Hai, hai, hai ...
Maaf ya, sudah lama tidak muncul dengan cerita anak yang baru. Bukan berarti saya nggak nulis cernak lagi, kok. Saya cuma lagi terlalu asyik main dengan partner ventrilokuis saya yang fotonya ada di atas, tuh. Namanya Cherry.
Jadi, cerita-cerita yang kami buat lebih banyak kami simpan di perangkat. Tapi, karena sekarang cerita baru sudah muncul, jangan segan memakainya untuk keperluan edukasi, ya.
Akan lebih baik kalau kalian tinggalin VOTE, KOMEN, dan share cerita anak ini ke teman-teman kalian.
Selamat membaca.
***********************************************
ANI, seorang anak perempuan kelas lima SD, punya kebiasaan mengumpulkan uang receh untuk ditabung. Seratus, dua ratus, lima ratus, juga seribuan. Karena kebiasaannya itu, dia mendapat panggilan kesayangan "anak kericik" dari teman-temannya. Ani senang, karena menurutnya menabung itu keren.
Suatu pagi ...
Kukuruyukkk ...
"Halo semuanya. Aku adalah ANI, ANak Indonesia yang suka menabung, special uangreceh. Karena ... setiap kali berjalan atau berlari, uang receh di kantungku selalu berbunyi ... Makanya, aku dipanggil Ani kericik. Hehehe ...."
"OH ya, selain itu ... uang receh ini sangat berarti. Kalau dikumpul, lama-lama akan jadi banyak. Bayangkan saja. Lima ratus ribu tanpa lima ratus rupiah, belum lima ratus ribu, ya..."
Nah, ternyata, Teman-teman ... Bagi Ani, uang receh sangatlah berarti, karena jika dikumpulkan akan menjadi banyak dan bisa digunakan sebagai pembayaran yang sah, Wah, Ani sangat pintar, ya.
Pagi itu sebelum berangkat sekolah, seperti biasanya ... Ani mendapat uang saku dari Ibu.
"Uwaah ... Ibu memang paling pengertian. Hari ini Ani sudah berencana membeli pena. Terima kasih banyak, Bu. Ani berangkat sekolah dulu, ya. Assalamualaikum, Bu."
Ibunya Ani tersenyum Bahagia karena melihat ANI, anaknya, ke sekolah dengan riang.
"La....la...la...la...laaa.... Hatiku senang, punya uang ...." Ani menyimpan uang itu di kantung, supaya tidak hilang. Sesampainya di sekolah, Ani segera ke koperasi untuk membeli pena, sesuai rencana.
"Assalamualaikum, Pak Embuull."
"Waduh-waduh. Ani, pagi sekali ke ke koperasi. Belum sarapan, ya?"
"Oh, enggak, Pak. Ani mau beli pena dan ... eh, iya. Roti gepengnya satu."
Pak Embul tersenyum dan menyerahkan barang yang dibeli oleh Ani. "Nih, semuanya 4.500 ya."
Ketika Ani menyerahkan uang 5000, Pak Embul mengernyit. (dahinya berkerut) "Waduh-waduh. Pak Embul nggak ada gopekan. (sambil menggaruk kepala, lalu -AHA-) Ah, iya. ini aja." Pak Embul memberi dua butir permen sebagai kembalian.
"Lhoh, Pak. Kok permen? Kan harusnya kembali 500?" Ani protes dengan sopan
Pak Embul meringis malu-malu saat mengatakan, "Waduh-waduh. Bapak minta maaf, Ani. Tapi sekarang kita sudah nggak pernah memakai uang 500 an lagi di sini."
Ani terperanjat. Dia mengangguk-angguk seperti memahami Pak Embul, tetapi sekarang kepalanya memikirkan, "Wahh ... Memangnya bisa ya, 500 digantikan permen? Kan sekarang bukan zaman dahulu yang berbelanja menggunakan system barter."
Ketika Ani menceritakan kegelisahannya pada Ibu, Ibu hanya mengatakan, "Ya sudah, nggap apa-apa."
Ani mengira hal itu hanya terjadi satu atau dua kali. Namun, ternyata, teman-temannya pun sering mendapat dua permen sebagai pengganti uang kembalian.
"Wah, Pak Embul nggak beres, nih." Ani menggerutu di kamar sambil menghitung jumlah permen yang dia terima setiap kali berbelanja di koperasi.
(Sambil mengeluarkan permen dari kantung sulap) "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan ... Wah, yang satu sudah aku makan kemarin. Ya udah nggak masalah. Ini kalau dua butir menggantikan uang 500, sembilan permen jadinya ..." Ani mulai menghitung. "Wow. Empat ribu lima ratus. Aku bisa beli pena dan roti gepeng lagi."
Hmm .... Malam itu Ani tidur nyenyak (ngroookkk... ngrookkk...)
Hingga... Kukuruyuuukk ... "Heh, Ayam, aku dah bangun." (sambil gaya anak yg menepuk ayam dan seolah-olah bilang -wek aku duluan yang bangun)
Seperti biasa, Ani berangkat sekolah setelah berpamitan pada ibunya. "Assalamualaikum, Buu ...."
"Waalaikumussalam, Nak. Tumben nggak mau bawa uang saku?" Ibunya Ani heran ketika Ani menjawab, "Pak Embul bilang gopeknya bisa diganti permen dua, Bu. Ani mau buktikan."
Ibunya hanya menatap heran (dahi berkerut) dan berpesan agar Ani tetap menjaga kesopanan dengan orang tua. Ani menyetujui ucapan ibunya, dan melenggang senang ke sekolah.
Setibanya di sekolah ...
"Assalamualaikum, Pak Embul." Ani menyapa riang.
"Waduh-waduh ... Ani sudah datang lagi nih, pagi-pagi."
"Hehehe ... Iya, Pak. Mau beli pena seperti kemarin, tapi yang warnanya biru. Sama roti gepeng satu." Ani menaik-naikkan alisnya seperti mengajak pak Embul bercanda.
Ketika akan menerima pena dan roti gepeng, Ani menyodorkan (sambil menghitung) .... Sembilan permen. "Ini totalnya ada sembilan permen, Pak. Kalau kemarin kembaliannya gopek dapet dua permen, berarti ini jumlahnya 4.500." Ani meletakkan sembilan permen di depan Pak Embul. "Lunas, ya," katanya.
Akan tetapi, Pak Embul urung menyerahkan belanjaan Ani.
"Lhoh, kenapa, Pak?" tanya Ani heran.
"Kok pake permen?"
Ani menarik bibirnya (peragakan senyum pelan-pelan sambil membelalak mainkan alis, seperti menggoda) "Lhoh lhoh lhoooh, Pak Embul lupa, yaa? Ini kan kemarin Ani dapat kembalian permen dari Pak Embul juga. Kok sekarang nggak boleh dipake untuk membayar?" Ani protes dengan sopan. Wajahnya dibuat seperti cemberut, tetapi sebenarnya Ani senang karena sepertinya Pak Embul paham bahwa melakukan pembayaran yang sah, ya, menggunakan uang kartal, rupiah.
Mulai saat itu, Pak Embul dan bahkan semua orang di sekitar Ani makin cinta rupiah, berapa pun nominalnya. Mereka jadi setia menggunakan uang kartal untuk setiap pembayaran, baik ketika melakukan penjualan maupun memberikan kembalian. Karena dengan membayar menggunakan uang kartal itu termasuk salah satu usaha kita mencintai Republik Indonesia, Menjaga Kedaulatan NKRI.
Salam Aku Cinta Rupiah
Aku Cinta Indonesia
Rupiah, baru SAH!
*******************
Terima kasih sudah membaca dan menggunakan cerita ini untuk edukasi.
Kalau misal ada dokumentasi saat menceritakannya, boleh dong, tandai saya di sosial media.
IG: https://www.instagram.com/kak_elyne_dongeng
Semangaaaaat
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Anak
RandomKatanya sih, dunia anak itu penuh dengan warna. Banyak hal bisa terjadi dan mungkin saja terjadi pada masa kanak-kanak. Buktikan sendiri! Subscribe channel Youtube Kak Elyne Dongeng, yuk. Tiktok: @elynedong IG: @kak_elyne_dongeng