Teman masa lalu.

180 6 2
                                    

Hari ini seorang pemuda baru saja keluar dari sebuah bandara, dia tampan dan rupawan.
Reiga kaiden pria itu adalah aktor paling populer saat ini. Reiga kaiden juga sudah memiliki agensi sendiri, tampan, kaya, baik hati dan jomblo. Ia adalah kandidat pria no1 calon suami idaman.
"Bagaimana kabarmu Reva?"
Ujar reiga sembari melihat foto saat mereka masih sekolah.
.
.
.
.
.
.
*Masalalu.

"Hei culun! Kau butaaa ya ini itu wilayah kekuasaan kami!" Tukas anak SMP itu kepada reiga.
"Dengar-dengar kau memungut sampah untuk makan ya hahaha" tambah anak lainnya.
"Bagaimana rasanya menjadi anak pelacur? Hahaha ibuku bilang kau anak pel@cur yaaah ahahaha" ejek anak lainnya.
"I_ibuku tidak seperti itu!" Teriak reigaa yang kemudian dibalas pukulan oleh anak-anak itu.
"H_heiii saya sudah panggil polisi!" Teriak seorang anak perempuan dari kejauhan.
Tapi bukannya lari anak-anak tukang buly itu tetap memukul reiga dan juga anak perempuan itu.
"Kau pikir kami percaya? Hahaha dasar gak punya ibuu!" Ucap salah seorang anak.
Setelah puas memukuli reiga dan gadis kecil itu mereka pun pergi.
"Hei jadi apa untungnya kau datang hahh!!! Dasar gk gunaa!" Ujar reiga marah.
"Hehe, maaf yah. Tapi kenapa kau meneriaki ku huh aduh...aduhh lumayan sakit juga yaa dipukul anak seusia kita." Balas anak perempuan itu sembari berusaha berdiri.
"Namaku Reva, ayo berteman aku akan melindungi mu sampai kita lulus sekolah" ujarnya sambil mengulurkan tangan.
"Cih, orang lemah seperti mu hanya jadi beban." Balas reiga sambil menepis tangan Reva yang hendak membantunya.
"Dasar pendek, sudah jelek sombong lagi huh"ejek Reva sambil tertawa.
"Kauuu!"
"Mau jadi temanku tidak? Kalau tidak mau yaudahhh"ucap Reva sambil pura-pura pergi.
"Jangan terlalu menempel padaku." Ketus reiga yang cuma dibalas senyum oleh Reva.
.
.
.
.
"Setelah sekian lama aku kembali, aku janji akan membawamu pergi jauh dari penderitaan. Kali ini aku yang bakal melindungi mu" ucap reiga berrjanji.
Reiga langsung mendatangi kediaman Kusuma. Ia diterima baik karena memang reiga cukup kenal dengan keluarga itu.
"Ada apa anda datang ke kediaman ini?" Tanya Hendra Kusuma penasaran.
"Saya datang untuk menjemput seseorang yang berharga" ujar Reiga.
Sambil menunjukkan foto kebersamaan dia dengan Reva.
"Dia sudah diculik keluarga calistooo. 50M jika kau menebusnya mungkin saja mereka akan mengembalikannya"
"Anda santai sekali, melihat putri anda diculik?"
"Pergi sana saya sibukk!" Ucap Hendra mengusir Reiga.
Dia mungkin tak tau bahwa pria yang ada didepannya ini adalah CEO dan aktor dari 10agensi besar di Negera itu.
"Kali ini saya pergi, tapi nanti saya akan kembali untuk membalas dendam revaku" ujarnya seraya pergi.
Hendra sedikit terdiam dia teringat kata-kata itu pernah diucapkan seorang remaja SMA padanya.
'Cih, bocah ingusan tetap saja bocah ingusan. Kenapa selain gk guna sireva hanya mengenal orang-orang bodoh"
.
.
.
.
.
.
Dikediaman calisto.
"Nyonya ingin bekerja?"
"Benar, saya bisa melakukan semua pekerjaan apapun."
"Nyonya anda tidak perlu bicara formal pada saya." Ujar butler itu.
"Semua pekerjaan sudah dilakukan oleh pelayan, jika anda merasa bosan sebaiknya anda jalan-jalan mengelilingi keadiaman ini" ujar butler itu memberi saran.
"Terimakasih tuan, butler"
"Sudah menjadi tugas saya nyonya, tungulah sebentar saya akan memangil pelayan untuk mengajak anda berkeliling." Ucap butler itu sembari memberi hormat dan pergi.
.
.
.
.
10menit kemudian.
"Selamat pagi nyonya" ujar seorang pelayan yang sudah mengetok pintu masuk.
"Silahkan masuk"
"Terimakasih nyonya, perkenalkan saya bela pelayan yang diutus tuan butler untuk menemani anda berkeliling kediaman ini" ujar pelayan itu ramah.
Hal ini tampak aneh Dimata Reva, dirinya yang tak pernah diperlakukan seramah itu terlihat kikuk dan rendah diri.
"Mohon bantuannya nyonya"
"Mohon bantuannya, juga"
Pelayan itu kemudian bertanya apakah ada tempat yang ingin dikunjungi dahulu atau yang sangat ingin diketahui oleh Reva.
Reva cukup penasaran tentang kamarnya.
Kamarnya sangat mewah, bagus dan nyaman hingga ia beranikan diri bertanya apakah boleh dirinya selamanya tidur dikamar itu.
Hal itu membuat pelayan bernama itu salah paham dia berpikir mungkin Reva tidak nyaman tidur dikamar NO2 karena dia adalah putri keluarga kaya-raya.
"Tidak"
"Ah..." Reva berpikir mana mungkin tempat bagus ini untuk dia pakai selamanya.
"Maafkan keterlambatan kami nyonya,kamar utama rumah ini sedang direnovasi. Kami terpaksa harus membiarkan nyonya tinggal dikamar NO2 rumah ini, katakan saja jika tak ada yang nyaman akan segera kami perbaiki."
Reva menjawab semuanya baik-baik saja dia nyaman dan senang.
"Kalah begitu tunjukkan bagian kediaman ini juga" ujarnya sambil meminta maaf karena merepotkan sang pelayan.
pelayan bernama bela itu tersenyum dengan hangat dia mengatakan
"Ini adalah tugas saya".
.

.
.
Setelah mengelilingi setegah ruangan dikediaman itu.
"Wahh Anda hebat sekali nona bela. Keren anda menjelaskan dengan baik" ucap Reva sembari memberi acungan jempol.
"Terimakasih nyonya, tapi nyonya jangan panggil saya nona. Saya hanya pelayan biasa" ujar bela merasa tersanjung.
"Tidak boleh ya, pelayan dirumah saya biasanya meminta saya memanggil mereka ratu, tuan putri dan terkadang juga nyonya jika tidak mereka akan memarahi saya" ujar Reva sambil tersenyum.
Hal itu tentu saja membuat bela kaget. Pelayan harusnya menghormati dan menghargai tuanya tapi bisa-bisanya seorang pelayan malah menindas tuanya.
"Apa? Pelayan disana begitu?" Ujar bela dengan geramm.
"Benar, itu hal yang wajar mengingat saya tidak punya ibu."
"Nyonyaaa saya akan menjaga andaa" ujar bela sambil berlutut.
Namun reaksi berlebihan ditunjukkan Reva dia mengatakan bahwa bela tidak seharusnya berlutut didepan orang sepertinya dia khawatir jika kaki bela terluka.
"Anda terlalu berharga untuk terluka, berlutut itu sakitt sekali"
"Saya hanya berlutut sebentar"
"Sebentar juga tidak boleh, bagaimana kalau nanti memar dan berdarah saya bantu obatkan gimana?" Ujar Reva khawatir.
"Nyonya"
"Yaaa"
"Bolehkah saya memeriksa kaki anda?" Tanya bela dia penasaran mungkinkah dikaki nyonya nya terdapat bekas luka.
Reva yang sedikit salah paham berpikir mungkin saja bela ingin memeriksa rok yang ia kenakan membawa barang curian atau tidak.
.
.
.
Mengingat kembali kejadian dikediaman keluarga Kusuma.
."hei anak gk guna kau mencuri ya?"
"T_tidakk."
"Kenapa semua uangku hilang hah?! Kau yang bertugas mencuci baju kan?!" Bentak pelayan yang diketahui bernama beka itu.
"S_sungguh beka, s_saya tidak mencuri''
"Beka beraninya kau Reva memanggil saya dengan sebutan nama!!" Geram pelayan itu sambil menampar Reva.
"M_maafkan saya nona beka, s_saya tidak mencuri".
Reva tetap dipukuli sampai dia mengakui perbuatan yang tidak pernah dilakukannya.
Hari itu Reva tidak diberi makan hingga 2hari.
.
.
.
.
.
Sekarang.
"Anda...*menangis
"Nona bela sakit? Ada apa?" Ujar Reva panik.
"Apa lutut nya nona bela sakit? Akan saya bawakan obatt"
"Nyonya..." Pelayan itu menangis melihat betapa banyaknya bekas luka dikaki wanita yang menjadi nyonya nya itu.
"Nona bela kenapa? Saya benar-benar khawatir"
Pelayan bernama bela kembali tenang.
"Maaf atas ketidak sopannan saya" ujar bela dengan tenang.
"Sepertinya sampai sini saja kelilingnya dulu untuk hari ini, saya sudah tidak tahan..." Ujar bela.
Benar bela merasa sangat sedih untuk Reva dia hampir tidak bisa mengontrol diri dan itu tidak diperbolehkan untuk seorang pelayan yang sedang melayani tuanya.
"Maaf sudah merepotkan nona bela" ujar Reva dia mengerti mungkin saja bela tidak nyaman dengannya dia begitu buruk.
"Terimakasih sudah mengajak saya jalan-jalan meskipun anda tidak suka"
Bela tau bahwasanya Nyonya nya ini Sedang salah paham pada diterimanya.
"Saya suka nyonya! Saya sangat menyukai nyonya tolong jangan katakan saya tidak menyukai nyonyaa!"teriak bela.
"Nona bela baik sekali"
"Tolong panggil saya bela"
"Kalau begitu panggil saya Reva juga"
"Maaf nyonya saya tidak berani"
"Begitu ya" Reva mengerti mungkin saja bela belum merasa akrab dengan dirinya.
"Ah, ruangan ini" menujuk sebuah ruangan yang ditutup rapat dan dijaga oleh penjaga.
Ruangan itu adalah ruang pribadi pemimpin sebelumnya. Ruang lukisan nyonya florin. Tak ada satupun orang yang diizinkan masuk kedalam sana.

Istriku tersayang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang