Missing You, Son. And Bunda (part 2)
Duduk di belakang kemudi, Marvin mengawasi kantor yang menjadi tujuannya harus menyetir pagi-pagi buta ke Bandung demi menghindari kemacetan. Walau sempat terjebak di salah satu ruas jalan setelah melewati tol, dia berhasil lolos juga. Jika tidak, kemungkinan siang dia baru bisa tiba di Bandung.
Kartu nama yang sepanjang jalan dilihatnya paling tidak 20 kali untuk menghindari kesalahan, dari matanya atau kesalahan mengartikan petunjuk jalan. Jika sebelumnya dia selalu mengandalkan Aaron untuk menjadi supir, sekarang dia berusaha sendiri. Dia ingin upaya yang dilakukannya hari itu berhasil berkat kemampuannya sendiri.
Sampai pukul 9, matanya belum juga menangkap bayangan perempuan yang selalu membuatnya memendam kerinduan, menguburnya dalam hati dan pikiran. Hazel. Ya, memangnya ada nama lain lagi?
Look at yourself, Marv. Masih kurang menghiba lo sekarang? batinnya.
Apapun, dia melakukannya semata-mata ingin bertemu dengan Marvel. Tidak berharap harapan lain yang terlalu muluk seperti Hazel yang menyambutnya dengan ramah.
Itu adalah hal yang sangat, sangaaat mustahil.
Entahlah. Segala sesuatu tentang Hazel, berbaikan dengannya seperti sebuah kemustahilan.
Marvin membuang napas panjang untuk kesekian kali.
Perutnya berbunyi. Lekas disambarnya sebuah roti keju dari dalam kotak bakery yang disinggahinya. Dikunyah cepat, asal kenyang saja. Diikuti meneguk beberapa teguk kopi dari dalam gelas kertas bertutup. Lumayan mengganjal perut.
Kenapa lama sekali? Apa Hazel tidak masuk kantor hari ini?
***
"Mbak titip Marvel ya."
Marvel masih mengunyah biskuit ketika Hazel menitipkannya kepada Hesty. Selama dua minggu ini Hesty tidak akan ke kampus karena baru saja menuntaskan semua mid semester. Dia mengaku akan bertanggungjawab kepada Marvel selama Hazel bekerja.
"Bunda berangkat dulu yaa," Hazel membungkuk sekali lagi untuk mencium kepala Marvel. Marvel mendongak, dan memberikan ciuman di bibir Hazel. Kebiasaan Hazel sebelum benar-benar meninggalkannya.
Ojek langganan menunggu dengan sabar. Hazel melambaikan tangan yang dibalas Marvel dengan lambaian tangan dan kiss bye. Hesty kemudian menuntun Marvel masuk ke dalam rumah.
"Berangkat, Mang."
"Okeee,"
***
Sambil meneguk lagi sisa kopi, Marvin terus terfokus pada area halaman kantor. Sudah nyaris dua jam menunggu tapi bayangan sosok yang ditunggu tidak juga datang. Marvin tidak menyerah. Belum. Kalau perlu dia akan menunggu sampai malam. Atau sampai kantornya tutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hazel's Wedding Story (Second Impression) SUDAH DIBUKUKAN
RomanceKetika kenanganku tentangmu hanya rasa benci... Sekuel First Sight sekaligus buku ke dua Hazel's Wedding Story. Book 1 HWS (First Sight) sudah tersedia dalam bentuk cetak. Diterbitkan secara Self Publishing melalui Diandra Creative. Jangan sampai k...