20

69 16 2
                                    

Setelah berhasil menyelinap keluar dari kamar hotel, Tae Hyung kembali dengan selamat. Saat dia sedang ingin ganti baju, tiba tiba Pak Lee masuk ke kamar dan terkejut melihat Tae Hyung berdiri dengan pakaian atas terbuka.

"Hah!! Yang Mulia? Dari mana saja? Sedari tadi kami mencarimu".

"Aku tidak kemana mana, aku ada disini".

Pak Lee mengelus dadanya karena nafasnya yang terengah engah.
Namun Pak Lee lega karena sudah menemukan Tae Hyung.

Tae Hyung menyeringai lebar saat Pak Lee mulai menyiapkan pakaian dan segala hal yang dibutuhkan Dirinya untuk menghadiri acara peresmian tersebut. Merasa dirinya telah berhasil mengelabui Pak Lee.

Keesokan harinya, Ji Hyo belum juga terbangun dari tidurnya. Bahkan hingga matahari sudah sepenuhnya muncul, dia masih bersembunyi dibalik selimut.

Dayang Choi mencoba mengetuk kamar Ji Hyo untum membangunkannya, namun tak ada respon dari dalam kamar.

Khawatir terjadi sesuatu pada Putri Mahkota, Dayang Choi membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu. Perlahan dia melangkah mendekati ranjang Ji Hyo, dia mencoba menepuk-nepuk tubuh Ji Hyo dari luar selimut.

"Yang Mulia, sudah jam 9 pagi. Sudah waktunya untuk sarapan".
Ucap Dayang Choi.

"Dayang Choi...."
Ji Hyo menjawab dengan suara sangat pelan, terkesan merintih kesakitan.

Dayang Choi perlahan menarik selimut dan menemukan Ji Hyo meringkuk kedinginan, wajahnya pucat dan suhu tubuhnya panas.

Karena Panik, Dayang Choi segera memanggil tabib/dokter Istana untuk memeriksa keadaan Ji Hyo. Hingga Ratu dan ibu Suri juga datang untuk melihat Ji Hyo.

"Apa dia baik baik saja?"
Tanya Ibu Suri pada Tabib Istana.

"Yang Mulia mengalami demam, sepertinya karena lambungnya, terlihat seperti yang Mulia tidak makan dengan teratur".
Jawab tabib istana.

"Bagaimana bisa Putri Mahkota tidak teratur makan?"
Tanya Ibu Ratu pada Dayang Choi dengan nada sedikit marah.

"Maafkan aku ibu Ratu Ibu Suri, pasti ini karena kelalaianku. Aku pantas dihukum".
Dayang Choi membungkuk meminta maaf.

"Tii...dakk.. da..yang..Choi, ti..dak..ber.salah. Aku memang sedang tidak nafsu makan".

"Tapi Putri Mahkota harus makan, agar tubuhmu kembali sehat dan bisa beraktifitas".

"Sudah hentikan!"
Suara yang tiba tiba menggema di kamar Ji Hyo.

"Yang Mulia Putra Mahkota, kau sudah kembali?" Sapa ibu Ratu saat melihat semata wayangnya memasuki kamar Ji Hyo.

Ji Hyo terkejut melihat Tae Hyung, namun tubunya tidak berdaya.

"Tinggalkan kami berdua, bawakan saja makanan untuknya kesini".
Pinta Tae Hyung pada semua orang disana saat itu.

Ibu Suri, Ibu Ratu, Dayang Choi dan beberapa dayang lain segera meninggalkan kamar Jihyo.

"Untuk apa kamu kesini?!?"
Tanya Ji Hyo dengan wajahnya lesunya, dia ingin marah, namun tubuhnya tidak bisa.

"Ayolah, apakamu sakit karena aku?"
Tae Hyung duduk disisi ranjang, Ji Hyo yang terduduk dihadapannya segera ditarik kepelukan Tae Hyung.

"Maaf,karena aku tidak berpamitan denganmu. Aku hanya tidak ingin menjadi berat untuk pergi. Karena kamu pasti akan merengek ingin ikut denganku".
Tae Hyung memeluk Ji Hyo sambil mengusap usap belakang kepala Ji Hyo.

Ji Hyo menangis, dia memang sakit karena terlalu merindukan Tae Hyung disisinya.

"Aku memang suami yang jahat, aku berjanji tidak akan melakukannya lagi padamu. Sekarang kamu harus makan ya".

Berkat bujukan dan rayuan dari Tae Hyung, akhirnya Ji Hyo bersedia untuk makan. Sebenarnya Tae Hyung dijadwalkan untuk pulang ke Istana besok, namun Tae Hyung tak sengaja mendengar obrolan pak Lee dengan dayang Choi di telpon bahwa Ji Hyo tidak mau makan berhari hari.

Akhirnya dia memutuskan untuk langsung kembali ke istana setelah selesai menghadiri acara itu.
Dia bahkan belum tidur sama sekali,dengan telaten dia menyuapi Ji Hyo.

Dan sesekali mereka bersenda gurau sambil menikmati makan, aura tubuh Ji Hyo kini sudah lebih segar.

Setelah selesai makan dan meminum obat herbal yang dibuat oleh Tabib Istana, Ji Hyo tertidur. Dia tertidur dalam dekapan Tae Hyung yang juga ikut berbaring di ranjang Ji Hyo.

Sambil menepuk-nepuk pelan punggung Ji Hyo, Tae Hyung mencoba untuk tertidur juga.

#############

Sementara itu, wartawan yang berhasil mengambil foto foto Tae Hyung saat pergi berdua dengan Tzuyu membuat janji untuk bertemu dengan ibu Jungkook di restoran yang tak jauh dari istana.

"Aku berhasil mendapatkan ini".
Wartawan itu memberikan sebuah amplop coklat besar pada ibu jungkook.

Ibu Jungkook membukanya perlahan dan melihat foto satu demi satu yang diambil oleh wartawan itu, lalu dia mengambil satu foto yang terdapat Tae Hyung sedang menatap Tzuyu yang mengalungi lehernya dengan bunga.

"Foto ini sepertinya cukup".
Ibu Jungkook memberikan foto itu pada wartawan.

"Kau yakin? Aku punya foto yang lebih bagus".
Wartawan itu menunjukan foto saat Tae Hyung dan Tzuyu berpegangan tangan memasuki hotel ketika bersembunyi dari kejaran Pak Lee.

"Tidak perlu sejauh itu, aku hanya perlu menggertak".
Jawab Ibu jungkook sambil tersenyum puas dengan hasil kerja wartawan itu.

"Baiklah jika itu maumu".

Rupanya Ibu Jungkook bekerjasama dengan wartawan untuk membuat berita buruk tentang istana, dalam hatinya dia masih menyimpan dendam karena diusir begitu saja dari Istana.

Benar yang dikatakan ibu Ratu, bahwa tidak mungkin Jungkook dan ibunya kembali tanpa mengharapkan apapun dari Istana. Dia jelas berharap agar bisa kembali kesana, dan menjadikan Jungkook sebagai Raja berikutnya.

Malam harinya Tae Hyung dan Ji Hyo masih berbaring di ranjang, mereka seperti enggan untuk bangkit karena terlalu lelah.

Namun tibatiba suara gaduh memasuki kamar Ji Hyo.

"Kim Tae Hyung!!!!!! Apa yang kamu lakukan?!!!"
Ibu Ratu datang sambil berteriak dan melempari Tae Hyung dengan sebuah surat kabar.

Tae Hyung yang masih setengah sadar, mencoba memahami dengan cepat apa yang terjadi.
Dia bangun dan duduk di ranjang, diikuti Ji Hyo yang juga terkejut.

Tae Hyung mengambil surat kabar itu, dan melihat foto dirinya terpampang dihalaman depan surat kabar. Foto dirinya bersama Tzuyu saat berada di Bhutan.

"Mungkinkah Istana telah merenggut kebahagiaan Putra Mahkota yang sesungguhnya dengan wanita ini?"
Begitulah judul berita yang menampilkan foto Tae Hyung dan Tzuyu.

Dia terkejut bukan main, lalu meremas remas surat kabar itu.

"Untuk apa kamu hancurkan? Surat kabar itu sudah diperbanyak dan dijual kepada masyarakat!!"
Ucap Ibu Ratu lagi.

"Ini pasti ada yang sengaja ingin menjatuhkanku".
Gumam Tae Hyung.

"Menjatuhkan apa maksudmu?"
Ji Hyo bertanya dan mengambil surat kabar yang sudah rusak itu.

Namun fotonya masih terlihat jelas dan terbaca oleh Ji Hyo.

"Jadi kalian bertemu diam diam di Bhutan?"
Tanya Ji Hyo lagi sambil menatap surat kabar itu.

"Hmm.. bukan seperti itu, aku bisa jelaskan padamu".
Tae Hyung mencoba meraih tangan Ji Hyo namun Ji Hyo menepisnya.

"Keluar dari kamarku sekarang!"

"Tidak, ini salah paham. Kejadiannya tidak seperti itu".

"Kim Tae Hyung!! Pergi dan temui Yang Mulia Raja!!"
Perintah Ibu Ratu sambil berlalu keluar dari kamar Ji Hyo.

"Tunggu disini ya, aku akan menemui ayahku dulu. Aku akan kembali lagi".
Ucap Tae Hyung.

"Tidak perlu, jangan menginjak kamarku lagi!!! PERGI!!!"

Princes Hours (Kim Tae Hyung , Park Ji Hyo, Jeon Jung Kook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang