" Apakah tuan muda ingin saya menambahkan tehnya?"
Renjun tersadar dari lamunannya. Wajah menawan yang sebelumnya menghadap taman bunga kastil itu kini menoleh singkat ke sang pelayan yang yang baru saja berbicara.
" Singkirkan semuanya dan segera bawakan dokumen yang Count Lee ajukan." Perintah Renjun yang segera di laksanakan oleh para pelayannya.
" Dimana Viscount? Segera panggil dia menghadapku." Perintahnya lebih lanjut. Namun belum sempat sang pelayan bergegas melakukan perintahnya, pintu besar ruangan pribadinya terbuka menampilkan seorang pemuda berkulit tan, kini dengan langkah panjang bergegas menghampirinya. Raut wajahnya yang risau membuat ketenangan Renjun terusik.
" Renjun."
" Darimana saja kau Lee Haechan? Bukankah kau ingin mendiskusikan perjanjian bisnis yang di ajukan Count Lee bersamaku?" Renjun balas menegur membuat Haechan serta merta tersadar lalu membungkuk sekilas kepadanya sembari meminta maaf.
" Maaf. Tapi ada hal mendesak yang menahanku di ruangan Marquess."
Renjun menatap sekelilingnya dan memerintahkan pelayannya tanpa suara untuk segera keluar dari ruangannya.
Setelah kepergian para pelayan.
" Apalagi sekarang? Kenapa wajahmu cemas begitu?" Tanya Renjun sembari bersidekap dada.
Haechan mengacak rambutnya frustasi, menatap Renjun dengan tatapan serius.
" Kau tidak akan mempercayai ini. Marquess Huang baru saja menerima surat dari Grand Duke Na-"
" Lalu kenapa aku harus tak mempercayainya?" Potong Renjun membuat Haechan mendesah kesal.
" Grand duke Na mengirim surat pemberitahuan untuk melamarmu, Renjun. Kau dengar? ME-LA-MAR-MU!"
Renjun mengangkat wajahnya, menatap Haechan dengan wajah sangsi. " Berhentilah membuat lelucon konyol, Lee."
Haechan menatapnya frustasi. " Hey. Bagaimana mungkin aku bisa bergurau denganmu sekarang? Kau harus bersiap, Marquess Huang memanggilmu keruangannya."
Renjun mengernyitkan wajahnya. Sikapnya tak lagi setenang sebelumnya. " Kau bilang Grand Duke Na mengirim surat lamaran untukku?"
" Ya. Kau mendengarnya dengan amat jelas, Tuan Muda Huang. Grand Duke Na Jaemin, pedang berdarah kerajaan itu menginginkanmu sebagai pendampingnya." Haechan menumpukan tubuhnya ke meja besar tempat dimana Renjun duduk dengan gelisah.
" Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tanya Haechan kala Renjun masih tak bergerak di posisinya. Pemuda yang akan menjadi Marquess selanjutnya itu tampak menggeram pelan sebelum bangkit dari kursi kebesarannya.
" Aku akan menemui ayahku." Ujarnya sembari berlalu melewati Haechan yang kini melangkah mengikutinya.
*
*
*" Renjun. Kemarilah." Marquess Huang, ayah Renjun mendongak lalu memerintahnya untuk melangkah mendekat.
Tanpa mengatakan apapun, Renjun berjalan bergegas menghampiri sang ayah yang duduk di balik meja kerjanya.
" Kamu sudah mendengarnya dari Viscount Lee. Ayah menerima surat dari Grand Duke Na untuk meminangmu nak." Ujar sang ayah berusaha tenang. Ia mengangsurkan surat itu ke Renjun yang tak langsung di terima oleh sang anak tunggal.