Nara menggerutu atas nasib sialnya. Ia dibangunkan secara paksa oleh Aya, dengan alasan sederhana; sudah pagi.
Padahal sudah susah-susah ia berusaha mengabaikan suara berisik yang dapat terdengar di semua kamar mereka; atau mungkin di satu bangunan ini. Itu adalah alarm supaya mereka bangun, dan Nara terlalu malas untuk membuka matanya. Ia baru dapat terbangun dengan ogah-ogahan setelah Aya menyeretnya untuk jatuh dari kasur.
Ia beruntung, Nara tidak sampai jatuh akibat tindakan Aya yang sedikit brutal.
Satu hal yang buruk lagi. Hari ini adalah hari Senin, yang berarti ini adalah hari pertama mereka untuk belajar di Gevangenis. Nara sendiri tidak menyangka bahwa waktu berlalu sangat cepat, sampai-sampai ia sendiri tidak menyadarinya. Lagipula dirinya sudah melewatkan satu minggu karena para guru bajingan itu.
Nara menghela napas panjang, ia hanya dapat menutup mulut ketika mereka pergi ke kelas; dengan tujuan belajar. Tidak ada buku ataupun alat tulis yang dibawanya, mereka hanya perlu membawa diri mereka sendiri. Begitulah kata-kata sang guru, yang begitu aneh di benak.
"See? I think, ini penjara." Aya menunjuk ke rantai-rantai yang menutup pintu gerbang keluar dari Gevangenis, melalui jendela lebar di lorong menuju ke kelas.
Felly hanya melirik sekilas, mengangkat bahu, tidak mengindahkannya sama sekali. Ia sudah tahu, pemandangan rantai itu menjadi pemandangan biasa bagi mereka yang berada di tempat ini selama seminggu.
Untuk Aya dan Nara yang menghilang entah ke mana selama hampir seminggu lalu, tentu wajar apabila semua pemandangan itu masih asing. Mereka berdua masih di tahap tidak terima, sementara yang lain sudah di tahap jalani saja.
Ruang kelas masih sepi, belum terlihat sosok guru yang akan mengajar. Mereka semua segera duduk di kursi yang tersedia, setidaknya tidak ada drama saling berebut tempat duduk seperti di masa SMP. Felly jadi teringat dengan teman-teman SMPnya, terutama Elena.
Apabila Elena yang berada di tempat ini, sudah dipastikan ia akan mengomentari — bergosip — dengan Felly mengenai teman-teman barunya di Gevangenis.
Sayang sekali, gadis mungil itu tidak ada.
Tergantikan oleh Aya dan Nara yang sama gilanya dengannya.
Lalu dengan secepat kilat; layaknya menggunakan teleportasi, sang guru sudah muncul di depan kelas. Menunjukkan senyum manis dan menyeramkannya. Bu Andin, namanya; katanya guru sejarah.
"Selamat pagi. Selamat juga kalian telah resmi belajar sebagai murid Gevangenis," tuturnya sebagai pembuka.
"Untuk kali ini, pelajaran pertama adalah Kenali Aku."
Hah?
Hah?
Hah?
Felly gagal paham. Ia kira pelajarannya akan tetap sama dengan pelajaran SMA pada umumnya. Namun ternyata, pelajarannya sama anehnya dengan konsep sekolah Gevangenis. Felly memasang telinga baik-baik, bersiap-siap dengan kemungkinan adanya keajaiban aneh yang muncul kembali.
"Sederhananya, saya akan memberi kalian satu informasi mengenai salah satu teman kalian. Dan kalian harus mengetahui siapa teman kalian, berdasarkan informasi tersebut." Bu Andin masih memasang senyum lebarnya. Tatapannya layaknya robot, tidak ada binar yang dimiliki manusia sama sekali dari pandangannya; terkesan suram, dan datar.
"Sial." Nara mengumpat pelan, ia bertanya-tanya dalam benaknya mengenai informasi yang digunakan oleh para guru itu. Entah mengapa, perasaannya tidak enak mengenai pelajaran Kenali Aku ini.
"Silakan kalian cek potongan kertas di kolong bangku kalian. Dari sekarang, pukul 08.08, pelajaran Kenali Aku dimulai." Bu Andin lantas menghilang, tanpa ada kejelasan sama sekali. Sungguh mengherankan, Felly saja hampir berpikir bahwa itu adalah trik sulap.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVANGENIS (COLLAB GROUP)
Adventure[ 𝙶𝙴𝚅𝙰𝙽𝙶𝙴𝙽𝙸𝚂 ] ⁻⁻⁻ ᶜᵉˢᵘᵏ Felly sangat tidak percaya jika bangunan yang ditempatinya ini adalah sekolah. Sebab sekolah ini terlalu berbeda dari sekolah biasanya. Terkesan aneh dan tidak wajar, Felly lebih percaya jika sekolah ini adalah pen...