Bab 7

18 1 0
                                    


©©©©©


Rara, Clara dan Alin baru saja sampai di rumah Clara. Rara dan Alin begitu terpesona dengan kemewahan rumah milik Clara. 

"Clara benar-benar keturunan darah biru ya. Rumahnya saja seperti istana". Rara mengangguk ketika Alin berbisik padanya. "Beruntung sekali ya menjadi Clara". Bisik Alin lagi pada Rara. Rara hanya tersenyum kecil saja.

Mata cantik Rara melihat-lihat semua penjuru rumah mewah itu. Mata Rara tidak sengaja melihat ke sebuah bingkai foto yang begitu besar terpajang di dinding ruang tamu rumah Clara. Di sana Rara melihat Clara dan Cindy memeluk Bastian disisi kanan dan kiri pria tampan tersebut.

"Tampan". Gumamnya yang masih didengar oleh Alin.

"Siapa yang tampan Ra?". Tanya Alin yang penasaran siapa yang disebut oleh Rara tampan. 

"Bukan siapa-siapa. Ayo masuk. Clara sudah jauh dari pandangan kita". Ajak Rara pada Alin. Gadis itu melangkah terburu-buru menyusul Clara yang sudah berada di dalam kamar milik Clara.

"Kalian tunggu disini sebentar ya. Aku mau ke dapur untuk meminta Bi Ratih menyiapkan minuman serta cemilan untuk kita bertiga". Rara dan Alin mengangguk. Clara keluar kamarnya menuju ke arah dapur untuk meminta kepada ART nya menyiapkan cemilan dan minuman.

Rara dan Alin sudah memulai mengerjakan tugas kelompok mereka sembari menunggu Clara yang sedang . Ketika mereka sedang serius mengerjakan tugas tersebut terdengar suara Clara yang datang bersama dengan ART yang membawakan cemilan untuk mereka.

"Bi, taruh di meja cemilannya". Ucap Clara sambil duduk di dekat Alin. "Ra, Lin silahkan minum dan makan cemilannya ya". Ucap Clara lagi ketika minuman dan Cemilannya sudah diletakkan di atas meja. Rara dan Alin mengangguk sambil mengambil cemilannya.

Ketika ketiganya sedang asyik dengan tugas mereka terdengar suara langkah kaki menuju kamar Clara.

"Clara". Terdengar suara pria yang begitu sexy memanggil Clara.

"Abang Bastian!!". Seru Clara sambil berdiri sambil memeluk tubuh jangkung itu. Tapi mata pria tersebut tertuju pada Rara yang juga menatapnya dengan wajah bersemu merah.

"Kalian sedang apa?". Tanya pria itu yang ternyata adalah Bastian sambil melepaskan pelukkan Clara.

"Oh ini, kami sedang mengerjakan kerja kelompok buat di presentasikan besok siang Bang. Abang ada apa ke sini?". Tanya Clara balik. Bastian berjalan masuk ke dalam kamar tersebut dan duduk di samping Rara yang terkejut dengan Bastian tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Kangen denganmu dan Cindy". Ucap Bastian yang masih setia menatap ke arah Rara.

"Kangen denganku dan Cindy. Tapi matanya hanya tertuju dengan Rara saja". Rara tidak berani membalas tatapan dari Bastian. Sedangkan Alin saat ini hanya bisa menatap Rara dan Bastian secara bergantian.

"Abang juga merindukannya". Rara menatap Bastian. Kedua mata itu saling tatap dengan arti yang mereka ketahui hanya berdua saja. Clara dan Alin sedikit terkejut dengan ucapan Bastian. Yang lebih terkejut adalah Clara, bagaimana Bastian bisa kenal dengan Rara kalau mereka saja baru bertemu hari ini. Cup... "Abang pergi dulu ya". Ketiga gadis itu mengerjap apa yang dilakukan oleh Bastian kepada Rara.

"Abangggg!!!". Teriak Clara yang ingin mengejar Bastian tapi ia urungkan karena khawatir dengan Rara yang mendapat perlakuan tidak senonoh dari kakak sepupunya itu. "Ra, kamu tidak apa-apa?". Tanya Clara yang hanya mendapat gelengan dari Rara. Rara memang terkejut dengan tindakan Bastian tapi dia cukup bahagia mendapat ciuman mengejutkan dari pria yang sudah ia kagumi saat pertama kali bertemu di rumah sakit.

"Cla, aku pamit dulu ya". Clara hanya mengangguk. Alin juga berpamitan kepada Clara karena dia khawatir dengan keadaan Rara yang masih seperti orang linglung.

Wajah Bastian menjadi datar siapa yang ia temui saat ini.

"Temmy, dia yang akan bekerjasama dengan perusahaan?". Tanya Bastian dengan suara keras agar orang itu mendengarnya.

Orang tersebut tertawa kecil dan menimpali ucapan Bastian kepada sekretarisnya.

"Kenapa? Anda tidak suka bekerjasama dengan calon suami dari mantan kekasih yang teramat anda cintai". Bastian menyeringai mendengar ucapan Ben.

"Bukannya saya tidak suka. Tapi saya bertanya-tanya kenapa perusahaan anda ingin bekerjasama dengan perusahaan saya. Apa perusahaan anda sedang mengalami masalah!?". Ucap Bastian sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.

"Hahahaha... Anda sangat ingin perusahaan saya hancur ya. Yang anda harus tahu, perusahaan saya tidak akan pernah hancur". Bastian tersenyum kecil mendengar ucapan dari Ben.

"Baguslah. Kalau begitu saya dan sekretaris saya izin pamit dulu kalau begitu". Wajah Ben menjadi pucat mendengar ucapan dari Bastian.

"Hey, bagaimana bisa anda tidak melihat proposal yang saya siapkan siang dan malam untuk diberikan kepada anda". Tawa Bastian menggema di restoran tersebut semua pelanggan di sana menatap ke arah meja mereka.

"Hahahaha... Bukannya tadi anda dengan percaya diri mengatakan kalau perusahaan anda baik-baik saja. Tapi kenapa saat ini wajah anda begitu pucat dan memohon agar saya membaca proposal yang anda buat malam dan siang. Dengar ya Tuan Ben
Giovanni saya tidak ingin bekerjasama dengan orang yang sombong seperti anda". Setelah mengatakan hal tersebut Bastian dan Temmy berjalan meninggalkan restoran tersebut. Ben ingin meluapkan emosi tapi dia coba untuk menahannya. 

~~~|||~~~

Malam ini Layla sangat bahagia. Karena Ben mengiriminya pesan untuk datang ke apartemen pria itu. Layla sudah menyiapkan makanan kesukaan Ben. Layla telah sampai di apartemen milik Ben. Layla menekan bel pintu apartemen tersebut. Ketika pintu apartemen terbuka di sana Layla melihat seorang wanita hanya memakai bathrobe saja.

"Ben calon isterimu sudah datang". Panggil wanita tersebut kepada Ben yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Suruh saja dia masuk Rosa". Ucap Ben dingin. Wanita bernama Rosa itu mempersilahkan Layla untuk masuk ke dalam apartemen. Layla dengan berat hati masuk ke dalam apartemen tersebut. Ingin sekali Layla membatalkan pernikahannya, tapi bagaimana dengan nasib keluarganya, kalau sampai dia membatalkan pernikahan ini. 

"Wah,,, kamu tahu saja kalau aku dan Ben belum makan". Rosa mengambil paperbag yang berisi makanan yang di masak oleh Layla untuk Ben.

"Ini kamu baca semua dan pahami isinya". Suruh Ben pada Layla. Layla membaca dokumen yang diberikan oleh Ben. Layla di buat tercengang dengan isi dari dokumen tersebut.

"Ben, kamu tidak mungkin kan melakukan semua ini. Kenapa sampai sejauh ini Ben untuk menghancurkan keluarga Bastian". Ben tersenyum sinis mendengar pembelaan Layla pada keluarga Bastian.

"Kamu masih memperdulikan pria itu. Sedangkan dia saja tidak peduli lagi dengan kamu. Sadarlah Layla, kamu sudah hampir membuat dia meninggal. Lebih baik kamu lakukan apa yang tertera di dokumen tersebut. Aku tidak suka ada penolakkan dari siapapun mengerti". Ucap Ben sambil meremat dagu Layla yang membuat wanita itu meringis sakit. Layla mengangguk untuk menyetujui keinginan gila Ben tersebut.

~~~|||~~~

TBC 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Untuk Az-Zahra S2: Kisah Cinta dan PengorbananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang