5 :: fünf

214 40 19
                                    

Seperti yang teman-temannya bilang, agaknya Randu dan Sabda benar-benar Dora dan Boots di dunia nyata. Mereka hampir selalu terlihat bersama setiap hari. Bahkan, Sabda sengaja mengatur jadwal latihan basketnya agar bersamaan dengan jadwal ekskul Marching Band.

Sebagai atlet bergelar MVP yang baru saja naik pangkat jadi kapten tim basket yang baru, perbuatan Sabda ini termasuk semena-mena nggak sih? Tapi nggak papa deng, Randu jadi punya partner yang mau-mau saja ia babuin tiap hari.

Menjelang perlombaan, ekskul Marching Band latihannya bisa sampai tembus dini hari. Sabda yang memang mengatur jadwal sedemikian rupa jadi terus menemaninya bahkan seringkali mengantarnya pulang. Sebenarnya jadwal latihan Sabda yang wajib hanya tiga kali dalam seminggu, sisanya diisi sparring saja untuk menjaga keatletisan tubuh agar tidak kaku.

Tak hanya mengantarnya pulang, Sabda seringkali membawakan jajanan untuknya. Bukan untuk Randu saja sih, tapi untuk anggota tim basketnya. Namun Randu merasa dispesialkan karena jajanan yang Sabda pilihkan untuknya adalah yang jajanan dia suka. Kalau untuk yang lain, Sabda memilih asal saja yang penting semuanya kebagian.

Untuk beberapa hal itulah Randu jadi merasa jika bersama Sabda tidak seburuk itu. Walau pada kenyataannya, Randu juga makin sering mendapat tatap penuh permusuhan dari orang lain yang mungkin tidak suka melihatnya terus berada di dekat Sabda. Randu bahkan tidak kenal orang-orang itu, namun mereka terus menatapnya dengan sinis.

Seperti sekarang saja, Randu sudah mendapat bisikan-bisikan bernada julid yang tentu saja ditujukan padanya. Secara dia sedang dihukum berdiri di depan kelas lain—yang kampretnya adalah kelas Satra—masih bersama dengan Sabda tentu saja.

Meski mereka sering berbuat nakal dengan sengaja, untuk beberapa hal memang tidak direncanakan, tapi selalu berakhir dihukum berdua. Randu lupa tidak membawa buku tugasnya, sedangkan Sabda menyusul dengan alasan yang sama.

Berakhirlah mereka di sini, dipajang di depan kelas lain sembari mengerjakan tugas yang sebenarnya sudah selesai mereka kerjakan semalam. Hanya saja apes tidak membawanya ke sekolah hari ini.

Baru saja guru yang mengajar ijin keluar kelas, cowok-cowok yang Randu kenali sebagai anggota tim basket Sabda sudah memberikan dua kursi kosong, mempersilahkan Sabda dan Randu duduk di sana dengan nyaman. Memang ya, di mana-mana orang penting tuh selalu dispesialkan.

Cowok-cowok itu lalu mengerubungi mereka berdua. Lebih tepatnya mengajak ngobrol Sabda saja, Randu sih tidak masalah. Ia lanjut mengingat jawabannya semalam dan menuliskannya dalam buku.

"Eh lo pada tau gak sih yang sempet heboh kemarenan?"

Randu menguping pembicaraan gerombolan siswa di belakangnya. Salah sendiri ghibah pakai suara lantang, yang siapa pun bisa dengar.

"Iya, soal ceweknya Sabda yang waktu itu dilabrak kakak kelas. Serem njir adeknya cepu ke kakaknya, terus mereka dateng ngeroyok bareng."

Randu menelan ludah, mereka sedang membicarakan dirinya. Ya, sebutan 'ceweknya Sabda' itu sudah melekat di diri Randu sejak lama. Ia bahkan hampir terbiasa mendengarnya, walau pada kenyataannya itu semua tidak benar. Yang tidak Randu duga salah satunya langsung bertanya blak-blakan padanya.

"Lo nggak papa Ran abis dilabrak Mey sama antek-anteknya itu?"

"H-hah maksud lo apa?" Randu pura-pura tidak mengerti sebab malu coy. Kala itu ia baru keluar dari bilik toilet ketika tiba-tiba Mey dan antek-anteknya memojokkannya. Melempar kalimat-kalimat menyakitkan yang membuat Randu agak sedikit kaget.

Jadilah Randu cuma bisa mengkeret seperti bayi kecebong di pojokan waktu itu. Untunglah ada guru yang kebetulan lewat dan Randu memanfaatkan momen itu untuk kabur. Ia belum menceritakan soal ini pada Sabda, walau faktanya cowok itulah yang jadi permasalahannya.

Poison & Wine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang