Mungkin ini adalah hari tersialku. Tadi aku baru saja memesan makanan di kantin, dan saat aku ingin menuju ke meja, dari arah berlawanan ada seseorang yang menubruku hingga makananku tumpah berserakan di lantai.
Ingin aku mengumpat dan menyumpah serapahi orang yang seenak jidatnya menubruku. Tapi aku tak bisa, karena orang itu adalah si berandal Haechan, anak dari donatur utama sekolah.
"Sial, kau tidak punya mata HAH? Jalan itu pakai mata!" Bentak Haechan padaku.
Apa dia bilang? Jalan pakai mata? Jelas-jelas jalan itu menggunakan kaki, dia itu bodoh apa bagaimana?
"Kenapa hanya diam? KAU TAK MAU MINTA MAAF?"
Sialan, kenapa dia harus berteriak? Ah, aku yakin kalau sekarang aku sudah menjadi pusat perhatian.
"Tapi kau yang menabrakku!" Ujarku dengan suara tinggi, berupaya membela diri dengan tatapan sengit yang aku layangkan padanya.
Tak ada jawaban, berandal itu memandangiku tajam dengan rahang mengeras, hingga tiba-tiba aku merasa tendangan di perut yang membuatku tersungkur kebelakang.
"Akh" Rintihku saat tubuh malangku terbentur keras kelantai.
"Kau berani?! Dari kelas mana kau hah?!" Berandal itu meneriaku lagi, bahkan dia menarik kerah seragamku hingga aku terpaksa bangun dan menghadap wajahnya yang sudah memerah karena amarah.
"Kau tuli? Jawab! Sebelum aku mengeluarkanmu dari sekolah ini!" Sudah aku duga, ancaman itu akan dia layangkan. Aku benci sekali saat dia menggunakan ancaman itu padaku yang hanya orang dari kalangan biasa.
"2-2" Jawabku dengan pandangan menghadap lantai karena aku sungguh muak menatap wajah berandalan itu.
"Cih, awas saja, aku tak akan melepaskanmu sialan!"
Brugh!
Tubuhku di hempas olehnya, sangat kasar dan tak berperasaan. Sedangkan si berandal itu pergi begitu saja. Aku pun mendengar bisikan dari orang-orang yang tengah mencemoohku.
"Lihat dia! Sok sekali ingin melawan Haechan! Yang ada dia malah terlihat seperti sampah!"
"Benar! Memangnya dia siapa berani pada Haechan? Harusnya sebelum bertindak dia bercermin dulu!"
Aku mengepalkan tanganku kuat, dalam hati aku terus menyumpah-serapahi berandal itu.
"Aku membencimu..." Lirihku sebelum beranjak membawa peralatan pembersih untuk membersihkan lantai kantin yang kotor karena makananku yang tumpah berserakan.
⋆⋆⋆⋆⋆
Hari sudah sore, sekarang aku tengah berjalan kerumah setelah tadi aku turun dari halte. Hari ini aku merasa begitu lelah, perutku begitu sakit karena sedari siang tak mendapat makanan dan ditambah tendangan yang kudapat dari si berandal.
Mengingat berandalan itu... aku sungguh membencinya hingga rasanya aku ingin menghancurkan wajah sombongnya dengan kuku ku... tapi sialnya aku tak bisa melakukan apapun. Huft, keadilan memang sudah di dapat bila kita berurusan dengan orang yang ber'uang.
Author pov
Renjun menyengitkan dahinya saat melihat pintu rumahnya terbuka lebar, tak biasanya sang ayah pulang di jam segini, biasanya pria paruh baya itu akan pulang sekitar jam 8 malam, tapi sekarang bahkan baru jam 4 sore dan Renjun pun baru pulang dari sekolahnya.
Entah kenapa firasatnya merasa bahwa ada hal buruk yang sedang terjadi. Renjun pun langsung buru-buru berlari menuju rumahnya untuk melihat keadaan sang ayah.
Renjun menerobos masuk kedalam rumah, ia dapat melihat ayahnya tengah bersimpuh dihadapan seorang pria bersetelan jas lengkap yang tengah duduk di kursi rumahnya dengan kaki yang menyilang angkuh.
Tak berfikir lagi, Renjun langsung menghampiri ayahnya lalu berupaya untuk membuat ayahnya bangkit. "Baba! Apa yang Baba lakukan?! Kenapa Baba duduk disini?" Tanya Renjun ikut merendahkan tubuhnya supaya ia bisa melihat lebih jelas keadaan si paruh baya. Pria yang dipanggilnya ayah itu tak menjawab, pria itu hanya bisa menunduk karena terlalu malu untuk menampakkan wajah yang tengah berlinang air mata pada anaknya. "Masuklah kedalam kamarmu nak." Memberanikan diri, pria paruh baya itu mendongak lalu mengelus pipi anaknya sambil tersenyum seolah ia berkata 'Baba baik-baik saja.'
Prok Prok Prok
"Drama yang sangat menakjubkan." Ujar pria berjas itu setelah sebelumnya ia bertepuk tangan, lalu beralih bangkit mendekati sepasang pria anak dan ayah yang tengah bersimpuh di hadapannya.
"Siapa pemuda ini Win? Apa dia anakmu?" Pria berjas itu berjongkok, berniat ingin mengelus kepala Renjun, namun tangannya segera ditepis oleh ayah pemuda itu.
"Jangan pernah kau berani menyentuh anakku dengan tangan penuh dosamu itu, Yuta." Ujar Winwin ; ayah Renjun, dengan penuh penekanan dan sirat oleh emosi. Bahkan mata monolidnya menatap nyalang pria berjas yang sedang menatapnya juga.
"Hah, kau masih sama seperti dulu.." Ujar Yuta kemudian bangkit dan berjalan mengetuk-ngetukan sepatu pantofel-nya pada lantai sembari mengelilingi tubuh Renjun dan Winwin.
"Aku tak punya pilihan lain..." Yuta berhenti di tempat semula ; menghadap Renjun dan Winwin. Kemudian merogoh sakunya, mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang. "Masuklah, bawa anak dari Sicheng -ku ke Mansion, aku akan membawa ayahnya. Awas, jangan sampai kau menyakitinya." Setelah berujar demikian, Yuta pun mematikan sambungan telepon dan menyimpan kembali ponselnya di saku.
"APA YANG KAU RENCANAKAN SIALAN! JANGAN PERNAH MEMBAWA-BAWA ANAKKU DALAM MASALAHMU!" Sentak Winwin mendongak pada Yuta dengan wajah memerah karena amarah.
"Tenang saja, aku tidak akan menyakiti anakmu... kalian hanya perlu berpisah sebentar... "
"APA MAKSUDMU?!"
Brak
Tiba-tiba segerombolan pria berbadan tinggi besar masuk dan langsung membungkuk hormat pada Yuta. "Tuan besar.."
"Bawa anak itu." Perintah Yuta.
Serentak para pria itu menjawab. "Yoi (baik)."
"Baba! Tolong! Lepaskan aku!" Renjun berontak saat tubuhnya dengan mudah di angkat oleh dua orang berbadan besar itu dari sisi kanan dan kiri.
"RENJUN!"
Brak
Pintu rumah Renjun langsung di tutup oleh pria yang diketahui bernama Yuta. Dan Renjun pun dimasukkan kedalam mobil yang setelahnya melaju entah membawanya kemana.
'Semoga Baba baik-baik saja..'
Bersambung...
Nyoba pake bahasa baku 🙏🏻.
Gue udah sekitar 3 bulan kena writer's block, jadi kalau agak aneh sorry ya, syukur-syukur kalo ada yang tertarik.
komen dam vote-nya ditunggu, nanti update part selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Superhero | Hyuckren
FanfictionRenjun merasa jika keluarganya tak mempunyai musuh, namun suatu hari rumah Renjun di datangi oleh orang yang kemudian menculik ayahnya dan membawa jauh sosok berharga itu entah kemana. Dibalik sosoknya yang terlihat santai menghadapi masalah besar...