Langit menunggu senja, dan aku menunggu kamu, pulang.
***
Apa kau dengar?Celotehan rindu di persimpangan langit menuju petang, bersua dengan gemuruh angin yang menjelma sebagai harapan, meski malam sudah di ujung mata, rindu tak juga tenggelam diperaduan, seperti enggan meninggalkan, tapi menetap bukan sebuah pilihan.
Dikala senja, Gadis bermata bening itu duduk di atas bongkahan kayu yang sedang terapung, detak jantungnya beradu dengan dua onggok kayu di dalam air yang sedang melaju, perasaannya campur aduk, bibirnya berat untuk mengatup.
"Ngapain ajakin aku kesini?." Tanya Nabila sendu, gadis itu berusaha menahan bulir air matanya agar tidak jatuh.
"Emang nggak boleh kangen sama kamu?" Ucap Paul tersenyum, seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Gadis itu pun tertawa sumbang lalu menatap mata laki-laki yang ada di depannya "Apa hak kamu kangen sama aku?"
"Kok ngomong gitu sih? kan kita sudah jarang ketemu, makanya aku ngajakin kamu kesini." Dahinya berkerut heran.
"Ha?, gampang banget kamu ngomong kayak gitu." air mata Nabila sudah menumpuk diujung mata, bibirnya pun ikut bergetar.
"Bil, tolonglah.., aku ngajakin kamu kesini buat have fun, bukan berantem." Paul berhenti mengayuh perahu, dan beralih menggenggam tangan gadis yang ada di depannya.
"So, for today. Let's just be happy okay, jangan yang lain." lanjutnya.
"Aku cuma pengen tau Powl, sebenarnya mau kamu apa?, jangan mentang-mentang karena aku sayang sama kamu, jadi kamu bisa seenaknya gini" Air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya jatuh juga, dadanya seperti kehilangan oksigen sekarang.
"Kamu kenapa sih Bil? please deh, kamu itu bukan anak kecil lagi, emang salah kalau kita jadi teman sekarang?." ucap paul dengan suara yang meninggi.
"Haha teman?, semudah itu kamu bilang teman?." Bentak Nabila dengan air mata yang mengalir.
"Apa salahnya?." Paul bingung, laki-laki itu melepas genggaman tangannya dan beralih menghapus air mata gadis itu.
"Aku pikir kamu beda dari laki-laki lain, tapi dengan sifat kamu yang kayak gini aja udah nunjukkin kalau kamu sama brengseknya dengan ayah." Nabila menjerit, air matanya tidak berhenti mengalir, gadis itu meremas kedua tangannya untuk menyalurkan rasa sakit.
Paul menatap mata Nabila datar, lalu meraih dagu gadis itu sebelum mencengkram kuat.
"Di dunia ini bukan cuma kamu yang menderita, jadi stop merasa kalau hanya kamu yang tersakiti." Ucap Paul membentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA DARI LANGIT
Teen FictionKalimat apa yang bisa memulai ceritaku tentang dia? Bahagiakah atau sebaliknya? Dia adalah sosok yang susah sekali ditebak, jadi sulit bagiku mendefinisikannya dengan sebuah kata. Tapi, menurut hatiku. Dia adalah laki-laki yang baik, tawanya juga ca...