Pada suatu hari, sepulang sekolah si kelinci kecil bersedih. Ia menangis sampai hidungnya menjadi merah. Matanya juga terlihat lebih tebal.
Melihat kelinci kecil bersedih, Mama kelinci mendekat dan bertanya apa yang membuat anaknya sedih hingga menangis.
"Kelinci kecil, kenapa kamu menangis? Bukankah seharusnya kamu senang karena sudah bisa bermain dan belajar dengan teman-teman di sekolah?"
Kelinci kecil sesenggukkan. "Iya, ... Mama. A... Aku memang se..nang ka..rena bi..sa be..bermain dan bela..jar dengan teman-...temanku.... Tapi... Tapi.... tadi Bu guru marah, Ma." ujarnya semakin pelan sambil terbata-bata menahan tangis.
Mama kelinci terkejut, tapi berusaha menanggapi dengan tenang. "Oh ya? Kenapa Bu guru marah?" Mama membelai kepala kelinci kecil.
"Iya, Ma. Tadi... tadi... tadi di kelas bu guru meminta semua anak bergantian maju dan menyanyi. Tapi Inci diam saja di kursi dan nggak mau ke depan." Inci menjelaskan sambil bersandar di kaki mama kelinci.
"Oh, jadi karena Inci tidak mau maju menyanyi, Bu guru marah?"
Inci mengangguk.
"Jadi sekarang Inci sedih?" lanjut Mama kelinci, dijawab dengan anggukkan. "Kalau Mama boleh tahu, kenapa Inci tidak mau menyanyi di depan kelas? Padahal Inci bisa menyanyi. Mama tahu itu."
"Mama, Inci tu nggak suka nyanyi. Inci maunya menggambar."
"Oh, ya? Jadi Inci lebih suka menggambar? Inci, Mama beritahu, ya. Meskipun Inci tidak suka menyanyi, tapi di dalam kelas Inci harus mengikuti aturan Bu guru. Setelah pulang sekolah, Inci bisa menggambar di rumah."
"Gitu ya, Ma? Tapi kenapa di sekolah nggak menggambar aja terus, sih? Harus ada nyanyi, lari, menulis, semua-mua itu."
"Wah, masa semuanya harus menggambar? Nanti kalau seluruh hutan ini isinya kelinci semua, atau tidak ada wortel dan hanya ada pisang, Inci mau?"
"Ah, Mama bisa aja. Nggak mau ah, Ma. Nanti nggak ada suara ayam berkokok, trus kupu-kupu cantik yang biasa hinggap di bunga Mama, nggak ada lagi, deh. Apalagi sampai nggak ada wortel. Nggak ah. Inci nggak mau."
"Itulah, Inci. Ada hal-hal yang mungkin tidak kita sukai, tapi memang harus ada dan juga dilakukan. Tapi jangan karena tidak suka, lantas menjadikan kita anti dengan hal itu. Bukan juga membuat kita sama sekali tidak mau bersinggungan dengannya. Justru kita harus bisa belajar menerima apapun yang ada di sekitar kita dan melakukan itu sebaik-baiknya."
"Kenapa, ma?" tanya Inci penasaran.
"Ya. Karena dengan melakukan bagian kita sebaik-baiknya," jelas mama sambil memeluk kelinci kecil. "itu berarti menunjukkan Inci anak yang hebat." lanjutnya.
"Gitu ya, Ma? Wah, Mama memang hebat. Terimakasih, Mama. Inci sayang mama." ujar Inci membalas pelukan mama.
"Lalu, apa yang akan Inci lakukan?"
"Mulai sekarang Inci berjanji. Apapun yang harus Inci kerjakan, akan Inci kerjakan sebaik-baiknya."
****
Sebenarnya di awal kisah Inci ini aku buat sedikit lebih simpel karena sasarannya, anak umur dua tahun yang bakal bercerita.
Tema utama cerita ini adalah anak bersyukur memiliki'mu' sebagai orangtua'nya'.
Tapi setelah aku baca dan tulis ulang, aku tambahin sedikit tujuan lain yang tetap tidak menghilangkan esensi 'bersyukur memiliki orangtua'.
Yah, jadi kita sama-sama belajar bahwa orangtua yang kita miliki itu bener-bener Tuhan kasih hikmat untuk bisa menghibur anaknya di kala menghadapi masalah.
Orangtua selalu punya segala cara dan melakukan itu untuk membuat anaknya menjadi lebih baik tanpa memaksa.
Mungkin bahkan sampai dewasa pun, masih banyak hal yang baru kita sadari bahwa orangtua kita selalu yang terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Anak
RandomKatanya sih, dunia anak itu penuh dengan warna. Banyak hal bisa terjadi dan mungkin saja terjadi pada masa kanak-kanak. Buktikan sendiri! Subscribe channel Youtube Kak Elyne Dongeng, yuk. Tiktok: @elynedong IG: @kak_elyne_dongeng