Malam tiba, Gracy masuk ke dalam kamarku dengan semangkuk sup. Ia duduk di sampingku dan mengatakan bahwa ibuku tidak akan menjengukku sampai beberapa hari ke depan.
"Gracy?" panggilku pelan.
"Ya, Yuna. Ada yang ingin kamu katakan?" sahut Gracy.
Aku menaruh mangkuk kosong di lantai. Kemudian membalikkan tubuh hingga berhadapan dengannya.
"Sebenarnya, apa sih yang terjadi?" Tanyaku padanya. Aku yakin, ia pasti mengetahui sesuatu.
"Aku tahu kamu akan terkejut dan penasaran. Tapi tadi siang kamu begitu lama di toilet sampai-sampai aku menyusulmu." ucapan Gracy berhenti sejenak.
"Kamu disana, berdiri di depan wastafel. Menatap pantulan mu pada cermin, matamu melotot. Dan... Yah, lehermu berdarah." sambungnya dengan wajah takut.
"Uh, ada sosok makhluk jelek yang berada di punggungmu saat itu Yuna. Kamu tahu, aku sangat terkejut. Aku berusaha tidak menatap makhluk itu, tapi ia terus memerhatikanku." ujar Gracy menjelaskan, sesekali ia melirik ke arahku.
"Jadi kuputuskan untuk membawamu kesini."
Sesaat aku merasakan kengerian, Gracy menatapku. Mungkin ia ingin melihat reaksiku.
"A apa makhluk itu masih ada disini?"
Gracy tersenyum, mungkin ia mengharapkan pertanyaan tersebut.
"Tidak perlu khawatir, Ayahku memutuskan untuk menyegel rumah ini sejak aku lahir. Jadi ia tak bisa memasuki rumah ini." Ucapannya menenangkanku, tapi aku teringat dengan Ibu Gracy yang menatapku ketakutan.
"Eh, lalu kenapa ibumu melihatku seolah makhluk itu masih ada padaku?"
"Ah, itu karena ia tidak dapat melihat hal-hal seperti itu. Jadi ia berpikir makhluk itu masih ada."
Ia nampak menghela napas.
"Ibuku sangat religius, tapi ia tidak percaya jika set*n dapat menyentuh manusia. Beliau berpikir jika dekat dengan Tuhan sudah cukup untuk menangkal set*n-set*n jelek itu." Ya, aku tahu hal itu.
"Saat ayahku menyegel rumah kami, ibuku tidak setuju bahkan menentang keras. Jadi ayahku melakukannya tanpa sepengetahuan ibuku. Mungkin ia berpikir jika set*n itu masih menempel padamu."
Baiklah, tidak ada yang perlu kukhawatirkan bukan? Aku aman disini, walau ada sepercik rasa ragu.
"Yuna, ini sudah malam. Kita harus tidur. Ayahku sudah memaku jendela jadi tidak dapat dibuka kecuali dicongkel pakunya. Jangan kamu sahut jika mendengar panggilan atau ketukan apapun. Pokoknya, pura-pura tidur saja jika ada suara aneh!"
Aku mengangguk, paham dengan maksudnya tanpa dijelaskan. Di kondisi seperti ini, pasti makhluk itu berusaha membawaku dalam lingkarannya kembali.
Aku bergidik ngeri, kemudian menaikkan selimut setelah Gracy mengunci pintu. Aku memang tidak diperbolehkan keluar kamar.
****
Tok tok
"Yuna, ibu datang."
"Yuna jangan tidur, ibu belum bernyanyi untukmu."
"Yuna, sebenarnya keluarga Gracy melarang ibu untuk datang kesini..."
Aku terbangun akibat ketukan jendela. Ukh, memang ia tidak capek apa mengikutiku terus? Apa sih yang dia inginkan?
"Mereka, mereka ingin memisahkan kita... hu hu..."
Jangan menangis bod*h! Suaramu jelek! Umpatku dalam hati. Aku berusaha menghalau rasa takut dengan mengata-ngatai makhluk itu walau hanya dalam hati. Mana berani aku mengeluarkan suara.
Kubiarkan saja suara itu, aku memfokuskan diri dan memejamkan mata. Tak lama kemudian, aku terjatuh dalam alam mimpi.
![](https://img.wattpad.com/cover/347250806-288-k889634.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NINA BOBO
HorreurApa yang terjadi, saat kamu menyadari bahwa ibumu tak pernah menyanyikan Nina Bobo untukmu karena kesibukannya? Padahal selama ini kamu selalu mendengar lagu tersebut? Siapa sosok yang menyerupai ibumu?