" Apakah aku harus menemanimu juga sekarang?" Sarkas Haechan kala kepala pelayan keluarga Huang membebat tangan mungil si Tuan Muda dengan perban akibat terkena pecahan kaca. Namun Renjun tak membalas, pemuda yang baru menginjak umur 20tahun itu hanya melamun tanpa mengindahkan keributan di sekitarnya.
" Segera bersihkan kamar lain untuk tuan muda Renjun tidur malam ini." Perintah Haechan yang di angguki kepala pelayan yang telah menyelesaikan pekerjaannya itu.
" Baik, Viscount." Jawab si kepala pelayan sembari berdiri. Memanggil beberapa pelayan yang tengah membereskan kekacauan yang terjadi di kamar tidur sang tuan muda, memberikan beberapa intruksi membuat mereka bergegas melaksanakan perintah sang kepala pelayan.
" Apakah kau lega sekarang?" Tanya Haechan sembari bersidekap dada. Namun lagi lagi Renjun mengacuhkannya membuat sang Viscount muda berdecak.
" Kau hanya akan menghambat pelayanmu untuk membereskan semua ini, Renjun. Sebaiknya kita bicara di ruangan kerjamu." Meskipun masih tak di indahkan, Haechan segera menyeret sang teman untuk keluar dari kamarnya yang sudah seperti kapal pecah itu. Bahkan angin malam terasa lebih dingin karna beberapa kaca jendela utama kamar itu ikut berguguran, entah di lempar oleh apa oleh sang pemilik.
Haechan mendudukan Renjun di kursi kebesarannya, membiarkan sang teman kembali dengan renungannya tanpa berniat untuk kembali mengajaknya bicara.
Setelah sekian lama Haechan hanya menatap si pemuda Huang, akhirnya pemuda itu memutuskan untuk meninggalkan Renjun sendirian dan berniat untuk pulang ke kediamannya. Namun belum beberapa langkah, teguran dari suara halus nan tajam di belakangnya membuat Haechan menghentikan langkahnya.
" Mau kemana kau, Lee? Bukankah masih banyak hal yang harus kita bahas?"
Haechan membalikkan badan lalu mendengus, balas menatap Renjun yang tengah menatapnya dengan alis terangkat.
" Sudah sadar rupanya." Sarkas Haechan.
Tanpa mempedulikan wajah kesal Haechan, Renjun menarik salah satu dokumen yang ada di atas meja kerjanya. " Tunggu apalagi? Kemari kau. Kita harus segera memberikan stempel untukbsurat perjanjiannya dan menyerahkannya kepada Count Lee keesokan harinya."
Haechan akhirnya kembali menghampiri Renjun dengan langkah gontai.
" Bacalah." Renjun menyodorkan dokumen yang berada di depannya ke Haechan. Tanpa mengatakan apapun Haechan menerimanya, lalu sang Viscount muda melangkah menjauh untuk duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerja Renjun itu. Sang pemilik ruangan itu akhirnya memilih untuk ikut bergabung di sofa, menunggu Haechan menyelesaikan bacaannya.
Sesaat kemudian keduanya tenggelam dalam diskusi panjang, melupakan sejenak masalah serius yang sedang di hadapi si pemuda Huang.
*
*
*" Apa ini? Aku akan mengenakan pakaian yang lebih santai. Bawakan pakaian lain untukku." Ujar Renjun kala melihat seragam resmi keluarganya dengan jahitan rumit dan batu permata yang menghiasinya.
" Maafkan kami, Tuan Muda. Tapi pakaian ini di pilih langsung oleh Lady Huang untuk menyambut kedatangan Grand Duke Na."
Renjun yang sibuk memperhatikan wajah kurang tidurnya di cermin seketika tersentak kaget.
" Apa maksud kalian dengan Grand Duke Na akan berkunjung?!" Serunya. Ketiga pelayan itu ikut tersentak kaget lalu menatapnya takut-takut.