Pintu kereta itu terbuka dan pemandangan ribuan prajurit berseragam lengkap menyambut mereka dengan membentuk formasi hingga ke pintu utama istana. Kening Jaemin berkerut melihat pemandangan yang ada di depannya. Sang Grand Duke menoleh ke arah Renjun yang wajahnya juga ikut berubah melihat pemandangan yang ada di depannya.
" Apa yang terjadi?" Tanya Renjun. Pasalnya tak pernah ada pemandangan seperti ini selama beberapa kali ia mengunjungi istana.
" Entahlah. Aku juga tidak mengetahuinya. " Jawabnya lalu setelahnya sang Grand Duke turun dari kereta lalu membantu Renjun untuk ikut turun dengan memegangi tangannya.
" Selamat datang, Panglima!!!" Seruan itu bergema hingga ke langit membuat Jaemin sejenak spontan menutup matanya kesal, merasa sambutan itu terlalu berlebihan untuknya.
" Apa yang kalian lakukan? Ada apa ini Duke Choi?" Jaemin menoleh ke Duke Choi yang berdiri tegap memimpin para prajurit kerajaan itu. Duke Choi yang semula bersikap hormat itu menoleh, lalu dengan langkah kecil ia bergerak menghadap Jaemin dan seorang perwira bertubuh tinggi lainnya ikut mendekat.
" Ini semua penghormatan dari kami untuk anda, Yang Mulia." Ujar Duke Choi sembari tersenyum. " Pihak istana juga sudah mengizinkan."
" Selamat untuk pernikahan anda, Panglima!" Sang Perwira yang seragamnya di penuhi bintang kehormatan itu ikut berbicara. Jaemin menoleh ke arahnya.
" Kau terlihat senang kapten Park?" Ujar Jaemin menyindir. Sang kapten yang semulanya menyengir lebar itu langsung berubah wajahnya.
" Sejujurnya saya tidak senang, Panglima. Kehilangan besar tengah melanda pasukan perang Azzura. Kami kehilangan pemimpin yang sangat kharismatik dan juga gagah berani. Tapi apa boleh buat, Yang Mulia Raja ingin anda berbahagia dengan pernikahan anda tanpa perlu khawatir dengan panggilan perang. Tentu saja kami tak hendak mengusik keputusan Raja. Lagipula Mansion saya berada di Promian, akan menyenangkan jika sepulang dari medan perang saya berkunjung ke istana anda, Yang Mulia." Senyuman sang kapten muda kembali. Jaemin juga mengetahui keinginan sang Raja tersebut di balik keputusannya menarik jabatan Jaemin dari Panglima perang kerajaan dari koran yang tadi pagi sempat ia baca.
" Kau bisa datang kapanpun ke istana Promian, Park Jisung." Ujarnya lalu menoleh ke Renjun yang sedari tadi berdiam diri.
" Ayo. Yang Mulia Raja telah menunggu." Ujarnya. Renjun yang sedari tadi berdiam diri disampingnya pun mengangguk. Lalu keduanya melangkah bergandengan tangan di atas karpet merah yang membentang sepanjang jalan yang di kawal ribuan prajurit kerajaan Azzura.
" Selamat untuk pernikahan anda, Panglima!!!"
" Terimakasih untuk dedikasi anda, Panglima!!!"
Ada yang tak Renjun ketahui, meskipun kadang rakyat tak tahu diri akan jasa yang telah sang Grand Duke berikan kepada negara, tapi para prajurit Azzura amat menghormati Panglima muda mereka. Rakyat enggan mengelukan sang pahlawan karna hanya tertarik dengan gosip kejam yang selalu menyertainya, namun prajurit Azzura teramat memuja Grand Duke Na yang selalu ada bersama mereka di medan perang, membawa kejayaan kemanapun pedangnya terayun.
Sorakan sorakan tersebut mengiringi langkah Jaemin dan Renjun menuju pintu utama istana. Seluruh prajurit tak henti mengelukan sang mantan panglima perang termasyur kerajaan Azzura tersebut.
Sorak sorai itu berhenti terdengar kala pintu besar itu tertutup di belakang punggung Jaemin dan Renjun setelah memasuki ruangan utama istana.