4

4 1 0
                                    

....

Lya terbangun kala cahaya matahari mulai memasuki kamar gelap dan nyaman miliknya. Gadis itu meraba-raba sekeliling tempat tidurnya mencari benda pipih nan amat berharga baginya. Setelah berhasil menemukannya mata Lya otomatis melotot melihat jam yang tertera di sana.

"Ya ampunnnnn....."

Setelah sadar dirinya dalam keadaan gawat, gadis itu tentu langsung melompat dari tempat tidur dan dengan secepat kilat bersiap menuju sekolah.

....

"Pak buka dong...."

"Ayolah pak, janji deh nggak terlambat lagi."

Saat sampai di gerbang sekolah rupanya bukan cuma Lya yang terlambat, tetapi juga beberapa siswa yang setau Lya rumahnya sangat dekat dengan sekolah.

Lya berdiri dengan jarak yang sedikit jauh dari kerumunan siswa yang ada di depan gerbang. Jika gerbang sudah di tutup seperti ini harusnya ia pulang saja karena percuma juga gerbang tak akan dibuka.

"Yahhh, udah di tutup Ca!"

Lya menoleh ke arah dua cowok yang baru saja tiba, mereka tampak begitu santai berbeda dengan kebanyakan siswa yang datang dengan berlari.

"Lewat belakanglah!" Ucap si cowok yang tadinya di sebut-sebut dengan embelan 'Ca' itu.

"Kerjanya terlambat terus, padahal rumah kalian sangat dekat dari sekolah." Ucap si satpam memandang beberapa siswa di depan gerbang dan kedua cowok itu secara bergantian.

Kedua cowok itu hanya terkekeh pelan dan saling berbisik kecil. Lya terus memperhatikan sampai salah satu dari mereka menoleh padanya.

Lya yang gelagapan tersenyum ramah dan dibalas senyuman juga oleh Elkana. Ya, Elkana adalah salah satu dari cowok itu, wajah Elkana kala tersenyum semakin tak asing dalam ingatan Lya.

"Ayo masuk!" Suara satpam yang membuka pintu membuat tatapan keduanya otomatis terhenti.

....

"Jadi gimana? Udah ada tanda-tanda belum?" Pertanyaan Glenka tiba-tiba saja di lontarkan saat dirinya dan Lya sedang di atas angkot menuju perjalanan pulang.

"Tanda apaan?" Lya yang kebingunggan membuat alis di keningnya nyaris menyatu.

"Ada yang ngechat?" Tanya Glenka lagi kali ini dengan wajah lebih penasaran.

"Apaan sih? Ada apa emangnya?"

"Oke, berarti belum." Mendengar hal tersebut membuat Lya semakin kebingunggan.

Lya meletakan tangannya pada dahi Glenka memastikan sahabatnya sedang baik-baik saja.

"Gue baik-baik aja." Tegas Glenka sambil tersenyum lebar.

"Okey."

Lya lalu mengambil ponselnya dan melihat jam yang tertera disana. Tak lama kemudian gadis itu berpikir untuk segera membeli kuota, lagi pula ini sudah masuk awal september tak salah jika membahagiakan diri di bulan ini dengan menonton drakor yang sedang naik daun, pikirnya kala itu.

....

Setelah memastikan uangnya benar-benar sudah cukup untuk membeli kuota, Lya langsung mengambil jaketnya dan bergegas pergi ke salah satu warung yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Tetapi bukan masalah besar bagi Lya jika sudah bertekad nge-drakor seperti ini.

"Mbak saldo pulsanya ada?" Tanya Lya setelah mengantri dari beberapa orang sebelumnya.

"Ada Ly, mau yang berapa?" Tanya sang penjual yang sudah mengenal Lya.

"Kayak biasa aja..." Ujarnya seraya memberikan uang yang bisa dijamin jumlahnya cukup untuk membayar.

"Okedeh, kalo gitu jangan lupa dimatikan data selulernya."

"Iya mbak."

Tak perlu menunggu lama ponsel Lya langsung bergetar menandakan pulsa sudah masuk.

"Lya pulang dulu, mbak..."  Tegur Lya lalu bergegas kembali.

Ahh rasanya senang sekali, mumpung hari ini tidak ada tugas yang menumpuk dari sekolah. Lya akan akan mencari drakor dengan rating terbaik dan mendownload semuanya.

Begitu sampai dirumah Lya langsung mendaftar paket. Saat data seluler diaktifkan notif yang masuk pun seperti antrian sembako. Sangat banyak dan berderet.

Tetapi terdapat satu pesan WhatsApp yang membuat perhatian  Lya terahlikan. Dengan segera Lya membuka WhatsApp dan pesan tersebut.

"Syallom, save Elkana...." Gumam Lya membaca isi pesan dari Elkana.

Lya melihat tanggal yang ada disana, kemudian menyadari pesan itu sudah dikirim sejak dua hari yang lalu. Lya kemudian mulai mengetik dan membalas pesan tersebut.

Berbeda dari biasanya Lya akan langsung menyimpan nomor sang pengguna tanpa membalas pesan yang ada tapi entah mengapa dia merasakan sesuatu yang berbeda dari cowok satu ini. Lya lalu mengabaikan chat tersebut dan mulai fokus pada tujuan awalnya, yaitu menonton drakor terbaik bulan ini.

...

"Lya gue mau ngasih tau, kali ini beneran deh!" Semangat Glenka kali ini membuat keraguan di hati Lya.

"Hmm?" Tanya Lya yang tampak acuh meski dalam hatinya sudah bisa menebak apa yang akan terucap berikutnya.

"Elkana," Satu nama itu berhasil membuatnya mengerti segala rahasia semesta.

"Oke gue ngerti." Jawabnya singkat lalu mengandeng Glenka pergi. "Tapi makan dulu ya, lapar banget..." Keluh Lya mengelus perutnya.

"Tapi sambil bahas ya?" Tanya Glenka dengan senyum terukir lebar.

"Iya deh iyaa..." Bagi Lya saat ini jawaban yang tepat untuk mempersingkat waktu adalah mengiakan Glenka.

Setelahnya Glenka langsung masuk ke kantin memesan dua nasi bungkus andalan mereka sementara Lya menunggu di koridor. 

"Ayo!" Setelah Glenka datang mereka langsung bergegas menuju kelas Lya untuk makan disana.

"Dia chat gue semalam." Pengakuan Lya pada sahabatnya dan setelah itu berlari lebih dulu meninggalkan Glenka. Perutnya sudah sangat keroncong saat ini.

Begitu sampai di kelas tak butuh waktu lama Lya langsung melahap makanan dan tentunya sebelum itu Lya berdoa.

"Dia ngechat gimana?" Glenka yang baru datang ikut duduk.

"Cuma nyuruh nyimpen nomor," Ungkap Lya jujur sambil melahap nasinya.

"Dia mau banget,"

"Mau gimana?"

"Mau sama lo."

Lya tampak tak percaya, gadis itu terus melahap sambil berpikir dalam hatinya, mana ada orang yang belum kenal sudah ingin memiliki setengah mati?? Tapi Lya tidak terlalu menolak ucapan Glenka tadi, mungkin saja Elkana sangat tertarik hanya saja cara penyampaian dan penggunaan kata Glenka dan Langga yang berbeda.

"Gak percaya." Ujar Lya lalu merapikan kertas nasi dan kantung kresek bening yang digunakannya untuk makan.

Glenka hanya membuang napas kasar mendengarnya lalu tersenyum memandang Lya. Sahabatnya itu sangat keukeh, lihat saja nanti jika sudah jatuh cinta. Glenka jamin akan mabuk kepayang.

"Awas aja lo." Gumam Glenka membayangkan Lya yang nantinya jatuh cinta.

"Lo mau minum apa?" Tanya Lya yang berjalan membelakangi Glenka hendak keluar kelas dan membeli minuman untuk mereka.

"Kek biasa." Ucap Glenka lalu mulai melahap nasinya dengan perlahan. Hanya karena menjadi jembatan untuk Elkana saja dirinya sampai rela kelaparan demi membujuk Lya.

Selang lima menit Lya kembali dengan dua botol air mineral.

"Pikir-pikir dulu deh, siapa tau berubah pikiran...." Ujar Glenka sebelum akhirnya meninggalkan Lya sendiri di kelasnya bersama segala perkataan Glenka yang memenuhi pikirannya.




hay ElkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang