7 :: sieben

247 43 44
                                    

Demi sempak kuntilanak, Randu pingin melahap hidup-hidup sosok Sabda sekarang juga. Selalu berada di dekat cowok itu tak lantas membuat Randu mengerti bagaimana seorang Sabda itu sebenarnya. Setelah kejadian di ruang ganti tempo hari, cowok itu bersikap biasa saja. Seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka.

Sabda masih sering merecokinya. Interaksi mereka masih sama seperti biasanya. Apakah cuma Randu di sini yang memikirkan kejadian lalu sampai tidak bisa tidur semalaman? Sepertinya memang iya. Ah tau lah, Randu tidak mau pusing memikirkannya. Selama mereka masih baik-baik saja, semua itu tidaklah penting bukan?

Semenjak kabar bahwa Sabda sempat terjatuh di lapangan tersebar beberapa hari belakangan, kiriman hadiah tidak berhenti Sabda dapatkan dari penggemarnya. Seperti sekarang saja, sudah banyak cokelat berpita yang berada di depan meja Sabda.

"Ka, lo mau cokelat nggak?"

Raka sempat menatap horror sejenak. "Ngapain lo ngasih gue cokelat? Jangan bilang lo udah belok, cok? Yaampun Sabda, tobat lo! Kasian mamak di rum—"

Kalimatnya tidak terselesaikan sebab Sabda sudah melempari cowok itu dengan buku hingga Raka mengumpat tidak terima. Cowok itu masih misuh-misuh tetapi tetap mengambil cokelat di meja Sabda.

"Ngapa nggak lo makan?"

"Gue nggak suka makanan manis."

"Kasih ke cewek lo 'kan bisa. Randu suka banget tuh yang manis-manis."

Randu yang duduk tepat di depan cowok itu diam-diam menguping.

"Nggak bisa." jawabnya. "Kalo buat dia, harus khusus dari gue sendiri."

Tiba-tiba saja, irama jantung Randu berdetak tidak beraturan. Bahaya, ini nggak bisa dibiarkan! Randu membalikkan badan seketika, menatap langsung seorang Sabda yang masih diam di posisinya.

"Are you actually flirting with me, Sabda Gilian Dirgantara?"

Sabda tersenyum miring dan itu sangat menyebalkan di matanya.

"The answer depends on you." katanya. "If you believe it's yes, then it is, and vice versa."

Randu kembali menghadap depan dengan emosi yang bersarang di dadanya. Tidak peduli pada kehebohan Raka yang semakin gencar menggoda hingga menyuruh mereka segera melangsungkan pernikahan di kebun binatang.

(╯▽╰ )

Karena rasa khawatirnya yang mungkin berlebihan untuk diberikan kepada seorang Sabda si monyet kampret, Randu sampai melupakan ajakan Satra tempo lalu. Kalau dihitung, ini mungkin sudah lebih dari dua minggu sejak ia mengabaikan cowok itu. Saking penuhnya pikirannya akan Sabda, Randu seakan tidak mengingat keberadaan Satra sama sekali. Luar biasa memang pelet cowok kampret satu itu.

"Maaf ya, kita baru bisa nonton sekarang." ujarnya pada Satra yang tengah mengantri memesan tiket di sebelahnya.

Ya, malam ini Randu dan Satra tengah berada di bioskop. Entah ini bisa disebut nge-date atau bukan, yang penting Randu bisa sedikit refreshing dari kegilaannya memikirkan tingkah Sabda yang makin menjadi-jadi.

Belakangan ini, entah kenapa Randu merasa Sabda makin sering menggoda dirinya. Yah, Randu juga tidak mengelak sih kalau dia menikmati waktu-waktu berdua bersama cowok itu. Yang ia khawatirkan hanya hatinya yang tidak bisa diajak kompromi. Selalu berdetak tidak wajar ketika berada di dekat Sabda.

Satra hanya tersenyum simpul sebagai jawaban. Mereka masih menunggu pesanan popcorn siap ketika ponsel Randu tidak berhenti berdenting. Sedari tadi Raka tidak berhenti mengirimkannya spam chat yang menanyakan dirinya ada di mana. Padahal Randu tidak memiliki janji atau urusan mendesak apapun dengan cowok itu. Tetapi karena sudah terlanjur kesal, akhirnya Randu share loc saja biar cepat. Randu tidak peduli pada apapun yang akan cowok itu perbuat.

Poison & Wine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang