ENAM

60 26 21
                                    

Langit Tepian Serbuan Penjarah

Di kepalanya sejak awal, sudah ada daftar kegiatan yang akan dia lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di kepalanya sejak awal, sudah ada daftar kegiatan yang akan dia lakukan. Tentunya hal itu sangat menyenangkan. Sesederhana duduk santai sambil menonton acara panggung dari digital tvnya, sudah cukup menjadi bagian dari kegiatan akan dia laksanakan sebelum jalan bersama Eila, pacarnya. Dan dari seluruh ekspektasinya itu, dia justru berada di luar ekspektasinya.

Sama halnya bersantai. Bedanya, dia bukan duduk untuk menonton. Melainkan duduk di sebuah kabin kecil dengan pemandangan hanya langit saja.

Pemandangan ini sebetulnya akan menyalakan bingar semangat untuk berkunjung ke suatu tempat. Ia bisa menyusun apapun saja untuk mengukir pengalaman tak terlupakan. Namun sepertinya, semesta salah sangka akan keinginannya sekarang. Kegiatan melamunnya kini hal mana untuk memikirkan bagaimana nasib adiknya, Adrianna.

Sial! Ada aja masalah! Jael melampiaskan kekesalannya sendirian di tempatnya. Menghadapi banyak asumsi yang berunjung tak ada jera, mengakibatkan kepalanya berat. Ia mengusap beberapa kali mukanya untuk meringankan itu. Hembusan napas beratnya, membawa dayang-dayang untuk menyenderkan kepalanya ke badan kursi.

Namun, matanya terlalu pekat untuk terpejam. Bayangan Adrianna dan Gya begitu menghantuinya. Keduanya itu adalah benang kusut untuk seharusnya bisa diurai, malah kian mengusut di kepala Jael.

Setelah cukup panjang bayangan itu hadir, suara getaran ponsel di kantong, memindahkan pusat perhatian Jael. Dia buru-buru mengangkat telepon tanpa melihat layar. Pikirannya sekarang hanya untuk sebuah informasi soal Adrianna. Dia sudah menghubungi Kintan dan Maysea. Mulai dari jawaban mereka lah, kepala Jael semakin uring.

Dia sempat salah masuk gate karena terlalu sibuk menelaah kebingungan Kintan serta Maysea. Mereka juga tidak mendapati Adrianna dari pagi di vila pesanan Gya.

Mereka menginap di salah satu villa miliknya Gya. Mengetahui itu, ingatan Jael kembali muncul oleh keinginannya untuk bergabung ke acara mereka.

Gya bilang, villa-nya sudah terlanjur dia persiapkan untuk mereka saja. Kamarnya terbatas. Dia mendesain villa itu secara khusus. Ada bagian ekslusif serta family. Cuma, katanya, dia baru beres sama villa ekslusif ini. Dari caranya Gya berbicara pada saat mereka bertemu itu, alangkah sudah dipersiapkan secara matang sampai tak ada celah untuk Jael mengusiknya.

Gya memang pandai bersilat lidah. Bahkan sekalipun Jael bisa saja mencurigainya, ujung-ujungnya dia akan keteteran sendiri jika sudah mencoba mengintervensi Gya. "Lah! Ngablu lo ya? Gue Nicho! Ngapain lo nyebut-nyebut Kintan? Naksir lo? Wah." Rentetan suara tipis-tipis berat melalang di telinganya, membikin Jael mengumpat sejadi-jadinya.

Dan tak menyadari seseorang di sebelahnya, mendengar itu. Lalu memberikan peringatan kepada Jael. Jael melirik ke arahnya, lekas meminta maaf sambil tersenyum masam.

"Tai lo. Ngapain sih nelfon? Gua pikir emang Kintan!" balas Jael dengan nada kesal yang ia usahakan pelan. Dia tak menutupi keadaannya yang memang sedang menunggu informasi tentang adiknya. Namun Nicho menganggap hal itu menjadi ke mana-mana.

Seputih Kapas yang MengabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang