2.

5 1 0
                                    

Bahkan saat Tuhan berkata tidak
Aku masih terus memohon

From: yang katanya malaikatmu.
....


Kegiatan Lya yang hanya itu-itu saja tidak membuat Lya bosan, mungkin kalian merasa terlalu membosankan menghabiskan waktu pergi ke sekolah, belajar, dan pulang. Terus begitu tanpa di isi kegiatan lain, seperti estrakulikular, atau apapun. Tapi jangan berhentih disini, masih banyak yang belum kalian tau untuk berhenti terlalu awal.

"Nyamannyaaa..." Lya bergumam kala membaringkan dirinya di atas ranjang. Nikmat sekali rasanya, tempat melepas penat paling ampuh.

Karena jurusan belum di bagi, maka semua mata pelajaran harus Lya pelajari. Cukup melelahkan tapi terkadang terasa asik untuk sebuah awal. Meski Lya nampak menjalani kesehariannya dengan terpaksa tetap saja ada manis yang membuatnya menikmati keterpaksaan itu.

...

"Ly, kita beli apa ya?" Glenka menggandeng tangan Lya lalu berjalan bersama menuju kantin.

"Jangan nasi deh, bosan!" Ucap Lya memandang Glenka yang juga tengah memandangnya.

"Be-" Glenka mengantungkan ucapannya. Kakinya pun berhentih berjalan membuat Lya ikut berhentih.

"Apa?"

Kening Lya mengerut binggung. Tak ada jawaban dari Glenka, gadis itu hanya tersenyum tersipu malu membuat Lya ikut menoleh ke arah pandang sahabatnya itu.

"Hmmm..." Barulah Lya tau apa yang membuat gadis itu terdiam.

"Glenka.."  Sapa Airlangga, membuat Glenka terpaku kagum di tempatnya memandang cowok itu.

"Hay," Sapa balik dari Glenka sudah pasti dengan senyum yang semakin merekah.

"Rachell, apa kabar?" Tanya Airlangga memandang Rachell yang kini tersenyum paksa berusaha menanggapi.

"Baik kak." Jawab Rachell singkat sampai matanya tertuju pada sosok cowok di samping Airlangga.

Ya, itu orangnya. Si cowok dengan tatapan pemberani, ah sebenarnya tidak pemberani juga.

"Kita duluan kak.." Dengan segera Lya menarik Glenka pergi dari sana.

"Aduhh...." Bukan sebuah keluhan yang ingin Glenka ucapkan. "Ly, ganteng banget kan? Kan? Mana sanggup guee!!" Belum juga jauh dari tempat Langga berdiri sahabatnya sudah berulah saja.

"Lo udah jadian kan?" Lya sedikit berbisik menanyakannya.

"Enggak!" Elak Glenka cepat.

"Yaudah janji nggak marah deh.." Saat melihat perubahan mimik wajah Glenka, Lya sudah tau jawabannya.

"Enggak kok!" Elaknya lagi kali ini diikuti gelengan kepala.

"Yaudah." Jawab Lya dengan gelagat acuh.

"Gue mau kasih tau, tapi lo janji jangan marah ya..." Lya bilang juga apa, mana bisa si cerewet satu ini membohonginya.

"Janji!" Meski sudah tau hal ini akan membuatnya tidak rela tetap saja Lya harus siap mendengarnya.

"Iya." Ucap Glenka dengan kepala tertunduk ragu.

"Iya apa?"

"Iya, gue sama Langga balikan."

"Nah kan!" Lya langsung diam setelahnya.

"Lo nggak marah kan?" Glenka memandang penuh wajah Lya.

"Sebenarnya, gue nggak setuju. Tapi kan udah terlanjut kejadian, intinya lo nggak ada niat aneh aja!" Ucap Lya penuh peringatan.

"Beneran nggak papa nih?" Tanya Glenka memastikan dengan wajah sumringah.

"Ya nggak mungkin kan, gue nyuruh lo putus sekarang?"

"Aduhhh gue jadi tambah semangat menjalani hubungan iniii!!" Glenka yang moodnya membaik, menarik Lya untuk berjalan lebih cepat.

"Duduk di deket pojok sana aja." Begitu masuk kantin Lya segera mencari tempat duduk sementara Glenka memesan makanan.

Lya sudah mengenal Glenka saat masih berada di taman kanak-kanak, dan menjadi sangat akrab saat SMP hingga sekarang. Terkadang bosan juga menjalani hari-harinya yang terus bertemu orang yang sama, tetapi Lya bersyukur juga karena bertemu orang seperti Glenka membuatnya tidak perlu bersosialisasi dengan orang baru lagi. Seperti yang kalian tau bagi Lya membuka diri adalah hal yang sangat sulit dilakukan.

...

Setelah pelajaran usai hari ini Lya tidak berniat untuk langsung pulang, rasanya sedikit malas dan bosan juga dengan aktivitasnya. Di tambah dengan kegiatan belajar atau KBM di sekolah yang hari ini selesai lebih awal dari biasanya.

"Rachellya," Lya menoleh mencari siapa yang memanggilnya.

"Iya?" Rupanya salah seorang teman di kelas Lya. Cowok itu berdiri di depan pintu kelas mereka dengan sebuah tas yag di tentengnya.

"Sendiri aja?" Lya menoleh ke belakang dan kedepan, bahkan Lya tidak menyadari hal itu.

"Iya..." Jawab Lya lalu membereskan beberapa bukunya yang berserakan di atas meja.

"Gue Alam, boleh kenalan?"

Lya memandang tangan di depannya, Lya lalu mendongak memandang wajah cowok yang mengajaknya berkenalan ini.

"Udah tau nama gue kan?" Lya membalas jabatan tangan dari Alam.

"Iya sih,"Jawab Alam waktu itu dengan senyum yang menyungging sempurna.

Sebenarnya dari sorot mata Alam, Lya tau apa pikirannya. Ya kebanyakan remaja pria akan berpikir seperti itu di usia mereka kini. Mencari pacar dan bla, bla, bla lalu putus.

"Gue duluan ya." Begitu selesai membereskan semua alat tulisnya Lya segera mungkin ingin pergi dari sana.

Bohong jika tidak risih, Lya sangat malas melewati siklus remaja dengan masa percintaannya yang membosankan.

"Lo pasti mau ke kelas Glenka dulu kan? Gue temenin deh..."

Ingin sekali Lya mengeluarkan kata kasar agar Alam menyerah dan tau bahwa Lya tidak ingin menerima effrot dan cintanya. Tapi Lya tidak ingin menjadi sosok seperti itu kini.

"Gue juga mau ketemu teman gue di sana." Ujar Alam lagi setelah cukup lama tak mendapat jawaban dari Lya.

"Oke."

Lya lalu berjalan mendahului Alam keluar kelas. Rasanya aneh sekali di dekati cowok seperti ini, tidak Lya sudah pernah pecaran beberapa kali saat SMP tapi, rasanya tidak secanggung ini.  Mungkin karena Lya belum mau membuka diri ya?

"Jalannya cepet amat," Alam yang sedikit berlari menghampiri Lya menarik tangan gadis itu dan mengenggamnya.

"Ciee, ada yang baru jadian nih!!" Teriak seorang cowok yang jaraknya tidak jauh dari selasar tempat Lya dan Alam berada kini.

Lya mengerjap lalu melepas tangannya namun Alam malah menguatkan pegangannya.

"Itu teman gue, anak kompleks..." Ucap Alam ketika Lya menoleh ke wajahnya.

"Bisa di lepas nggak?" Tanya Lya melihat genggaman tangan Alam pada jemarinya.

"Gini aja dulu."

Gila nih cowok, udah stress ya? Batin Lya berdecak kesal.

"Hay ly-" Glenka yang datang dari arah berlawanan dengan tampang binggungnya malah semakin memperumit keadaan.

"Tarik gue sekarang!" Ucap Lya tanpa suara memandang Glenka.

Sedangkan Glenka di tempatnya menaik turunkan alis kebinggungan. Lya masih heran apa susahnya membaca gerakkan bibir? Ini sangat mudah dan Glenka disana tak paham.

"Nih cowok gila, lo gimana sih!" Lya terus berusaha berbicara tanpa suara entah Glenka akan memahaminya atau tidak.

"Ha?" Spontan Lya menepuk jidatnya. Kala itu Alam pun memandangnya binggung.

"Lo pacar Lya?"

Lya sudah tidak tahan di tempatnya rasanya ingin muntah, pacaran dengan Alam? Cowok gila satu ini?
Amit-amit sekali, belum pacaran saja sudah seperti ini bagaimana jika sampai berpacaran. Oh itu tidak akan terjadi!

hay ElkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang