"Nggak! Sampai kapan pun aku nggak mau menikah lagi, aku hanya ingin punya istri satu. Mau kita punya anak atau tidak itu urusan tuhan, aku nggak pernah mempermasalahkan kamu untuk hamil. Aku cuma mau kamu diam di rumah saja, layani suami kamu." Arya menggelengkan kepalanya menolak permintaan dari istrinya yang benar saja dirinya disuruh menikah lagi, sedangkan dirinya hanya ingin punya istri hanya satu saja. Dirinya sama sekali tidak menuntut istrinya untuk hamil. Hidup dirinya pun sudah bahagia bersama istrinya tanpa anak.
"Tapi Mas, aku juga kesepian di rumah. Aku mau punya anak," protes Risa bahwa dirinya juga merasa kesepian di rumahnya ini, setiap hari suaminya kerja lalu dirinya hanya sendirian saja dirumah.
"Kita bisa adopsi anak Ris, nggak perlu pakai nikah segala." Arya hanya ingin mengadopsi anak lain saja, tak perlu segala menikah lagi dengan wanita lain.
"Mas, please turutin kemauan aku untuk kali ini aja. Lagi pula, kedua orang tua kamu juga selalu bertanya dengan kita tentang anak 'kan? Aku setuju dengan permintaan kedua orang tua kamu mengizinkan kamu untuk menikah lagi." Risa tetap memaksa suaminya untuk menikah lagi, dirinya setuju dengan kedua mertuanya meminta suaminya menikah lagi dengan perempuan lain.
"Aku tetap nggak mau menikah lagi, jangan maksa aku terus." Arya tetap menolak permintaan dari istrinya, meminta istrinya untuk tidak memaksa dirinya menikah lagi. Dirinya segera buru-buru berangkat ke kampusnya.
"Mas tunggu dulu, kita belum selesai bicara." Risa mengejar suaminya agar tidak pergi, dirinya masih ingin berbicara dengan suaminya lagi.
"Aku berangkat ke kampus, jaga diri baik-baik di rumah." Arya meminta istrinya untuk menjaga dirinya baik-baik dirumahnya, dirinya pun berjalan keluar dari rumahnya.
"Udah mau telat lagi, aku harus cepat-cepat ke kelas sekarang." Adira berjalan buru-buru menuju kelasnya, tiba-tiba saja dirinya menabrak seseorang lelaki yang berada di hadapannya.
"Astaga!" lirih Arya melihat wanita itu jatuh di lantai, membuat dirinya menatap tajam.
"Aw, sakit. Kalau jalan tuh lihat-lihat dong Pak, sakit tahu." Adira memarahi lelaki itu yang sudah menabrak dirinya, kaki miliknya pun merasakan sakit sekali.
"Seharusnya kamu yang lihat-lihat, mata di pakai bukan lihat ke arah lain. Minggir!" tegas Arya tak mau ambil pusing, dirinya segera buru-buru pergi menuju ruangannya saja.
"Benar-benar yah, tuh dosen ngeselin banget. Awas aja, aku bakal balas dendam ke dia. Bukannya nolongin malah pergi gitu aja, dasar dosen nggak tau diri. Mana sakit lagi," gumam Adira merasakan sakit di bagian kakinya karena terpleset saat tadi bertabrakan dengan dosennya sendiri.
"Dir, papah lu gimana keadaannya?" tegur Dita melihat sahabatnya baru saja datang memasuki kelasnya.
"Yah, gitu deh. Masih sama, gue juga bingung mau cari uang kemana lagi buat pengobatan papah gue." Adira hanya mengedipkan kedua bahunya, dirinya juga bingung harus mencari uang bagaimana lagi. Dirinya tak mau terjadi sesuatu dengan papahnya itu.
"Cari sugar Daddy aja tuh Dir, 'kan enak bisa di bayarin." Rani berpikir lebih baik sahabatnya itu nencari sugar daddy saja, dengan begitu kehidupan sahabatnya menjadi lebih baik lagi.
"Enak aja, walau pun gue lagi kesusahan. Gue nggak mau jadi simpanan om-om ya," protes Adira yang benar saja dirinya menjadi simpanan om-om, dirinya memang sedang using mencari uang untuk membayar pengobatan papahnya. Tetapi dirinya sama sekali pun tak mau melakukan cara itu.
"Tau lu, bukannya kasih idea yang benar malah cari sugar Daddy lagi." Dira menyenggol bahu sahabatnya yang pikirannya sama sekali tidak masuk akal menurut dirinya.
"Ya, siapa tau aja Dira mau gitu." Rani hanya ingin menyarankan sahabatnya saja, siapa tahu sahabatnya itu mau dengan pendapat dirinya ini.
"Oh, ternyata wanita itu sedang membutuhkan pertolongan. Sepertinya, saya punya rencana. Lihat saja nanti," gumam seorang lelaki yang sedang berdiri di balik temboknya. Mendengar ucapan mereka semua, membuat lelaki itu mempunyai idea untuk kesempatan ini.
"Adira, ke ruangan saya sekarang. Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu," kata Arya bahwa dirinya ingin berbicara berdua dengan mahasiswanya itu, dirinya tak ingin teman-teman gadis itu tahu tentang hal penting ini.
"Mau bicara apa? Tinggal bilang saja di sini Pak," ucap Adira meminta dosennya untuk berbicara sekarang saja, mengapa dosennya itu harus meminta dirinya ke ruangan dosennya segala.
"Tidak bisa, saya tunggu di ruangan." Arya menolak permintaan dari mahasiswanya, dirinya segera pergi menuju ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Derita Istri Kedua Dosen
RomanceAdira Carissa, perempuan kuat menghadapi masalah yang terus terjadi pada kehidupannya. Adira adalah seorang mahasiswa, hidupnya serba mewah. Tetapi, saat perusahaan papahnya bangkrut karena ada salah satu karyawannya korupsi membuat perusahaan oran...