Mentari sudah berada tepat di atas kepala, pertanda waktu dzuhur telah tiba. Firdaus menutup laptop dan mengakhiri kelas onlinenya, walaupun online tapi Firdaus tetap melakukannya di kampus. Firdaus adalah salah satu dosen muda yang di gemari banyak mahasiswi bahkan rekan dosennya. Bukan hanya wajahnya yang tampan tapi juga karena sifat nya yang baik hati namun tetap tegas.
“maaf pak, apa bapak sedang buru-buru?” tanya seorang rekan dosen Wanita
“tidak juga bu dewi kenapa?” ujar Firdaus seraya membereskan meja nya
"Saya butuh buku babad Tanah Jawi pak, apa pak firdaus punya?" Tanya Dewi
"Ada Bu nanti saya bawakan, ada lagi?" Tanya firdaus
“iya tadi saya di minta profesor untuk menanyakan soal projek yang sedang bapak kerjakan, sudah sampai mana?” tanya dewi
"Oh iya saya lupa mengabari, tolong sampaikan pada profesor kalau saya baru menemukan objek nya, untuk proses selanjutnya akan saya hubungi lagi" jawab firdaus
“baik pak kalau begitu, untuk kedepannya jika bapak butuh bantuan katakana saja ya pak tidak usah sungkan” tawar dewi
“terimakasih bu, kalau begitu saya permisi sudah dzuhur, mari bu”
Kawasan kampus, memiliki 6 tempat ibadah masing-masing agama. Ada masjid, vihara, klenteng, pura dan juga 2 gereja. Toleransi antar umat beragama sangat di junjung tinggi disini jadi tidak heran jika banyak orang yang tertarik untuk menimba ilmu di sini.
Selesai sholat Firdaus menyempatkan untuk mampir kesalah satu kafe langganannya sebelum pulang. Sekitar 10 menit dari gerbang utama kampus untuk sampai di kafe d’rama.
“capuchino kan gus?” tanya salah satu karyawan
“nggih mas e, sudah hapal ternyata haha” Firdaus terkekeh
“yo jelas, jenengan kalau kesini beli nya itu terus gus”
Sebenarnya Firdaus jarang ke kafe, hanya sesekali saja jika ia memang betul-betul ingin. Firdaus Kembali membuka laptopnya dan mulai fokus mengetik. Baru beberapa saat ia mengetik ia menyadari sesuatu, seorang Wanita dengan kerudung abu-abu yang datang dengan terburu-buru.
“Nirmala?” batin Firdaus
Gadis itu terlihat berbicara dengan memohon pada salah satu pekerja disana, entah apa yang ia inginkan.
"Bang, mala mohon kasih tau Mala kak Raffa ada dimana?" Tanya Nirmala pada salah satu barista.
"Duduk disana tunggu gua kesana, lo jadi pusat perhatian orang-orang" ucap Sean
Sayup-sayup suara kedua nya terdengar di telinga firdaus, Firdaus tak ingin mendekat namun jiwa penasarannya meronta-ronta ingin tahu. Sejurus kemudian Firdaus mendekat namun tetap memberi jarak ia hanya ingin tau apa yang sedang di lakukan gadis itu disini.
“tolong mala, bang sean kali ini aja, mala Cuma mau tau kak raffa kemana?”
suara yang pertama firdaus dengar setelah Nirmala duduk bersama sean.
“mala, bukan gua gak mau kasih tau, tapi raffa bilang dia tidak mau bertemu lagi sama lo mala” jelas sean
Raffa? Batin Firdaus
“sebenci itu kak raffa sama mala bang?” tanya Nirmala
“gua gatau mala, sebaikknya lo ga usah nyariin dia lagi ya? kalu gitu gua mau balik kerja dulu” pamit sean
Gadis itu pun pergi tanpa menyadari kehadiran Firdaus, Firdaus pun tak ingin menyapa ia membiarkannya pergi. Firdaus terdiam mencoba berfikir dengan kejadian yang baru ia lihat, Nirmala masih sangat mencintai masa lalunya. Firdaus tak ingin berlama di sana, ia bergegas pulang.
**
Pondok pesantren al-hidayah terlihat cukup sepi mengingat saat ini pukul 13.30, yaitu waktu untuk madrasah. Di asrama pun hanya ada beberapa orang saja, setelah mengucap salam Nirmala berganti baju dan mulai melanjutkan revisinya yang tertunda. Nirmala sulit sekali fokus pikirannya kacau dan berujung pada menunda revisian nya lagi dan memilih untuk tidur terlebih dahulu. Nirmala sudah Kembali ke Al-hidayah sejak 2 hari yang lalu sama seperti calon pengantin lainnya.
Adzan asar berkumandang Nirmala bangun dan Bersiap untuk sholat asar, shanum baru pulang dari kampus dan mengatakan bahwa dirinya sudah mendaftar sidang skripsi.
“maa shaa Allah selamat ya, semoga lancar terus”
“kamu cepet nyusul, biar syawal nanti kita udah selasai dan nanti akhir tahun kita wisuda” ucap shanum menyemangati
Nirmala hanya tersenyum dan mengangguk, dirinya tidak yakin bisa mengejar ketertinggalannya dari shanum.
“mala, habis maghrib kita ada rapat pasaran sama khitbahan masal ya” ucap winda
“nggih mba”
Selepas maghrib para pengurus dan asatidz-asatidzah sudah berkumpul di kantor pusat, dan di pandu oleh gus na’im. Ada banyak hal yang di bahas kali ini dari mulai kitab yang akan di kaji, pengampu kitab nya, dan lain-lain yang menyangkut ngaji pasaran dan khitbahan. Rapat sempat tertunda untuk sholat isya dan di lanjut sampai sekitar pukul 10 malam.
“maaf mba, bisa minta waktunya sebentar?” tanya miftahun na’im, adik firdaus
“nggeh gus” jawab nirmala
“jenengan betul akan menikah dengan mas daus?”
“nggeh gus”
“ya sudah kalau begitu permisi assalamualaikum”
Na’im langsung pergi berlalu begitu saja, Nirmala mengerutkan keningnya bingung ada apa dengan putra kedua kyai nya itu. Dari kejauhan Nirmala melihat Firdaus yang tengah menatap ke arahnya entah sejak kapan Firdaus ada di sana. Nirmala hanya menunduk lalu bergegas pergi.
**
Suara jangkrik terdengar mengalun Bersama dengan indahnya langit malam. Firdaus memijat pangkal hidungnya, kepalanya mulai terasa pening karena terlalu lama menatap layar monitor.Setelah selesai rapat dirinya tidak langsung masuk ke kamarnya, ia mengetik di ruang tamu ndalem namun itu membuat dirinya melihat na’im yang mengobrol dengan Nirmala walaupun hanya sebentar. Firdaus tak ingin berfikir macam-macam mungkin keduanya hanya membicarakan tentang pasaran yang akan di langsungkan.
Firdaus mengambil wudhu lalu merebahkan tubuhnya di atas Kasur, diraihnya buku tentang ilmu kejawen yang sedang ia teliti. Sebagai pengamat sejarah atau sejarawan Firdaus memiliki banyak sekali buku sejarah di kamarnya, sampai bisa dibilang seperti perpustakaan. Firdaus lebih suka berlama-lama di kamar, membaca buku itu lebih menenangkan baginya. Jam dinding menunjukkan pukul 23.13, Firdaus menutup buku nya dan memilih tidur.
Pagi nya Firdaus tidak ada jadwal untuk ke kampus, dirinya di rumah Bersama dengan umi dan adiknya, karena abah sudah pergi sejak pagi untuk menghadiri acara di surabaya.
“mas, nanti kalau sudah nikah mau tetap disini kan?” tanya nyai zainab
“inn shaa allah umi”
“im, tumben diem biasanya semangat” tanya nyai Zainab pada putra bungsunya itu
“kata siapa? ndak ko umi biasa aja” elak na’im
Na’im pamit untuk keluar karena ia akan pergi membeli kitab dan keperluan lainnya. Nyai Zainab tau betul na’im sedang tidak baik-baik saja putra nya yang biasanya ceria itu mendadak menjadi pendiam.
“adikmu kenapa mas?”
“ndak tau umi, dari pagi sudah begitu”
Firdaus mencoba menebak-nebak apa yang terjadi pada adiknya itu namun ia tidak ingin terlalu memikirkannya.
**
Assalamualaikum, gimana kabarnya? Semoga Allah selalu menjaga dimanapun kalian berada :)
Jangan lupa vote dan komen ya :)
Have a nice day 🤍✨See you in the next part ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaneera (Tidak Hanya Tentang Mimpi, Hati Dan Tradisi)
Ficción General{Jangan lupa follow sebelum membaca 🤍🕊️✨} Nirmala zaneera Nuha, terlahir dari keluarga yang menjunjung tinggi tradisi dan kepercayaan nenek moyang nya. Saat seorang laki-laki yang ia cintai melamarnya, ia harus rela melepasnya karena tak mampu mem...