DUA

65 37 46
                                    

PROLOG

Cuaca siang begitu terik hari ini bersama sapuan panorama hiruk piruk jalan raya yang penuh dengan kendaraan, untuk menandakan waktu jam makan siang tiba. Sebagian masyarakat adakalanya memilih untuk merasakan hidangan di luar kantin, menjadi akibat dari ketentraman hiruk sebagaimana menguasai tanah kota besar.

Polusi di mana-mana sudah berteman sejak lama atas itu semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Polusi di mana-mana sudah berteman sejak lama atas itu semua. Semakin menyenangkan akan deru klakson kendaraan di mana-mana, saling memasang ego untuk bertaruh di jalanan.

Menyenangkan memang untuk sebagian orang seperti Jael sambil meratapi kudapan di hadapannya. Begitu lahap dia menyuap serta mengunyah makan siangnya hari ini, di warung pecel Bu Widya tepatnya di belakang gedung kampus. Suasana di ruang petakkan kecil cukup penuh akan sebagian murid atau pekerja berbondong-bondong ingin menuntaskan kekosongan perut. Tempatnya semacam ruko akan sisi jalanan kecil.

Maka, tampilannya kini beberapa orang berjubelan untuk mencari bangku. Adapula memesan makanan. Kesibukan itu tak hanya terjadi pada pelanggan Bu Widya, melainkan jauh lebih sibuk pegawai warung pecel tersebut. Mereka berlalu-lara, mempersiapkan semua pesanan para pelanggan mereka.

Jael sendiri, di tempat duduknya, paling pojok itu, begitu beruntung untuk bisa mendapatkan tempat di warung pecel Bu Widya. Tidak sia-sia dia datang lebih awal hari ini untuk menjemput Adrianna. Berhubung, perempuan itu belum selesai sama kelasnya, Jael bisa memanfaatkan momen untuk bersantai ria di warung Bu Widya hingga waktu makan siang tiba.

Mumpung dia sudah kelar sama kerjaannya juga. Ya, memang mau ke mana lagi? Toh, sejak pagi tadi, Adrianna sudah berpesan untuk menjemputnya sewaktu kelas Visual Narrative selesai.

Hari ini Adrianna memiliki dua mata kuliah, empat sks. Dan sekarang, dia sudah berada di mata kuliah keduanya. Itu yang Jael simpulkan dari jam makan. Sedangkan kerjaan Jael tadi sudah kelar dari jam sepuluh. Dia hanya ikut rapat sebentar untuk memantau timnya membuat rekame unit mereka masing-masing.

Jadi .. Jael tinggal menunggu setengah jam lagi buat Adrianne selesai kelas.

Segelas es jeruk Jael tegukkan tanpa henti. Kata Adrianna, Jael itu kayak kuli kalau sudah makan dan minum. Untuk dua itu, Jael menjadi kalap. Namun Jael masa bodoh. Selama kedua hal itu mengenyangkan buat perutnya, lalu apa masalahnya? Jael pun seketika sendawa berselang keributan kecil mampir ke telinganya. Dia melirik sejenak ke arah sumber kebisingan itu.

Sekelompok perempuan dengan pakaian eye-catching-nya itu sedang heboh, memperebutkan tempat duduk yang tersisa dua. Ada dua perempuan tengah ribut bersama beberapa pria di sana. Mereka sedang memperjuangkan bangku di sana sementara salah satu pria di tempat itu juga, tak mau mengalah.

Seputih Kapas yang MengabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang