NB || 04

11 4 0
                                    

Setelah semalaman berusaha menghiraukan lagu mengerikan tersebut, aku terbangun di ranjang tunggal kamarku. Dadaku sesak, rasanya aku ingin menangis saja. Apa aku terikat dengan rumah ini?

Pukul lima pagi, aku segera keluar kamar. Mencari keberadaan 'Ibu Asli' ku.

"Ibu!"

Ibuku yang saat itu sedang merias diri di depan cermin menoleh. Ya, aku dapat membedakan mereka berdua, keduanya memiliki senyum yang berbeda. Dandanan yang juga berbeda. 'Ibu palsu' tersebut selalu muncul dalam keadaan tanpa riasan sama sekali dan nampak muda dengan senyum dingin yang selama ini tak kusadari.

Hah...

Kenapa aku tak menyadarinya?!

Ibuku selalu tampil dengan riasan yang bisa dikatakan mencolok. Khas wanita pekerja.

"Bisakah ibu memberi alamat tempat ibu bekerja?"

Ibuku mengerutkan keningnya, tampak heran. Tentu saja.

"Tumben sekali, untuk apa kamu memerlukan alamat tempat kerja ibu?"

"A ah, aku ingin pulang dengan ibu setiap hari. Aku selalu ketakutan di rumah." Jawabku sambil tersenyum lebar.

"Baiklah, walau ini sebenarnya ini tidak terdengar seperti dirimu." Jawab ibuku sambil tertawa kecil.

Oh, 'Ibu palsu' tak pernah tertawa. Hanya tersenyum dan terus tersenyum seolah tidak memiliki ekspresi lain.

Setelah mendapat alamat kantor ibu, aku meminta ibu untuk berangkat bersamaku. Sungguh, sejak kejadian tadi malam aku merasa tak aman berada di rumah tanpa 'Ibu asli'.

Kumasukkan ponsel dan dompetku ke dalam tas. Aku tak ingin terpaksa pulang ke rumah tanpa Ibu karena melupakan suatu hal. Rasanya mengerikan sekali tidak aman di rumah sendiri.

Hari-hariku di sekolah berjalan seperti biasa. Gracy mengatakan bahwa semalam ibuku menjemputku dengan mobil. Saat itu aku tertidur pulas. Kini aku memiliki satu pertanyaan yang harus kulontarkan pada ibu.

Apakah ibu benar-benar menjemputku tadi malam?

NINA BOBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang