Chapter 6

313 23 0
                                    

"kalau itu Ronal, trus yang gue teriakin di dalem dan gue ajakin ngobrol siapa. Jangan-jangan itu...." batin Paul

Paul yang menyadari jika di dalam ruang sekretariat BEM tersebut bukanlah Ronal sontak saja langsung berlari menghampiri Ronal.

"HAA..AN..TUUUUU...!!!!" teriak Paul seraya berlari menghampiri Ronal

Melihat Paul berlari ke arahnya dengan wajah ketakutan seperti baru saja melihat hantu, sontak saja  membuat Ronal kebingungan. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Paul, sehingga dia berteriak dan berlari seperti itu. Sementara itu, Nabila yang berjalan tepat di sebelah Ronal sedari tadi menahan diri agar tak tertawa.

"ihh ada buleee menggemaskan. Ya ampun hahahaha larinya lucu deh. Duh pengen ketawa tapi takut" batin Nabila

Bagaimana bisa ada senior bule selucu dan semenggemaskan ini.

Lucu? Menggemaskan?

Itulah Nabila, dia paling tak bisa melihat orang yang bertingkah aneh seperti Paul karena baginya itu justru terlihat lucu dan menggemaskan. Memang agak berbeda perempuan satu ini. 

Terlihat Ronal dan Paul yang kini saling berhadapan, namun sayang Ronal tak menghiraukan Paul. Dia lebih memilih untuk membuka pintu sekretariat BEM. Di saat Ronal ingin mengambil kunci Ruang sekretariat BEM dari saku celananya, tiba-tiba saja Paul memukul lengan Ronal cukup keras.

Plakkkk...!!

"Sehat Paul? kenapa tiba-tiba mukul sih" tanya Ronal yang berusaha menahan diri agar tak tersulut emosi

"masih bisa lu nanya Ron, setelah apa yang lu lakuin ke gue" ujar Paul yang sudah sangat amat kesal dengan Ronal

Lu? gue?

Sepertinya Paul lupa soal larangan menggunakan kata lu-gue saat berada di lingkungan kampus, terutama saat berada di hadapan mahasiswa baru. Sebenarnya Ronal ingin menegur Paul, namun hal itu dia urungkan. Karena percuma saja Paul tak akan menghiraukannya. Apalagi setelah melihat raut wajah Paul seperti tengah menahan emosi terhadapnya. 

Di sisi lain terlihat raut kegelisahan di wajah Nabila. Saat ini Nabila tengah  memikirkan keadaan kakaknya yang masih berada di dalam ruang sekretariat BEM Universitas. Namun, tidak dengan raut wajahnya yang seketika saja berubah kesal setelah melihat Paul si senior bule yang secara tiba-tiba memukul lengan sang Presma dengan cukup keras.

"kok di pukul sih, harusnya biarin aja dulu pintunya dibuka...alahhhh ngeselin deh. Ahh..nyesel deh ngomong gitu tadi. Kalau gitu aku ralat omongan ku tadi, bukan bule menggemaskan lagi tapi bule menggeramkan" batin Nabila

Sementara itu terlihat Ronal dan Paul yang kini saling menatap satu sama lain dengan tatapan tajam.

"Emang dasar dra...." belum sempat Ronal menyelesaikan ucapannya Paul telah menyela lebih dulu

"Emang dasar kamu bajingan" sela Paul dengan penggalan lirik lagu Wali Band yang sontak saja membuat Ronal langsung membelalakkan matanya.

"Ul mulut luh bisa lu kontrol dikit nggak. Lu nggak malu ngumpat depan maba. Ul kita ini pemimpin harus jaga image dan wibawa kita, luh mau anak sepolos dia niru kelakuan luh yang hobi ngumpat sembarangan" bisik Ronal dengan penuh penekanan di setiap katanya.

"Mulut gue udah nggak bisa gue kontrol itu semua karena lu yang janjian ketemuan tapi lu nya nggak ada. Dan yang paling menjengkelkan kenapa lu nggak ngabarin gue. Lu tau nggak gue disini kayak orang bego, teriak-teriak nggak jelas karena gua ngiranya lu ada di dalem. Sumpah Ron, lu manusia terkampret emang. Kalau gua nggak ingat lu sohib gue udah habis lu Ron" lirih Paul seraya mencengkram pundak Ronal.

Dari cengkraman Paul, Ronal dapat merasakan jika kalau Paul tengah berusaha menahan diri agar tak  tersulut emosi terhadapnya. Maka dari itu, Ronal berusaha tetap tenang dalam mengahadapi Paul. "udah marah-marahnya kau, kalau masih mau marah-marah nggak apa apa  Keluarin aja dulu semuanya Ul" lirih Ronal seraya melirik Paul dan melepaskan cengkraman Paul dari pundaknya.

Tak ada reaksi apapun dari Paul saat cengkeramannya dilepaskan oleh Ronal. Dia hanya menatap Ronal seakan meminta penjelasan atas pertanyaannya. Sebenarnya Paul masih ingin mengeluarkan unek-uneknya tapi hal itu dia urungkan. Paul takut jika nanti dia tak bisa mengontrol emosinya terhadap Ronal.

Membingungkan dan mengherankan mungkin saat ini dua kata itu cocok untuk menggambarkan ekspresi Nabila. Dia tak mengerti apa yang sebenarnya dua lelaki itu lakukan, raut wajah mereka seperti sedang kesal satu sama lain. Namun anehnya kenapa mereka saling berbisik jika kalau kesal satu sama lain.

"Ok" bisik Ronal seraya menghadapkan layar handphonenya tepat di depan mata Paul

Paul yang melihat hal itu sontak saja langsung membelalakkan matanya. Dia terkejut bukan kepalang.

Whatsssss...Shitttt.....!! Apa-apaan ini?

Rasanya Paul ingin membenturkan kepalanya ke pintu. Benar-benar memalukan.

"Astagaaa bodo banget sih gue" batin Paul

Bersambung.......

*****
Waduhh kira-kira apa ya yang Ronal tunjukan pada Paul sehingga Paul se terkejut itu? Nantikan jawabannya di next update, so stay tune ya.

Yuhuuuu....ada kabar gembira.....!!

Aku bakal upload cerita baru dalam waktu dekat ini. Ceritanya lebih ke fantasi jadi pemecahan misterinya lebih banyak dibandingkan romance karena fokus ceritanya di kekuatan mereka berempat. Dan kalau kalian mau aku bisa sekalian tampilin cast nya di awal biar enak ngebayangin nya.

So sekarang aku mau minta pendapat kalian kira-kira empat anak ini cocoknya punya kekuatan apa ya? Komen dong

Harmony (On Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang