Sebagian orang mungkin tahu bahwa hakikat sebuah roda yang tak akan berputar bila tak dikayuh. Berbanding terbalik dengan takdir manusia yang tak akan pernah berhenti berputar meski tanpa dikayuh.
***
Nabila masih mematung tepat di hadapan rak yang berada di pojok kiri ruangan supermarket yang tak jauh dari rumahnya, gadis itu ingin membeli beberapa makanan ringan untuk jadi cemilannya malam ini, ia memilih untuk menghabiskan malam minggu pertama setelah putus bersama Paul dengan menonton drama korea sampai pagi, toh tidak ada lagi yang akan mengajaknya berkeliling mengintari jalan hanya sekedar mencari jajanan kaki lima untuk malam ini maupun malam-malam minggu selanjutnya.
Ah, ia kira semesta punya sisi protagonis setelah Tuhan menghadirkan Paul untuk menemaninya, ternyata skenario kebahagiaan lagi-lagi tidak berpihak karena tragisnya akhir cerita cinta yang dua hari lalu ia alami. Yah, namanya juga penumpang di bumi, tidak akan ada yang abadi bahkan bahagia sekalipun.
Setelah Nabila merasa belanjaanya sudah cukup, ia bergegas kekasir untuk membayarnya.
"Berapa?" Tanya seorang laki-laki yang memakai setelan kemeja hitam casual dan baju kaos putih lengkap dengan syal yang melilit dilehernya, sepertinya laki-laki itu sedang kedinginan, padahal di luar sana sama sekali tidak hujan.
"Empat puluh ribu, Mas" Jawab seorang wanita yang tengah memasukkan beberapa belanjaan laki-laki tersebut kedalam kantong, terdengar interkasi antara laki-laki tersebut dengan wanita dibalik meja kasir, Nabila melihat tangan laki-laki itu meronggoh saku belakangnya.
"Maaf, gue lupa bawa dompet mbak, gue bawa dulu ya barangnya, gue janji bakal balik lagi" tutur suara serak itu
"Nggak bisa Mas, saya takut Masnya hanya pura-pura nggak bawa dompet, terus kabur gitu aja" Mbak kasir terlihat begitu sinis.
Nabila menatap laki-laki itu lama, ia tertegun melihat laki-laki itu kebingungan, lalu ia mengintip meja kasir untuk melihat barang yang dibeli laki-laki tersebut.
Rokok filter golden leaf 20S, hanya empat puluh ribu dan dia tidak bisa membayarnya?
"Gua beneran lupa mbak" Ucap laki-laki itu jengah.
"Maaf, Mas kalau nggak punya duit gausah beli" jawab kasir itu sinis.
Nabila menyerahkan barang belanjaannya, "Aku mau bayar mbak, hmm sekalian punya Dia" ucap Nabila sambil melirik laki-laki itu sekilas.
"Baik, Mbak"
Nabila membuka dompetnya, ia sama sekali tidak menggubris bagaimana ekspresi orang yang ditolongnya, yang ada dipikirannya sekarang hanyalah segera pulang dan menonton drama yang sudah dia download beberapa hari yang lalu.
Gadis itu keluar sambil menenteng cemilan yang sudah ia beli, untung saja jarak antara rumah dan supermarket cukup dekat, kira-kira hanya memakan waktu kurang lebih lima menit jadi Nabila memutuskan untuk berjalan kaki saja.
"Tunggu" panggil laki-laki yang ditolongnya tadi.
Nabila menoleh. "Apa?"
"Makasi, aku akan ganti uangnya"
"Nggak perlu, kak"
"Tetep aja aku ngerasa nggak enak. Emm, aku boleh minta nomer hp kamu? biar bisa aku hubungin" laki-laki itu menatap Nabila ragu.
"Maaf, tapi nomer hp itu privasi" jawab Nabila berbalik untuk pulang.
Laki-laki itu menahannya, "Yaudah, tapi tunggu disini dulu"
Laki-laki tadi berlari masuk ke dalam supermarket, dari luar gadis itu bisa melihat interaksi antara laki-laki tersebut dengan kasir yang tadi. Hanya butuh beberapa detik laki-laki itu sudah kembali di hadapannya dengan memberikan secarik kertas yang bertuliskan sebuah alamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA DARI LANGIT
Teen FictionKalimat apa yang bisa memulai ceritaku tentang dia? Bahagiakah atau sebaliknya? Dia adalah sosok yang susah sekali ditebak, jadi sulit bagiku mendefinisikannya dengan sebuah kata. Tapi, menurut hatiku. Dia adalah laki-laki yang baik, tawanya juga ca...