4

1.7K 314 11
                                    


" Hey hey. Bagaimana mungkin bintang utama meninggalkan pestanya begitu saja."

Renjun yang hendak melangkah memasuki kamarnya menoleh, mendapati Haechan yang kini bersidekap dada menatapnya.

" Dan kemana suamimu? Kenapa dia diam-diam meninggalkan pesta?" Tanyanya lagi membuat Renjun menatap kedua pelayan yang tadinya membukakan pintu untuknya. Kedua pelayan itu mengerti apa yang Renjun inginkan hingga mereka buru-buru meninggalkan keduanya.


" Ku fikir kau sudah kembali ke kediamanmu." Ujar Renjun sembari membelokkan langkahnya menuju ke ruangan kerjanya yang di ikuti oleh Haechan.


" Aku tidak akan pergi sebelum berpamitan padamu." Jawab Haechan. " Sekarang, apa yang terjadi?"


Renjun tak langsung menjawab membuat Haechan merengut.


" Apa kau di tinggal grand duke setelah pernikahanmu? Apakah Grand Duke Na yang terkenal kejam itu bahkan tak tahan dengan mulut tajammu bahkan di hari pertamanya?" Tanyanya lagi sembari menghempaskan dirinya ke sofa empuk ruangan kerja sang sahabat. Renjun menyusul duduk di hadapannya.


" Waduk wilayah selatan Promian telah di rusak. Banjir bandang menghancurkan beberapa desa. Duke kesana untuk mengontrol keadaan." Jawab Renjun yang membuat Haechan yang semulanya hendak menggoda Renjun menjadi terkejut.

" Bagaimana bisa terjadi?"


Renjun mengangkat bahunya. " Belum ada kabar apapun. Duke kesana untuk menyelidikinya."


" Wahh. Bagaimana bisa itu terjadi di hari pernikahan kalian?? Tapi tidak heran. Grand Duke mempunyai musuh dimana-mana. Bukankah ini kesempatan bagus untuk menyerang Duke? Di saat ia lengah?"

" Entahlah, Lee. Sebaiknya kau pulang karna aku juga ingin segera beristirahat." Ujar Renjun membuat Haechan berdecih.


" Dan sekarang kau mengusirku juga?"


" Ya. Enyahlah."


Tok tok!

Keduanya serentak menoleh ke arah pintu.

" Siapa?"

" Saya Tuan Muda. Bisakah saya masuk?"

" Baiklah."


Lalu setelahnya sang kepala pelayan datang menghadap.

" Tuan Muda. Putra Mahkota telah datang untuk menemui anda dan juga Grand Duke." Beritahunya. Haechan dan Renjun saling tatap sesaat sebelum Renjun mengangguk.

" Baiklah. Saya akan segera kesana."

*
*
*


" Bagaimana pernikahan saudaramu, Jeno?" Tanya sang Raja ketika Putra Mahkota menghadapnya pagi-pagi sekali.

Putra Mahkota, Lee Jeno membungkuk sekilas kepada sang Raja.


" Saya mendengar pernikahan mereka berjalan lancar, Yang Mulia. Namun,"


" Namun?" Raja mengernyitkan dahinya.

" Namun Jaemin harus meninggalkan pesta ketika mendengar wilayah selatan Promian di hadang banjir bandang, Ayahanda." Jelas Jeno membuat sang Raja terkejut.

" Aku baru mendengarnya. Bagaimana bisa kau tidak segera memberitahu ayah, Jeno?"

Jeno kembali membungkuk.

" Saya kembali sudah sangat larut, Ayah. Maka dari itu pagi-pagi sekali saya menghadap ayahanda dan memberitahukannya." Jawab Jeno.


Sang Raja mengangguk mengerti. Lalu ucapnya. " Persiapkan pasukan, dan pimpinlah sendiri pasukan kita untuk membantu Jaemin di selatan."


" Baik, Ayahanda."


*
*
*


" Hari ini juga?" Haechan melongok sana sini membuat Renjun mendengus jengah.

" Apa kerusakan wilayah selatan memang separah itu? Ini sudah lima hari semenjak pernikahanmu dan Duke belum juga kembali." Haechan menatap sang sahabat iba yang di balas tatapan malas oleh si pemuda.

" Pengawalnya baru saja pergi setelah menyampaikan kabar tentang duke. Kau tidak perlu seheboh itu." Ujar Renjun sembari menyesap tehnya.


" Apa yang terjadi dengan selatan?" Tanya Haechan penasaran.

" Seperti yang kau dengar. Kerusakan parah dan juga kerugian yang besar. Duke dan juga Putra Mahkota membantu rakyat membangun kembali desanya sekaligus memperbaiki kerusakan waduk."


" Apakah pelakunya sudah tertangkap?" Tanya Haechan lagi. Renjun menggeleng.

" Tidak ada jejak sama sekali."

Haechan mengusak rambutnya pelan, memperhatikan Renjun yang masih menyesap tehnya dengan santai.

" Kau sama sekali tidak mengkhawatirkan suamimu?" Tanya Haechan dengan kening berkerut. Renjun menaruh cangkir tehnya lalu menatap Haechan dengan alis terangkat.

" Bukankah aneh jika aku khawatir?" Renjun balas bertanya.

Haechan seketika tersadar. Ia memahami perasaan sang sahabat. Meskipun tampak menurut, sejujurnya Renjun masih belum menerima pernikahannya.


" Jadi kau senang suamimu tak pulang?"


Renjun mendengus. " Jika kau ingin merusak mood minum teh soreku, sebaiknya kau pulang saja, Lee." Ujarnya.


" Bukankah akhir-akhir ini kau begitu sering mengusirku?" Haechan memprotes keras. Renjun membalasnya dengan tatapan sengit.


" Itu karna kau dan mulut sialanmu itu terus saja mengusik ketenanganku, Viscount Lee yang terhormat." Sentaknya.


" Baik! Bukankah seharusnya kita menyelesaikan ini dengan pertarungan pedang?!" Tantang Haechan.

" Hey sialan. Hentikan omong kosongmu itu. Kau tau jika aku tidak bisa berpedang." Balas Renjun dengan tatapan datar. Namun Haechan tak hendak mengalah.

" Bukankah suatu kerugian jika penerus Marquess Huang tidak bisa melakukan apapun selain melukis lukisan sentimentil?" Haechan kembali menyulut api.

" Kau mengajakku bertengkar sekarang?" Tanya Renjun jengah yang di balas tawa Haechan.


" Astaga. Sudah lama sekali rasanya tak berdebat denganmu. Rasanya masih menyenangkan." Ujar Haechan masih dengan tawanya.

" Jika kau lupa, kemarin lusa kau juga mengajakku berdebat. Kau lupa apa yang terjadi dengan dahimu?"

Wajah Haechan langsung berubah masam. Sang Viscount menyentuh dahinya yang masih di perban akibat lemparan lencana emas keluarga Grand Duke yang mengenai dahinya hingga terluka.

" Bukankah sebaiknya kau memperbaiki sifat temperamentalmu terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Grand Duke? Bukan apa-apa Renjun. Tapi aku khawatir jika suamimu itu lebih memilih ikut berperang seumur hidupnya daripada harus bertemu setiap hari dengan istri menyebalkan seperti-- Ahh. Iya iya. Aku mengerti. Sekarang turunkan dulu lencana emasmu itu. Aku akan segera tutup mulut. Aku berjanji!"


Renjun mendengus lalu setelahnya melemparkan asal lencana emas keluarga Na yang mulai saat ini harus di pakainya menggantikan lencana perak keluarga Marquess Huang.

Melihat Renjun sudah menjauhkan lencana emasnya, Haechan mendesah lega. Ia tak hendak berurusan lagi dengan lencana berpinggiran tajam itu.

Tbc..

Grand duke Na | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang