Chapter 9

242 19 0
                                    

"Ronal sialan, kalau gini kan gua   harus bolak-balik lagi buat nanyain lu" batin Paul Seraya membalikkan badannya, kemudian berjalan ke arah Ronal

"Kok lu balik lagi sih ul, Nabilanya mana?" tanya Ronal yang cilngak clinguk mencari keberadaan Nabila

"ck..nggak ada Ron belum gua panggil" sahut Paul

"Trus kenapa lu balik kesini Paul, buruan lu panggil. Lu tau nggak ul gua ninggalin anak orang di sekret sendirian dalam keadaan nggak bisa berdiri. Dan lu malah kayak gini" ucap Ronal dengan tatapan tajam seraya memijat pelan dahinya

Paul mulai menarik nafasnya kasar dan menatap tajam ke arah Ronal "Ronal Altar Manggala, gua nggak tau Nabila itu yang mana. Gua mana kenal dia Ronal, wujudnya aja gua nggak tau gimana. Tadi gua mau nanya ama lu, tapi omongan gua lu sela kampret. Lu malah dorong-dorongan gua nyuruh buru-buru"

Mendengar perkataan Paul, seketika saja Ronal membelalakkan matanya.

"Astaga....bodoh banget sih gua, Paul kan nggak kenal Nabila kok bisa sih gua nyuruh Paul manggil Nabila. Otak gua kalau lagi situasi genting gini pasti nggak bisa diajak kerjasama" batin Ronal seraya mengusap wajahnya gusar

"Ya maaf Ul, gua lagi panik soalnya. Nabila mahasiswa baru yang bareng elu tadi kelapangan. Sekarang buruan lu panggil dia" pinta Ronal

"Iya iya sabar Ron ini baru mau jalan" ucap Paul seraya menatap Ronal tajam seakan-akan meminta penjelasan, mengapa dia bisa mengenal Nabila? Dan mengapa harus Nabila yang dia panggil. Ini benar-benar sangat membingungkan bagi Paul

"Tatapan lu bisa biasa aja nggak ul, udah ya ntar malam kita nongkrong tempat biasa ntar gua jelasin. Eitsss....tapi sebelum itu lu harus selesain masalah lu dulu" celetuk Ronal

"Lu ya bisa banget mainin perasaan orang awalnya lu buat seneng ujung-ujungnya lu patahin juga"

"Nggak usah sok puitis deh ul, nggak cocok lu. Omongan yang keluar dari mulut lu bukannya puitis jatuhnya malah meringis alias alay bin lebay. Udah sana buruan lu panggil Nabila geli gua denger omongan lu" sahut Ronal

"Ronal! Untung aja ini lapangan selamat lu kali ini, kalau nggak udah dari tadi ya pala lu gua jitak" ucap Paul kesal seraya membalikkan badannya dan berjalan menghampiri Nabila

Begitulah Ronal dan Paul tiada hari tanpa physical attack. Cara pertemanan Paul dan Ronal memang sedikit berbeda dari yang lain, physical attack menjadi salah satu bentuk bahasa cinta mereka. Jadi perkataan Paul tadi sudah hal yang sangat biasa bagi Ronal. Bahkan dia sendiri pun sering melontarkan kata kata yang sama.
______________________________________

Sementara di dalam ruang Sekretariat terlihat Salsa yang sudah kelelahan karena sedari tadi terus mencoba untuk berdiri namun terus gagal. Alhasil Salsa harus menyeret kakinya seperti suster ngesot untuk keluar dari ruang sekretariat ini untuk mencari pertolongan. Apa yang bisa Salsa harapkan dari sang Presma yang menyebalkan, mengesalkan dan berlagak sok cool itu

"Ck..sial banget gua hari ini, dasar presma ngeselin yang nggak punya hati. Bisa-bisanya ya dia ninggalin gua disini sendirian mana sepi lagi nggak ada orang. Kalau gini ceritanya makin tepos pantat gua. Maafin gua ya tat gua harus seret-seret elu semoga lu baik-baik aja dibawah sana" gumam Salsa

Setelah bersusah payah menyeret kakinya, akhirnya Salsa berhasil keluar dari ruang sekretariat. Namun tak ada orang disekitar ruang sekretariat, disini begitu sepi. Apakah Salsa harus menyeret kakinya sampai ke lapangan?

"Nggak..nggak yang ada lecet tangan, pantat ama kaki gua yang mulus ini" gumam Salsa

Sungguh perkataan Salsa sangatlah "dirty mind" tapi begitulah Salsa berbicara dahulu baru berfikir.

"Trus sekarang gua harus ngapain, masa iya gua harus teriak. Kalau pun gua teriak mustahil banget ada yang denger orang sepi gini. Jadi gua harus gimana sekarang, ayo Sal mikir" gumam Salma, yang kemudian spontan saja langsung mengigit ibu jarinya

Di saat Salsa tengah berfikir bagaimana caranya agar dia bisa meminta bantuan dalam kondisinya yang tak bisa berdiri seperti ini. Tiba-tiba saja samar-samar terdengar suara seperti suara langkah kaki.

Tap....tap....tap....tap....tap...tap

Mendengar suara langkah kaki itu seketika saja Salsa langsung mengernyitkan dahinya.

"Ini suara langkah kaki kan atau gua yang salah denger ya? Coba deh gua pastiin lagi" gumam Salsa

Tap....tap....tap....tap....tap...tap

Tap....tap....tap....tap....tap...tap

"Iya bener ini suara langkah kaki tapi kok suara langkah kakinya rame banget. Apa yang jalan kesini nggak cuman satu orang aja ya? Bagus deh kalau gitu jadi kalau yang datang cowo gua aman" gumam Salsa

Suara langkah kaki itu semakin terdengar dengan jelas. Samar-samar mulai terlihat pemilik langkah kaki tersebut. Semakin lama wajahnya semakin terlihat jelas.

Deg!

Sontak saja Salsa langsung membelalakkan matanya saat melihat pemilik langkah kaki tersebut.

"Ini gua nggak salah lihat kan" batin Salsa seraya memicingkan matanya

Bersambung...........

Kira-kira siapa ya pemilik langkah kaki itu? Apakah benar dugaan Salsa jika ternyata lebih dari satu orang yang berjalan menuju sekretariat atau pendengaran Salsa yang salah?

Nantikan jawabannya di next chapter. So stay tune for the next chapter guysss

Bagusnya gimana ya apakah di next part selipin sedikit moment sweet antara Ronald dan Salsa atau biarin mereka kek tom and Jerry dulu?

Harmony (On Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang