Chapter 15

182 11 0
                                    

Setelah cukup lama berkutat di dapur, akhirnya semua masakan Mamora pun siap. 

"Tak mungkin ku angkat makanan ini sendirian, lebih baik ku panggil dua kurcil itu. Biar ada manfaatnya mereka dua di rumah nih" gumam Mamora

Tak lama setelahnya suara Mamora pun mulai menggema ke penjuru ruangan di rumah ini.

"Lalan....!!! Onal...!!! Sini kelen...!" panggil Mamora

Ronal yang tengah asyik mengobati telinga ayahnya yang memerah di ruang tengah sontak saja terkejut.  Sampai-sampai Ronal tak menyadari, jikalau dirinya tak lagi mengoleskan minyak pada telinga ayahnya. Melainkan menekan telinga ayahnya hingga membuat ayahnya menjerit.

"Awww.....!!! Sengaja ya kau Onabul" jerit Alan

"nggak lan, kaget makanya tangan saya kepleset dikit. Jadi nekan telinga anda" sahut Ronal

"Heh...lan...Ian nggak sopan ya kamu Onabul, bapakmu loh ini" ucap Alan seraya mengelus telinga yang semakin memerah akibat ulah Ronal tadi.

"Ayo pa buru kita ke dapur sebelum mama ngamuk. Bahaya soalnya" ucap Ronal yang spontan saja langsung menarik tangan ayahnya.

"Heh...Onabul bisa pelan kau narik tangan ku. Kau pikir tali tanganku ini. Enteng kali kau nariknya, kalau putus cemana" gerutu Alan yang tak diindahkan oleh Ronal.

Begitulah Ronal dengan ayahnya saling menunjukkan rasa sayangnya. Berbeda dengan anak lelaki lainnya yang lebih akrab dengan ibunya. Ronal justru sangat akrab dengan kedua orangtuanya. Bahkan tak ayal, Ronal sering memanggil ayahnya hanya dengan nama saja. Begitupun juga dengan ibunya. Tiap harinya rumah ini selalu dipenuhi canda dan tawa. Bagaimana tidak, selalu saja ada hal lucu yang terjadi di rumah ini. Entah itu karena ulah Ronal dan Ivander atau kejenakaan yang sengaja Ronal dan ayahnya lakukan untuk menghibur orang di rumah ini.

"ada apa Malaficent" ucap Ronal dan Alan kompak

"Kelen bilang apa tadi....!!!" ucap Mamora sereya memelototi Ronal dan suaminya

"Eh...mama maksudnya" ucap Ronal
langsung meralat ucapannya begitu pun dengan Ivander

"Eh...Maaf lidah Abang kepeleset" ucap Alan seraya menepuk menepuk mulutnya

"Aihh, kenapa tak sekalian ke pelesetnya manggil Cinderella atau Aurora kan lebih cantek, anggun macam aku. Mengapa pula jadi Maleficent. Tapi tak apa lah dari pada ke pelesetnya jadi Mak lampir lebih baik itu nya. Btw, habis dari mana  kelen dua. Ahh..pasti habis meditasi nya kelen di WC kan"

"Bukan, liatin cicak beranak kami di WC ya kan Onabul"

"Betul pa, sambil cipratan-cipratan air biar makin greget" sahut Ronal

"Hahahahahahaha.....ada ada aja kelen ini. Ini nya, tolong bantu mama angkat semua lauk ini ke meja makan" ucap Mamora

"Ok siap Mamahara" ucap Ronal dan Alan kompak seraya mengangkat piring-piring yang berisi lauk di hadapan Mamora.

Tak berselang lama semua lauk telah tertata rapi di meja makan. Alan, Ronal dan Mamora telah mengambil posisi masing-masing di meja makan dan bersiap untuk makan malam.

"Wah tau aja lah mama ini, aku lagi pengen ikan naniura. Wih..ada ikan mas tombur juga rupanya. Mantap kali ah" ucap Ronal seraya mengambil lauk Ikan Naniura kemudian ikan mas tombur. Tak lupa Ronal juga mengambil daun ubi tumbuk agar lebih nikmat. Tak ketinggalan sambal Ijo buatan mamanya.

Alan pun tak kalah gesit dengan Ronal untuk mengambil semua lauk diatas meja.

"Ya tuhan bang, sadar kau. Uda macam gunung nasi mu" ucap Mamora yang syok melihat isi piring suaminya yang menggunung.

"Ini mah the real porsi kuli plus plus"
celetuk Ronal yang tercengang melihat piring ayahnya

"Berasa makan sama babi aku bang" ucap Mamora yang sukses membuat Ronal tertawa dan hampir saja menyemburkan nasi di mulutnya

"Jelek kali babi, masak kau sama samakan Abang sama babi. Kek nggak ada hewan lain aja. Muka ganteng gini di bilang babi. Tapi mau kau kan sama babi ganteng ini. Babi..babi... gini tapi kau takluk juga sama ku kan"

"Iya lagi, kenapa nya aku bisa takluk sama orang macam babi kek kau"

"Kenapa jadi bahas babi si pa ma, jelek banget pembahasannya" timpal Ronal seraya melirik mama dan ayahnya.

Di tengah obrolan sembari menikmati makan malam. Tiba-tiba saja mereka dikejutkan dengan suara perempuan yang nampak begitu familiar ditelinga mereka.

"Surprise....! Difa yang cantekkkkk ini udah pulang" teriak gadis berambut ikal panjang terurai seraya berjalan menuju meja makan

Dia adalah Nadhifa Saulina Manggala yang merupakan putri bungsu dari keluarga Manggala. Saat ini Difa merupakan siswa kelas 11 di SMA Bina Unggul. Karena kecerdasan dan kepintarannya Difa di percaya oleh kepala sekolah untuk bertanding dan mewakili SMA Bina Unggul dalam kompetisi matematika tingkat Nasional di Bengkulu selama satu minggu.

"Si tukang rusuh dan nyebelin come back" ucap Ronal

"Dih"

"Gimana lomba mu Difa di Bengkulu? Menang kau, nggak ada ku nampak piala sama piagam mu" tanya Mamora seraya melirik Difa

"udah pasti kalah ma" timpal Ronal

"Sok tau kau bang" sahut Difa tak terima

"Ahh..kalau kau nggak kalah Difa berarti menang kan" ucap Alan kegirangan

Sementara Difa tak merespon apapun saat ini dia tengah sibuk mengeluarkan sesuatu dari kopernya.

"Tadahhhh" ucap Difa seraya memperlihatkan piala akrilik dan juga piagam penghargaan yang telah dicetak pada mama, ayah dan abangnya

"Puji Tuhan....terimakasih tuhan kalau telah mengabulkan doaku" ucap Mamora dengan raut wajah bahagia

"Widihh, mantap kali memang anak gadisku ini. Bangga papa sama mu" ucap Alan seraya berjalan menghampiri Difa kemudian memeluknya

Melihat suaminya memeluk putri bungsunya, Mamora pun juga langsung ikut memeluk.

"Teletubbies....Teletubbies.... berpelukan" celetuk Ronal yang sukses membuat Mamora tak jadi menangis. Dan seketika saja suasana haru berubah jadi rusuh.

"Astagaaaa Onal...!!! Merusak suasana aja kau ini. Memang tak bisa liat suasana haru ada aja tingkahnya" ucap Mamora dengan tatapan tajam miliknya

"Ishh Abang....!! Nyebelin kali. Nggak ada senang senangnya liat adekknya menang. Dasar Onabul nyebelin" ucap Difa dengan wajah yang masam

"Kau ya Onabul, hobi kali merusak suasana. Slepettt juga nih" ucap Alan seraya melirik Ronal

"Nggak ada sarung pa disini. Mau Ronal ambilin nggak pa?" tawar Ronal

"Boleh... boleh...tapi ku slepett dulu kau pakai ini kursi" ucap Alan seraya memegangi kursi dan berancang-ancang ingin mengangkatnya

"Waah..papa kekerasan dalam rumah anak. Laporin kak Seto nih pa. Kak Seto kak Seto lihat ada yang mau slepett saya pakai kursi" ucap Ronal seraya memegangi kepalanya dan berjongkok di sebelah meja makan.

"Nya uang lima ratus perak buat mu" ucap Difa seraya memberi Ronal uang  koin 500

"Apa maksudnya ini?"

"kek pengemis kau bang ku tengok, makanya ku kasih uang lima ratus perak hahahaha"

"Hahahahahahahaha" seketika saja tawa Alan dan Mamora pecah setelah mendengar ucapan Difa

"Masa ganteng gini dibilang pengemis. Orang aku lagi cosplay jadi  kang berak yang lagi sembelit di toilet umum nih" bukannya marah mendengar perkataan Difa. Ronal justru dengan sengaja cosplay dan hal itu sontak saja membuat tawa Alan dan Mamora semakin kencang. Bahkan Difa pun ikut tertawa hingga terbahak-bahak.

Bersambung.........

Sepertinya di rumah Ronal selalu ceria dan penuh tawa. Seru banget kayaknya jadi pengen join di keluarga Ronal atau nggak nginep deh di rumah Ronal.

Stay tune for update guysss

Harmony (On Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang