22

104 17 11
                                    

Berita tentang malam pertama putra mahkota dan putri mahkota akhirnya resmi disebarluaskan. Istana pun mulai mempersiapkan upacara tersebut, guna memenuhi persyaratan dan aturan yang terdapat didalamnya.

Berita itupun sampai di telinga ibu Jungkook, dia sudah mengira kerajaan akan menutupi pemberitaaan tentang Kim Tae Hyung dan Tzuyu. Namun dia tidak mengira bahwa kerajaan akan mempercepat acara malam pertama Putra Mahkota dan Putri Mahkota. Tak terkecuali Jungkook, dia bahkan sampai melempar tas nya sepulang sekolah di depan ibunya, dan berkata ...

"Ibu, apa-apan ini? Kenapa mereka tiba-tiba mengumumkan malam pertama Tae Hyung dan Ji Hyo?"

"Ibu juga tidak tau nak, sepertinya mereka menginginkan sesuatu dari malam pertama itu". 

"Apa bu? Ji Hyo tidak lagi suci jika Tae Hyung melakukan sesuatu padanya, mereka bahkan tidak saling mencintai bu..."

"Ibu tidak bisa berbuat apa-apa nak... dan ibu juga minta kamu tidak bertindak apapun". 

"Tidak bisa bu, aku akan meminta ibu suri untuk membatalkan rencana itu. Ji Hyo baru berusia 17 tahun...."

"Hentikan Jeon Jung Kook!! Ibu bilang cukup!!"
Suara teriakan Ibu Jungkook menggema di apartment mereka.

Jungkook selalu diam saat ibunya sedang marah, dia tidak lagi merengek dan protes pada ibunya. Wajahnya mulai memerah karena menahan amarahnya. Dia pun tak percaya, Istana akan melakukan hal yang menjijikan bagi Jungkook. 

Dia menilai pernikahan dan malam pertama itu terlalu dipaksakan.

Sore harinya di Istana, Ji Hyo pun tidak kalah terkejut saat mendengar berita itu. Dia mencari-cari Tae Hyung untuk menanyakan kepastian berita tersebut. Dia berlari kesana kemari, dan akhirnya menemukan Tae Hyung di taman, dia sedang bermain dengan saxophone nya. 

"Tae Hyung-ah!!"
Ji Hyo menepuk pundak Tae Hyung dari belakang, lalu tersungkur ditanah karena kelelahan berlari. Dia mencoba mengatur nafasnya.

"Kenapa berlari-lari seperti itu? Apa hantu sedang mengejarmu?"

"Apa di Istana ini ada hantu?"
Ji Hyo langsung menarik tangan Tae Hyung, dan bersembunyi di belakangnya.

Dengan cepat Tae Hyung melepas pegangan Ji Hyo dan memintanya menjauh.
"Kamu hantu di Istana ini, ada apa mencariku seperti itu?"

"Aku dengar upacara malam pertama akan dilakukan besok, apa itu benar?"

"...."
Tae Hyung tidak menjawab dengan ucapan, dia hanya mengangguk pelan.

"Hah? Bagaimana bisa? Aku baru saja genap 17 tahun, apa istana mengharapkan aku segera hamil dan mempunyai anak darimu? Aku tidak siap, aku tidak siapp ......."

"Jangan berisik! kamu pikir aku siap? Aku juga belum pernah melakukan hal itu sebelumnya...."
 jawab Tae Hyung namun memalingkan wajahnya ke arah lain, karena wajahnya mulai memerah.

"Kalau begitu, batalkan upacara itu. Aku masih ingin sekolah, Tae Hyung-ah kumohon".
Ji Hyo mulai menarik narik lengan baju Tae Hyung hingga tubuhnya berguncang-guncang.

"Tidak bisa, itu permintaan dari Raja. Aku tidak bisa menolaknya, aku juga tidak yakin apa aku ingin menolaknya....."

"Apa kamu bilang????? Dasar mesum!!!" 
Ji Hyo lalu mengambil saxophone dari tangan Tae Hyung dan melemparnya ke perut Tae Hyung. 

Tae Hyung hanya tertawa kecil melihat tingkah Ji Hyo yang lucu. 

Keesokan harinya, upacara itu dimulai dengan tradisional ala istana, hingga sore hari Ji Hyo dan Tae Hyung diminta masuk ke dalam ruang tidur kuno istana yang kerap digunakan upacara tersebut. Dengan masih mengenakan pakaian tradisional in Hwa, mereka duduk berjauhan di dalam kamar. 

Kamar berukuran 4 x 4 meter itu hanya diisi oleh kasur lipat lantai dan hiasan lemari kecil di tiap sudutnya. Ji Hyo duduk memeluk lututnya, sementara Tae Hyung mengulurkan kakinya yang mulai terasa pegal setelah acara seharian. 

Suara hening malam itu begitu terasa hingga membuat suara hembusan nafas mereka terdengar begitu jelas, Ji Hyo melirik keluar ruangan, terdapat para dayang duduk menunggu malam pertama itu. 

"Apa kita benar-benar harus melakukan ini?"
Tanya Tae Hyung memecah keheningan. 

"......."
Kini giliran Ji Hyo yang tidak berkata-kata.

"Apa kamu tidak kepanasan?"

"Tidak!"
Ji Hyo masih memeluk lututnya, dia berbohong dengan mengatakan tidak kepanasan. Padahal baju tradisional berlapis-lapis yang dia kenakan cukup membuatnya berkeringat. 

"Aku mulai merasa gerah...."
Tae Hyung perlahan membuka baju hanbook yang dia kenakan. Ji Hyo menutup matanya.

"Tenanglah, aku masih pakai baju...."
Benar, Tae Hyung masih mengenakan kaos singlet dan celana panjang didalamnya. 

"Apa mereka sengaja mengatur ruangan ini menjadi panas?"
Tae Hyung bangkit dan merapihkan celananya, dia mulai memeriksa tiap sudut ruangan. Mencari kemungkinan adanya alat pengatur suhu ruangan. Namun kenyataannya tidak ada. 

"Tae Hyung, duduklah. Jangan membuatku tidak nyaman...."

"Kenapa? Apa yang membuatmu tidak nyaman? Mau aku bantu bukakan pakaianmu? "
Tae Hyung lalu duduk disebelah Ji Hyo dan memegangi baju Ji Hyo. 

Princes Hours (Kim Tae Hyung , Park Ji Hyo, Jeon Jung Kook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang