02

321 52 3
                                    

Drugh

Drugh

Drugh

"HIKS BUKA PINTUNYA! AKU INGIN BERTEMU BABA!"

"SIAPA SAJA! Buka pintunya!"

Para bodyguard yang berdiri di depan pintu sebuah kamar. Hanya bisa terdiam saat mendengar teriakan juga pukulan-pukulan di pintu yang berasal dari pemuda, yang sebelumnya mereka bawa dari sebuah rumah atas perintah sang Tuan Besar.

Teriakan dan seruan meminta tolong itu mereka abaikan, karena tugas mereka hanyalah menjaga agar pemuda itu tidak kabur dari mansion. Meski merasa iba, mereka tak bisa melakukan apapun.
Karena jika salah satu dari mereka ketahuan melanggar, maka timah panas tidak akan segan menembus kepala mereka.

Keadaan manusia yang berada di dalam kamar pun terlihat memprihatinkan. Tubuhnya yang masih terbalut oleh seragam sekolah tampak lusuh karena di banjiri peluh. Wajahnya pun terlihat memerah dengan air mata yang terus terjun membasahi pipi.

"Baba.."

Panggil Renjun entah pada siapa. Tubuh yang sudah lelah itu ia sadarkan pada pintu yang sengaja dikunci. Di dalam hati, Renjun terus menyumpah serapahi pria bernama Yuta, yang tiba-tiba datang dalam hidupnya dan menculik sang Baba.

Perlu diketahui, bila sebelumnya Renjun sama sekali tidak pernah mendengar atau mengenal nama asing itu. Selama ini, ayahnya pun dikenal baik oleh orang sekitar. Perilaku sang ayah yang ramah dan sopan, membuat pria paruh baya itu banyak disukai orang-orang.

Tentu saja, saat kejadian beberapa waktu lalu terjadi, Renjun dibuat bingung. Karena setaunya sang ayah tak memiliki musuh atau orang yang tak disuka.

Namun sekarang, bahkan ayahnya sampai diculik oleh orang yang tak dikenal hingga Renjun yang ikut disekap tanpa alasan.

Meski Renjun tidak mengalami kekerasan fisik, namun tak menutup kemungkinan bila ayahnya yang entah berada dimana akan mengalami hal buruk mengingat bila perilaku Yuta sebelumnya terlihat kasar.

Renjun meremat rambutnya frustrasi, ia sungguh merasa gagal menjadi seorang anak yang tak dapat menjaga ayahnya. Renjun pun merutuki dirinya yang lemah dan tak bisa melawan orang-orang itu.

Jika saja Renjun kuat dan tidak lemah, mungkin ayahnya masih ada bersamanya sekarang.

Kini, setelah semuanya terjadi. Tak ada yang bisa Renjun lakukan. Selain menunggu orang-orang itu membukakan pintu, dan memberi celah untuk Renjun kabur dan mencari keberadaan sang ayah.



***



Harapan Renjun kemarin sepertinya terkabul. Karena tadi pagi, satu dari para bodyguard itu membangunkannya, dan menyuruh Renjun untuk bersiap-siap sekolah.

Renjun tentu tak mengira jika ditengah penyekapan ini ia masih diperbolehkan untuk bersekolah. Tapi Renjun bersyukur, karena setidaknya dia mempunyai peluang untuk kabur dan pergi dari rumah besar ini.

Selagi sarapan pun, Renjun terus diawasi oleh para pria itu dari berbagai sisi. Jujur saja, Renjun merasa jengah. Namun tak banyak yang bisa Renjun lakukan selain pasrah.

"Aku selesai." Ujar Renjun lalu berdiri dan menggendong tasnya.

"Cepat, aku akan mengantarmu." Ujar salah satu bodyguard.

Pemuda manis berseragam sekolah itu mengekori si bodyguard hingga keduanya duduk di dalam kursi mobil.

Selama perjalanan tak ada satu pun yang membuka suara, Renjun pun hanya menatapi jalanan yang ramai oleh kendaraan.

"Berhenti disini, aku akan berjalan menuju sekolah."

Tanpa bertanya, bodyguard itu menghentikan mobilnya yang berada sedikit jauh dengan area sekolah.

Saat Renjun akan keluar dari mobil, tiba-tiba Renjun merasa ada yang menahan tangannya. Renjun pun menoleh dan memasang tampang bingung.

"Ini bekal uangmu, dan nanti aku akan menjemputmu disini."

"Tidak uㅡ"

"Aku tidak menerima penolakan, itu perintah dari Tuan-ku.... Sana pergi, kau bisa terlambat."

"...."

Renjun kemudian turun dari mobil mewah itu dan berjalan menuju sekolah dengan  si bodyguard yang senantiasa mengawasinya.




***



Waktu pulang sekolah yang ditunggu-tunggu oleh Renjun akhirnya tiba. Pemuda manis yang memiliki tubuh pendek itu tampak tenggelam dilautan para murid yang berbondong-bondong keluar dari area sekolah. Tinggi badannya yang selama ini kerap menjadi ejekan, sekarang malah berguna karena Renjun bisa lebih mudah untuk kabur dari bodyguard yang Renjun pastikan sedang menunggunya sekarang. Renjun juga berniat pergi ke halte karena ingin pulang kerumahnya.

"Kutu buku!"

Renjun seharusnya tidak menoleh, tapi entah kenapa tubuhnya malah berbalik, membuat dia berhadapan langsung dengan orang yang beberapa waktu lalu pernah berseteru dengannya.

"Hai! Kau masih mengingatku?" Tanya orang itu sambil tersenyum. Dalam hati Renjun mendumal, 'Cih! Sudah mempermalukanku di depan umum sekarang malah menyapaku seperti orang gila!'

"Tentu, aku mengingatmu 'berandal'... " dalam hati Renjun menambahkan.

"Senang bertemu denganmu." Ujar Haechan masih mempertahankan senyumannya.

Tiba-tiba Renjun berkata. "Sepertinya akan ada bencana."

"Bencana?"

"Karena aku bertemu denganmu." Mendengar jawaban Renjun, Haechan terkekeh. Namun tak lama, pemuda berkulit tan itu tiba-tiba memasang ekspresi serius.

"Aku.. Aku ingin meminta maaf atas perilaku-ku dikantin kemarin. Saat itu.. emosiku sedang tidak terkontrol." Ungkap Haechan dengan suara yang lebih lembut, menandakan jika ia benar-benar menyesal.

'Apa dia sedang sakit?'

"Apa dengan maafmu itu caci maki yang di layangkan orang-orang kemarin akan berhenti?" Bagus Renjun, teruslah buat Haechan semakin terpojok.

"Tapi.. Aku tidak bermaksud untuㅡ"

"Apa dengan maafmu itu sakit diperutku akan hilang?"

"Apa? Apa perutmu sakit karena tendanganku kemarin?"

Mendengar pertanyaan yang di lontarkan Haechan, Renjun membuat mimik wajah seolah tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Sialan! Apa kau waras?! Kau menendangku dengan keras dan sekarang kau malah bertanya perutku sakit atau tidak?!" Sungguh! Mendengar pertanyaan bodoh dari berandalan itu membuat emosi Renjun seketika memuncak.

"Wow, santai-santai aku hanya bertanya." Haechan cukup terkejut saat pemuda pendek, ekhem, maksudnya Renjun meneriakinya.

Renjun kemudian mendengus dan kembali bertanya. "Ada lagi yang ingin kau bicarakan? Aku harus pergi."

"Bisakah kau ikut bersamaku, Renjun?"


Bersambung...




Ternyata masih ada yang mau baca cerita dari lapak butut ini. Doa-in ya, semoga gue bisa namatin cerita ini tanpa ada drama unpub-unpub lagi 🙏🏻

komen dam vote-nya ditunggu, nanti update part selanjutnya.

Superhero | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang