bagian dua

25 4 0
                                    

"pada akhirnya yang terlepas harus ikhlas"
_____

Happy reading ✨
__________________

Dering alarm handphone berbunyi nyaring, gadis dengan mata sembab itu terbangun dari tidur nya. Ia segera mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajjud. Tangis nya kembali pecah saat memanjatkan doa kepada sang kuasa.
Di balik pintu kamar Nirmala, Ajeng menangis dalam diam mendengar suara tangis pilu anak bungsu nya.

"Maafin bunda ya nak, bunda hanya tidak ingin kamu melanggar tradisi keluarga kita, bunda gak mau kamu kayak bunda nantinya" batin ajeng menahan sesak di dadanya.

Tak lama adzan subuh berkumandang, Pradipta ayah Nirmala bergegas pergi ke masjid belakang rumah nya. Nirmala, zalina, Keyla dan Ajeng sholat subuh berjamaah di rumah yang di imami oleh Ajeng. Selesai sholat mereka bersiap dengan kegiatan mereka masing-masing seperti mencuci pakaian, membereskan rumah, dan memasak untuk sarapan.

"Bunda, ayah Nirmala langsung balik ke pondok ya jam setengah 9 ada jadwal kuliah" ucap Nirmala saat sarapan selesai

"Iya Mala, tapi ayah ada janji mengantar kakak mu ke tempat kerja nya, Mala sama mas deden gapapa kan?" Tanya Pradipta
"Iya yah" jawab Nirmala

Zalina yang selalu di utamakan, zalina yang selalu di banggakan, zalina, zalina dan zalina.

Pukul 7 tepat Nirmala sudah kembali ke pesantren Al-Hidayah, sebelum ke asrama nya ia buru-buru ke ndalem untuk menemui umi Zainab .

"Assalamualaikum umi"

"Waalaikumussalam, ohh mala sudah balik? "

"Nggih mi"

Umi Zainab memperhatikan wajah santri nya, ada yang tidak beres dari raut wajah nya. Mata nya sembab dan terlihat tidak bersemangat.

"Mala?"

"Nggih mi"

"Kamu ada masalah? Cerita sama umi, wajah mu Ndak bisa bohongin umi" ucap umi Zainab

Nirmala tidak ingin masalah pribadi nya ini sampai harus di ketahui oleh pengasuh pondok nya. Nirmala tak menjawab, ia hanya menggeleng tanda tidak apa-apa.

"Mala, kamu ini mahasiswi psikologi dan umi juga lulusan psikologi, kamu Ndak bisa bohongin umi, siapa tau umi bisa bantu masalah kamu" umi Zainab masih mencoba membuat Nirmala terbuka.

Air mata Nirmala jatuh, ia menceritakan tentang lamaran tadi malam pada umi Zainab.

"Nirmala, dengerin umi ya, dalam Islam memang tidak ada larangan mendahului kakak untuk menikah tapi tradisi tetap harus di hormati bukan? Selagi itu demi kebaikan selagi itu tidak melanggar hukum syariat, mungkin Allah juga ingin nirmala untuk menjadi orang yang selalu bersabar dan ini adalah salah satu ujian nya, sekarang Nirmala balik ke asrama ya jangan terlalu jadi beban" nasihat umi Zainab

Nirmala bersyukur punya pengasuh yang begitu pengertian pada masalah santri nya, Nirmala pamit untuk kembali ke asrama. Hati nya jauh lebih tenang setelah mendengar nasihat umi Zainab.

“mala? Kapan sampai?” tanya shanum saat melihat Nirmala di atas ranjangnya.

“baru saja” jawab Nirmala tanpa semangat

Shanum menggantung handuknya dan duduk disebelah Nirmala. Raut kesedihan benar-benar terpancar dari wajah Nirmala. Shanum memeluk tubuh Nirmala mencoba memberikan sedikit ketenangan. Nirmala menghapus air matanya dengan cepat ia  tak ingin sahabatnya ikut sedih.

“aku gapapa num” Nirmala melepas pelukan shanum

Shanum menatap Nirmala iba, pasti sakit rasanya jadi Nirmala laki-laki yang di cintainya sudah berniat baik malah ditolak oleh keluarganya.

Zaneera (Tidak Hanya Tentang Mimpi, Hati Dan Tradisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang