G5. [ Cipta Karangan ]

11 2 12
                                    

Dia melintasi ruang dan waktu, berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai dimensi itu; ketika semua masih baik-baik saja.

Tenaganya terkuras banyak, dan ini bisa membawa dampak buruk bagi tubuhnya. Ia tahu itu, dan tetap nekat.

Hanya untuk menyampaikan satu hal, yang tidak akan bisa mengubah masa depan.

Kalimat pada novel yang entah kapan ia baca (ia bahkan tak mengingat nama novel itu), terbayang kembali dalam pikirannya. Adegan ketika sang tokoh pendukung berusaha kembali ke masa lalu, walaupun ia tahu bahwa tindakannya tidak akan dapat mengubah masa depan. Entah mengapa, Nara selalu menyimpan narasi itu dalam ingatannya.

Nara tidak bisa tidur semalaman. Suara itu berisik sekali, sama halnya seperti isi pikirannya. Hari ini mendung, sepertinya akan hujan sebentar lagi. Nara tidak bersemangat untuk menghadapi pelajaran ataupun tugas selanjutnya.

Empat temannya yang menjalani hukuman, masih belum kembali. Sementara mereka yang selamat, sudah harus menerima pelajaran baru. Ia berharap supaya pelajaran hari ini normal seperti pelajaran sekolah pada umumnya.

Jantungnya berdebar, menunggu sang guru muncul secara mendadak seperti biasa. Tangannya bahkan sudah terasa dingin, dengan lemas melirik ke arah jam berkali-kali.

Terdengar suara pintu yang dibuka. Dapat terlihat sosok wanita berambut pendek yang menampilkan senyum cerahnya. Ia mengedarkan pandangan ke arah mereka semua, lantas melangkah ke depan kelas.

"Selamat pagi. Saya adalah guru Bahasa di Gevangenis. Panggil saja saya, Bu Mala. Saya baru mengajar di sekolah ajaib ini selama dua tahun, masih tergolong baru. Mohon bantuannya, ya."

Oh?

Bu Mala, tidak seperti guru kemarin yang mengajar. Guru Bahasa ini terlihat normal, benar-benar seperti manusia yang hanya mengajar di sekolah normal.

Mata Felly berbinar, ia rasa bahwa dirinya akan menyukai guru normal ini. Tidak ada kesan ajaib dan aneh yang ditampilkan oleh bu Mala, hanya senyuman cerah yang menenangkan. Itu membuat Felly langsung menaruh kepercayaan terhadap guru tersebut.

"Saya mengajar di bidang bahasa, baik itu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Mandarin dan bahasa lainnya. Namun yang paling diutamakan adalah bahasa Indonesia. Apabila kalian tertarik untuk belajar bahasa lainnya, kalian bisa mendatangi saya di ruang guru."

Asher melirik ke teman-teman barunya yang lain, kemudian kembali memasang fokusnya terhadap sang guru Bahasa yang normal. Ibu Mala terlihat masih muda, wajahnya ceria dan ia benar-benar cantik. Satu hal yang paling memukau dari bu Mala; netra biru gelapnya yang seolah berkilau. Itu indah sekali, serius.

Nara masih sedikit waspada, takut apabila pelajaran yang diberikan sama membingungkannya dengan pelajaran Kenali Aku yang kemarin. Ia mengalihkan pandangan dari bu Mala, kembali menatap ke satu kertas kosong serta satu pulpen yang diberikan oleh penjaga perpustakaan kemarin. Katanya untuk pelajaran hari ini, berarti ada kemungkinan pelajarannya normal, bukan?

"Baiklah, berhubung ini masih hari pertama. Bagaimana kalau kita hanya menulis beberapa kata saja?" Bu Mala lantas menulis empat kata di papan tulis.

Buat karangan yang menarik!

Membuat karangan? Itu normal sekali!

Felly menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah senyuman lebar. Ia senang, karena tugas yang diberikan adalah tugas yang normal. Mereka hanya disuruh membuat karangan, tugas itu masih mampu ia kerjakan dengan baik.

"Karangannya bebas, kalian bisa membuat karangan fiksi maupun non-fiksi. Jumlah katanya juga demikian, kalian hanya perlu menuangkan imajinasi kalian dalam karangan ini," jelas Bu Mala. Ia melempar pandangan ke arah murid-muridnya.

GEVANGENIS (COLLAB GROUP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang