G1. [ Mereka Datang ]

16 4 9
                                    

Felly berusaha berlari sekencang-kencangnya, ia tidak sadar apabila dirinya sudah terlalu jauh memasuki hutan. Fokusnya hanya satu, pergi sejauh mungkin dari orang-orang brengsek itu.

Bersyukur, dirinya tidak mendengar lagi teriakan maupun langkah kaki dari tiga iblis berkedok manusia. Setidaknya Felly jadi dapat bernapas lega, sekalipun ia tidak tahu posisinya di hutan luas ini. Kecepatannya dikurangi, sembari meningkatkan kewaspadaan kepada sekitar. Kini ia takut akan keberadaan hewan buas yang bisa saja merenggut nyawanya.

Hidupnya sudah sial karena dijual oleh orang tuanya, dan kebetulan sekali yang membeli dirinya adalah om-om mesum. Transaksinya berada di hutan luas ini, ia beruntung karena Felly masih bisa kabur karena pengawasan yang longgar. Meski berakhir dikejar, dan para bajingan itu kehilangan jejak.

Terlalu menyebalkan, Felly jijik sendiri mengingat pria pedofil itu. Berkali-kali ia mengucapkan syukur, karena sekarang dirinya mungkin sudah lepas dari kejaran para iblis berkedok manusia.

Semakin lama Felly berjalan, ia semakin tersesat. Ayolah, hutan ini terlalu luas, meski sepi dan tidak ditemukan sosok-sosok hewan berbahaya. Palingan hanya ada hewan-hewan kecil yang setidaknya masih ramah dan aman, serta terdapat beberapa serangga yang tidak menakutkan.

Tidak bakalan ada hantu, kan?

Felly bergidik ngeri, menyimpan ketakutan terhadap makhluk astral itu. Harap-harap saja ia tidak bertemu dengan salah satu hantu dan justru diambil jiwanya entah untuk apa. Terlalu mengerikan untuk dibayang-bayang.

Suara jangkrik mendominasi. Felly tetap berjalan, perlahan-lahan menurunkan kewaspadaan. Ia tidak memedulikan kakinya yang sakit karena berkali-kali jatuh sebelumnya, atau keringat yang terus mengucur. Kali ini, niatnya hanya untuk mencari jalan keluar.

Ada secercah harapan yang hinggap, ketika dirinya dapat melihat bangunan berwarna coklat di dalam hutan luas ini. Apalagi terdapat suara tertawa yang terdengar, serta terlihat halaman yang terawat di belakang pagar tinggi itu.  Bisa dipastikan bahwa masih ada kehadiran manusia di tempat itu.

Benar-benar, Felly sangat beruntung hari ini. Ia bisa meminta bantuan terhadap orang-orang di rumah besar tengah hutan.

Ternyata memang terdapat sosok manusia asli. Netra coklat gelapnya menangkap adanya tiga perempuan dan dua laki-laki yang sedang menghabiskan waktu bersama di dalam pagar itu. Tepat di tengah-tengah halaman bangunan yang kalau dilihat lagi, mirip asrama.

Pakaian yang dikenakan mereka sama, mirip pakaian sekolah.

Sempat terlintas suatu pertanyaan, apakah ini sekolah?

Namun, sekolah macam apa yang berada di tengah hutan, jauh dari peradaban manusia ini?

Awalnya Felly berniat tidak peduli dengan pertanyaan yang terlintas di benaknya, ia baru saja akan berteriak meminta tolong. Namun, suatu hal justru mengganggu dirinya.

Itu aneh.

Satu laki-laki, mampu membuat tiga perempuan yang tadinya sibuk adu mulut; membuat keributan, menjadi melayang dengan mudahnya. Melayang, loh?

Apa itu mungkin? Felly tidak percaya dengan pandangannya.

Baru saja Felly melihat kejadian aneh itu, kegelapan menghampiri dirinya.

Ada sesuatu yang berhasil membuatnya mengantuk, menutup mata. Ingatannya terhenti sampai di situ.

•••

"Hei! Bangun!"

Suara itu mengganggunya, ia membuka mata perlahan. Netra indah itu mengerjap perlahan, menjernihkan pandangan ke sekitar. Lalu pandangannya jatuh kepada gadis yang sedari tadi memanggilnya, ia terlihat sedikit lemas.

GEVANGENIS (COLLAB GROUP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang