Chapter 2

411 33 0
                                    

Nelson yang menyadari, jika kalau ada yang memanggil dirinya dari arah belakang. Seketika saja menghentikan langkah kakinya dan dengan sigap langsung membalikkan badannya. Melihat Nelson membalikkan badannya, Salsa dan Nabila sontak saja ikut membalikkan badannya ke belakang. Dan kini, mereka bertiga kompak menatap sosok pria yang tengah berdiri tepat di hadapan mereka. Pria itu berhasil mencuri perhatian Salsa, entah mengapa Salsa tak dapat mengalihkan pandangannya seperti ada magnet dalam diri pria itu. Namun, berbanding terbalik dengan Nabila yang justru langsung menundukkan pandangannya setelah melihat tatapan dari pria itu yang sangat tajam, seperti ingin menelannya.

Pria tersebut adalah Ronal Altar Manggala, presiden mahasiswa Universitas Megah Bintang. Dia merupakan Cucu dari salah seorang konglomerat di Surabaya Sandy Adya Manggala. Tak dapat dipungkiri ketampanannya mampu memikat hati seluruh mahasiswi di kampus ini. Walaupun dia miliki sikap yang dingin dan cuek, namun tetap saja dia memiliki banyak fans girl di kampus ini. Hari ini, dia terlihat sangat kharismatik dengan outfit yang dikenakannya. Kemeja putih dengan satu kancing atas terbuka yang dipadukan dengan celana kain berwarna hitam dan almamater kampus menambah tingkat ketampanannya. Tak ketinggalan sepatu sneaker berwarna putih untuk melengkapi penampilannya.

Ronal begitulah sapaan akrabnya, mulai menarik nafasnya panjang kemudian melirik ke arah Nelson dengan tatapan datar

"kenapa lagi? telat?"

"ya gitu deh Ron" ujar Nelson

"trus, ngapain ke sekret?"

"cari elu" ucap Nelson santai tanpa beban, yang membuat Ronal menatap tajam ke arah Nelson seraya memberi isyarat kepada Nelson untuk mendekatinya. Nelson yang peka dengan lirikan mata dan gerakan tangan yang diberikan oleh Ronal, sontak saja langsung berjalan mendekati Ronal.

Langkah kaki Nelson menyadarkan Salsa dari lamunannya dan dengan sigap ia langsung memalingkan pandangannya ke arah lain. Sementara Nabila masih dengan posisi yang sama, menundukkan pandangannya. Jujur saja, Nabila mulai merasa bosan melihat lantai keramik kampus yang tak seberapa bersihnya ini. Tapi dia juga tak berani mengangkat kepalanya.

Kini Nelson telah berada tepat dihadapan Ronal, tanpa aba-aba Ronal langsung menarik tangan Nelson menjauh dari Salsa dan Nabila.

"kalian berdua jangan kemana-mana tunggu disitu!!" teriak Nelson, yang kini mulai menjauh dari Salsa dan Nabila

"baik kak" sahut Salsa dan Nabila kompak.

Nelson yang merasa jika jarak mereka sudah cukup jauh dari Salsa dan juga Nabila, menahan Ronal agar tak berjalan lagi.

"Ron udah disini aja, nggak mungkin juga mereka bisa denger pembicaraan kita dari sana. Udah cepetan lu mau ngomong apa" ucap Nelson seraya menghentikan langkah kakinya dan dengan sigap langsung memegang pergelangan tangan Ronal agar dia berhenti melangkahkan kakinya.

Menyadari hal itu, Ronal langsung menghentikan langkah kakinya dan memalingkan wajahnya ke arah Nelson.

"ck..iya..iya...bang gini ya lu kalau ngomong di depan maba jangan lo-gue, minimal aku-kamu lah. Ngomong lo-gue cukup di tongkrongan aja, lu paham kan maksud gue bang" lirih Ronal seraya menatap Nelson

Mendengar ucapan Ronal seketika saja raut wajah Nelson berubah menjadi masam "Ron..ron serah lu dah" ucap Nelson Pasrah

"inget ya bang, jangan sampai luh keceplosan. Oh iya bang, gue minta tolong infoin juga ke yang lain" pinta Ronal

"kenapa nggak elu aja sih yang infoin ke mereka Ron?"tanya Nelson dengan penuh keheranan

"elu aja bang males gua, selama nggak mendesak banget gua nggak akan muncul di grup"

Harmony (On Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang