"Saat yang paling tenang adalah ketika menceritakan segalanya kepada pencipta. "
Iya, aku mengatakannya karena aku merasakannya, aku yakin kamu juga.
Coba duduklah lebih lama setelah kamu selesai salat. Berdzikir dan berdoa selama yang kamu bisa. Disana, ceritakan apa yang kamu alami, segalanya.
Aku sangat senang jika memiliki waktu untuk melakukannya.
Suatu waktu, aku bercerita kepada seorang temanku, aku merasa lega setelahnya. Tapi, apa yang aku ceritakan sampai kepada orang tuaku, dan mereka memarahiku. Itu terjadi bukan hanya sekali, tapi beberapa kali sehingga aku kehilangan kepercayaan untuk bercerita lagi, bahkan sampai saat ini.
Awalnya aku ingin menyalahkannya, tapi tidak bisa. Aku hanya bisa berfikir, bahwa ceritaku mungkin membebani pikiran temanku sehingga dia membagikan lagi ceritaku pada ibunya.
Dia tidak salah, itulah yang selalu aku yakini setiap kali rasa kecewa itu muncul.
Aku tidak lagi bercerita pada temanku yang manapun, aku takut membebani mereka. Padahal, sebenarnya aku hanya ingin memiliki seorang pendengar, tidak perlu jawaban ataupun solusi, aku hanya ingin didengar.
Masalahnya, tidak semua telinga bisa menjadi pendengar yang baik. Bisa, hanya saja tidak untuk semua orang, lebih tepatnya seperti itu. Seburuk-buruknya orang yang disebut pembangkang, bahkan disebut 'si tuli' sekalipun, aku yakin dia bisa menjadi pendengar yang baik bagi orang dan cerita yang tepat.
Maksudku 'si tuli', itu seperti sebutan yang aku buat untuk diriku sendiri saat tidak ingin mendengarkan kata-kata yang akan menyakitkan hatiku. Aku mengucapkan nya kepadaku seperti
"Si tuli tidak akan mendengarkan apa yang tidak membangun dirinya menjadi lebih baik. "
Kurang lebihnya begitu, hehe
Rasanya sulit tidak memiliki pendengar, itu membuat ku merasa seperti setengah manusia setengahnya gatau apa.
Tapi aku sadar dan sangat bersyukur, aku masih memiliki Tuhan yang akan selalu mendengarkan keluh kesahku.
Ketika aku menceritakan segalanya, aku menangis, seperti apa yang selalu ingin aku lakukan. Setelahnya, aku merasa sangat tenang.
Saat kamu merasa tidak ada manusia yang bisa mendengarmu, mungkin saat itu kamu lupa bahwa Tuhan selalu ada untuk mendengarkanmu.
Bahkan ia tau apa yang tersirat dalam hati dan pikiranmu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan panggil aku pulang,Tuhan
Roman pour AdolescentsAku tau tuhan,aku pernah berjanji sampai kapan aku hidup. Hanya saja kemudian aku lupa,lalu yang bisa kulakukan setelahnya hanyalah meminta. Aku hanya takut aku kembali padamu sebelum orang-orang yang aku sayangi bahagia. karena itu aku meminta kepa...