Waktu berlalu dengan cepat, aku membereskan alat tulis dan buku di atas meja. Gracy sudah menungguku di samping pintu kelas.
"Yuna, apa kau langsung pulang?" Tanya Gracy padaku. Aku tertawa, kita berdua tertawa. Mengapa Gracy menanyakan hal tersebut sementara kami selalu menghabiskan waktu dengan bermain-main atau sekedar duduk di depan minimarket hingga sore.
"Bagaimana kalau kita pergi ke lapangan basket? Kudengar kakak kelas akan berlatih untuk turnamen bulan depan!"
"Ide bagus, kau membawa ponselmu kan? Kita harus mendapat potret kakak kelas kita." Gracy menyahut dengan girang. Siapa sih, yang tidak mengagumi kakak kelas kami yang tergabung dalam tim basket? Bahkan mereka terkenal hingga ke sekolah lain.
Sejenak aku melupakan masalahku di rumah.
Aku tak berani bercerita pada ibuku, karena ibuku tidak akan memercayaiku. Gracy? Tidak, tidak! Dia terlahir di keluarga religius, jika aku bercerita padanya mungkin keluarga Gracy akan memanggil pendeta untuk menyucikan rumahku. Padahal masalah ini belum jelas titik terangnya.
Sebelum pergi ke lapangan basket, kami mampir ke mini market untuk membeli camilan dan minuman.
Di lapangan tersebut telah terdapat tim basket yang tengah pemanasan, dan juga beberapa siswi yang nampaknya bertujuan sama dengan kami.
Aku dan Gracy menaruh kantung belanja dan tas pada kursi panjang yang terdapat di pinggir lapangan. Kemudian aku pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, sementara Gracy menjaga barang kami.
Toilet umum disini memiliki dua bilik untuk perempuan dengan dua wastafel dan cermin besar. Aku menyalakan keran, membasuh muka yang lengket karena keringat. Kemudian menatap pantulan wajahku di cermin.
Salah satu pintu bilik terbuka, aku mengabaikannya. Namun segera menoleh cepat saat melihat pantulan di cermin tak ada seorang pun yang keluar dari bilik tersebut.
Ah, bukan apa-apa.
Ya kan? Tempat ini memiliki ventilasi, mungkin tertiup angin.
Ya, tidak apa-apa. Sebelum aku mendengar suara desisan dari langit-langit ruangan.
Kulit abu-abu itu... Aku mengenalnya. Tubuh kurus seakan tanpa daging, wajah panjang yang tak normal, dan... Dua lubang menghitam itu... Aroma yang mirip rebusan daging, bercampur busuk membuatku mual.
Tubuhku tak dapat bergerak, terpaku menatap dua lubang hitam tersebut. Kenapa? Kenapa makhluk itu menggangguku? Bahkan di luar rumah? Apa ia mengikutiku?!
"AKKHHH!"
Aku berhasil berteriak, kubawa tubuhku berlari keluar dari toilet umum. Kembali menuju kursi tempat Gracy berada.
Namun lapangan sepi, tak ada seorang pun disana. Tak ada Gracy, tak ada barang-barang kami. Rumput-rumput liar menghiasi tempat itu seakan sudah bertahun-tahun tak digunakan.
Tubuhku menggigil.

KAMU SEDANG MEMBACA
NINA BOBO
HorrorApa yang terjadi, saat kamu menyadari bahwa ibumu tak pernah menyanyikan Nina Bobo untukmu karena kesibukannya? Padahal selama ini kamu selalu mendengar lagu tersebut? Siapa sosok yang menyerupai ibumu?