak, beliau adalah orang cerewet dan rempong. Emak-emak selalu begitukan?

Sorakan semangat gembira dari setiap murid yang mengikuti apel pagi ini terdengar begitu meriah. Sedangkan Lya? Gadis itu hanya berdiri dengan kedua tangan didepan dada dan memantau semuanya dengan datar.

"Hey!"

Lea berbalik untuk menoleh ke memandang satu-satunya teman yang dia punya. Glenka bethany, gadis dengan kulit putih bersih dan rambut sebahu yang dikuncir itu merangkul Lea dengan semangat.

"Ada yang minta kenalan sama gue lho!" Bisiknya exited tepat ditelingan Lea.

Lea membuang matanya malas, baru juga hari pertama sudah timbul saja niat busuknya. Gadis satu ini memang berbeda dengan Rachellya, sahabatnya itu seseorang yang lebih banyak bicara terkadang ucapannya sedikit kasar, cantik, disukai banyak cowok-cowok. Jika dihitung mantannya mungkin dua puluan bahkan bisa lebih. Kata trendnya 'fuck girl', ya mungkin seperti itu.

"Guys, you ready??" Suara dari mic kembali terdengar.

"READYYYYYY!!!" Tentu saja itu teriak semua murid Bhinabakti kecuali Rachellya.

"Wuhhhhhh..." Lya menutup telingannya kala Glenka kembali bersorak semangat.

"Semangat dong." Glenka tersenyum memandang Lya.

"Hmm.." Lya berusaha tersenyum meski masih terlihat tidak ikhlas. Itu pun berlaku tidak lama setelahnya Lya membuang pandangan ke sembarangan arah tanpa mendengar pengguman yang tengah di umumkan.

Kala itu matanya berhentih  menatap sosok lelaki yang juga tengah menatapnya. Lya tidak tau pasti kelas berapa cowok itu tapi dari jaraknya berdiri yang cukup jauh dia dapat menebak sosok itu adalah kakak kelasnya.

Tidak ada yang hendak memutuskan kontak mata itu. Lya tidak sedang terpanah karena kegantengannya, menurutnya dari 100% hanya 50%  yang dimiliki cowok satu ini. Hanya saja Lya ingin melihat berapa lama cowok itu berani melakukan kontak mata. 

Mata cowok itu bahkan belum berkedip atau terahlikan darinya setelah lima detik. Membuat Lya semakin tertandang memandangnya lebih lama.

"BUBAR JALAN!" Terdengar samar perintah itu oleh sang pemimpin barisan. Lya tidak terlalu memedulikan itu dan tetap fokus pada sang lelaki yang masih terus memandangnya.

"Udah bubar." Sampai akhirnya Glenka mengalihkan perhatiannya.

"Ha?" Lya mengerjap.

"Ha? Ho? Ha?" Glenka menarik lya untuk ikut dengannya. "Dah bubar!" Glenka melepas pegangan tangannya ketika mereka berhasil menerobos desak-desakan menyebalkan ditengah lapangan tadi.

"Lo bakal pilih jurusan apa?" Tanya Glenka sambil berjalan mendahului Rachellya menuju kelasnya.

"Mungkin ips?"

...

"Gimana hari pertamanya??" Pertanyaan itu berasal dari seorang wanita berkepala 4, yang masih terlihat cantik di usianya yang tidak lagi muda.

"Baik." Jawab Lya singkat tanpa menoleh. Gadis itu sibuk menyirami tanaman-tanamannya yang tampak terurus dengan sempurna.

"Mama, ayo jalan!" Seru semangat seorang bocah kecil laki-laki yang tampilnya sudah lebih bersih dan wangi dibandingkan sebelumnya.

Alberto Samuel Rakaya, adalah adik Lya yang paling kecil alias bungsu. Kalo kalian tanya bagaimana rasanya punya adik, dengan spontan Lya akan bilang menyebalkan namun juga menyenangkan. Terkadang Samuel menurut padanya, tapi terkadang juga tidak. Namun tetap saja menyayanginya sudah menjadi kewajiban Lya meski pun sulit menjalankan hal itu.

"Mama pergi dulu ya.." Ucap sang ibunda lalu melangkah pergi mengenggam tangan Samuel.

Jangan tanya pada Lya mereka akan kemana. Lya juga tidak tau, Lya memang tidak terlalu suka bertanya dan tidak ingin tau banyak hal. Dari pengalamannya semakin banyak bertanya semakin sakit mendengar jawabannya.

Setelah memastikan semua tanaman telah disiraminya. Kini Lya berjalan masuk ke dalam rumah tua bernuasa sederhana yang dipenuhi banyak pot gantung di bagian depan rumah, halaman yang cukup luas, dan di penuhi rerumputan hijau, masih asri dan terjaga cukup baik. Yang Lya senangi dari rumah ini adalah di batasi tembok pembatas di sudut kiri dan kanannya, membuat tidak terlalu banyak komunikasi dengan tetangga sekitar. Menurutnya tetangga adalah racun, tugas mereka menyebarkan gosip dan mengajak bergosip, hal tak berfaedah yang sama-sama mengundang dosa.

Ah, terlepas dari itu Lya harus tetap melanjutkan aktivitasnya yang berikut. Lya suka memasak, sudah menjadi tugasnya memasak setiap malam kecuali, saat ada ayah dirumah. Terkadang ayah tidak suka memakan masakannya entah apa alasan yang pasti tetapi ayah selalu mencemaskan kebersihan makanan yang Lya masak.

TIDAK!!!
Lya tidak jorok kok, Lya selalu mencuci tangan sebelum masak, sayurnya juga selalu dicuci terlebih dahulu, Lya juga mandi kurang lebih 2 kali sehari itu kalo Lya tidak sakit. Oh iya bicara tentang sakit, Lya benci sakit yang dia miliki selama bertahun-tahun itu. Menyebalkan rasanya jika kambuh, asmanya benar-benar menganggu, apalagi saat orang-orang tau. Lya paling membenci bagian itu, bagian dimana orang-orang menatapnya penuh kasihan dan prihatin.

Lya tidak selemah itu, Lya mampu melewati semuanya sendirian. Tanpa mereka ketahui Lya lebih kuat dari yang mereka pikirkan.

Kalian percaya Lya kan?? Jadi jangan berhenti baca dulu lanjut terus sampai tamat ya.......

...





Hay guys welcome to my new story.  Aku harap kalian suka ya, Lya bakalan tunjukin hal-hal yang mungkin kalian alami secara relate di hidup kalian.  Aku harap mengenalan ini cukup bermakna buat kalian!

See you next chapter.





Ohh iya, ada yang penasaran angelic itu siapa?







hay ElkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang